EPISODE 5.0.2

106 92 11
                                    

Dua hari telah berlalu dan kini di ruangan yang disinari cahaya senja.

"Kamu ini-Sehari saja bisa tidak, tidak berselisih dengan orang yang kamu tidak kenal? Pertama penyerangan dari anggota kultus dan sekarang malah di mata matai oleh seseorang yang mengaku tahu identitas aslimu. Meskipun untuk yang terakhir aku cukup percaya tapi itu tetap sebuah masalah loh..," jelas L duduk di sofa berseberangan dengan Efnday.

"Maaf. Tapi itu cuma pembelaan diri, kan?" Tanya Efnday membela.

"Iya pembelaan diri tapi itu juga bisa disebut bunuh diri... kau masih lemah. Tapi saat jeda sebelum festival, Aku akan pastikan kau menjadi yang terkuat diantara para murid."

"Ouh ok tapi Pak, memangnya kau kuat Pak?"

Suasana hening setelah Efnday bertanya karena untuk pertama kalinya dalam karirnya sebagai seorang Spirituils. L terkejut akan sebuah pertanyaan.

"Hahaha-kau-kau itu lucu sekali nak" jawab L tertawa lepas.

"Terimakasih."

"Hah-Hahaha-Hah.." L menghembuskan nafas dan menariknya kembali dalam dalam. "kau tak akan mengerti betapa sepinya hidupku nak karena aku-"

'Dum...'

Udara begitu berat dan dingin sedetik setelah L berkata demikian dan di tengah itu Efnday dengan santai kembali meminum tehnya.

"Huhuhu-Kau itu kuat ya, bapak L."

"Entah lah nak, kekuatan ini hanya jadi sebuah ujian bagiku, seseorang sepertiku hanyalah seorang perusak tatanan dunia Spirituils"

'Sryut..'

Udara kini semakin sesak dan guncangan semakin menguat namun perlahan lahan kembali seperti semula.

"Sudah kuduga kau itu kuat nak. Kau adalah sebuah anomali" puji L dengan senyumannya.

"Benarkah?"

"Tapi tetaplah aku yang terkuat."

"Meh."

***

Beberapa menit sebelumnya di ruangan kelas S yang disinari cahaya yang menyilaukan.

"Efnday. Kau kenapa?" Tanya L baru saja menyelesaikan pelajaran.

"Hanya terjatuh. Bukan apa apa" jawab kalem Efnday.

"Oh ya? Lantas kenapa mata mu itu? Juga seluruh tubuhmu mengalami luka sabetan hah?"

"Sudah kubilang aku cuma terjatuh dan terus terjatuh-Ehem" jawab Efnday dengan nada yang semakin melemah.

Selagi Efnday ditanyai oleh L, Siddharta, M, Eissa, dan Deiva yang baru saja sembuh kini kembali teringat dengan kejadian di rumah sakit yang membuat mereka tak bersemangat.

***

Dua hari sebelum kejadian di sebuah rumah sakit yang ramai di ruangan bernomor 99.

"Ouh jadi begitu. Kukira dia menghancurkan seisi sekolah." Kata Deiva memahami cerita.

"Oi. Itu sudah termasuk menghancurkan sekolah tau dan untuk masalah kalangkang..." perkataan Siddharta terhenti disambung menatap teman temannya yang lain.

"Jadi sebenarnya kalangkang it-" perkataan M terhenti.

"Shut.. udah-Gak apa apa kok, aku tau aku lemah jadi mulai dari sekarang aku janji bakal jadi lebih kuat lagi" potong Deiva.

"Ough. Aku pun" ujar Siddharta, Eissa dan juga M yang malu malu.

Disaat yang sama pula dering telepon Eissa berbunyi.

SpirituilS 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang