EPISODE SEPESIAL: DEIVA VS M

98 73 19
                                    

Malam hari di pulau terapung.

"Kau mau pergi kemana M" Tanya Efnday melihat M keluar dari villa.

"Ngecek Siddharta." Jawab M keluar villa.

"Oke hati hati."

M lantas pergi kebagian pulau yang lebih tinggi yang disana terlihat pohon yang Siddharta diami.

Disinari cahaya rembulan dan udara menenangkan membuat dunia begitu padu untuk ditingali.

M mendongak melihat ke atas bukit yang disana terlihat pohon tempat Siddharta bertapa dengan seseorang yang berdiri di depannya entah siapa.

"Deiva?" Benak M terdiam sejenak memperhatikan Deiva memakai sari indah dengan rambut diikat half bun.

Deiva berdiri memejamkan mata sembari menyatukan kedua tangan.

M mematung melihat kejadian di depannya. Dunia M seolah berhenti melihat betapa cantik nanindah Deiva.

Tak lama, Deiva membuka matanya lantas menoleh ke arah M yang beberapa meter di bawah kirinya.

"M." Seru Deiva tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya.

M tersenyum tipis lantas berjalan kembali mendekat. Tak lama, mereka berjalan kembali meninggalkan Siddharta.

"Apa yang kau lakukan M?" Tanya Deiva ceria seperti biasa.

"Mengecek Sid. Kau sendiri? Apa yang kau lakukan tadi?"

"Ouh itu. Moksa namanya. Sekalian mengecek Sid dan juga memang sangat beda rasanya moksa dengan Sid."

Mereka terus berjalan dan berbicara banyak tentang moksa hingga.

"Heheh iya tuh." Deiva tersenyum.

"Kau juga berlatih dengan sangat keras ya." Lanjut M mempertahankan senyumnya.

"Tentu saja. Hampir aku jadi pohon tapi bagus juga sih kalau jadi pohon sakura hehe." Deiva tertawa begitu manis.

Beberapa langkah telah mereka lalui berdampingan hingga kini terhenti di sebuah danau indah dihiasi bintang dan bulan purnama.

"Memangnya ada danau ya disini?" Tanya Deiva menyadari danau itu baru saja tercipta.

"Ini pasti ulah Maria." Jawab M datar seperti biasa.

"Wah..." Kagum Deiva berjalan mendekati danau dan membasahi kakinya. "Ini indah kan M."

"Hem." Senyum M menunduk menyembunyikan raut wajah bahagia entah kenapa.

"Sini M."

M berjalan kecil lalu melakukan hal yang sama dengan Deiva namun tiba tiba.

'pras' cipratan air mengenai M.

"Heheheh." Tawa Deiva melihat ekspresi M.

M tak tinggal diam, dia kemudian melakukan hal yang sama diiringi tawa dan jeritan romansa.

'Nut-Nut' Jam M bergetar menampilkan panggilan.

M berhenti sejenak melihat panggilan yang disana bertulis "Efnday dunia lain." sebagai nama kontak.

Deiva mendekat menyadari permainan telah berakhir.

"Kita sepertinya dipanggil." Kata Deiva.

"Hem." Jawan M lalu melihat sekitar.

"Ada apa M?"

"Akan lama jika berjalan." Jawan M perlahan mengapung. "Ayo." Ajak M menjulurkan tangan.

Deiva terdiam sejenak namun tidak dengan warna wajahnya yang tidak tinggal diam berubah merah.

"Mau bareng tidak." Tanya M.

"Eh. Tentu." Jawab Deiva berubah menjadi kepiting rebus.

M menggendong Deiva ala tuan putri lantas terbang meninggi di bawah sinar romansa.

"Seandainya saja dirimu lebih terbuka. Maka biarkan aku ada didalamnya." Kata hati seorang wanita menatap pria yang dia suka membawa dirinya di atas langit malam yang sangat sempurna.

"Ah itu mereka." Kata Efnday menunjuk dengan tatapan.

"Weleh-weleh." Kata Amfitrit.

"Pemandangan menarik." Roth tersenyum.

"Bangga aku padamu nak." Bell tersenyum mengepal tangan.

Maria dan Eissa hanya saling tatap dengan senyuman rahasia di dalamnya.

"Awas kau dek. Ku laporkan bapak." L mengambil hp namun terhenti.

"Biarlah. Mereka tidak melakukan hal lebih parah dari tertawa bersama." Tegur Agam disamping L.

L tersenyum menyadari memang terlalu berlebihan. Ia menaruh kembali lantas menghembuskan nafas lega.

M dan Deiva pun turun dan makan malam pun dimulai.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Author: Syapi.

Editor: Padut.

SpirituilS 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang