EPISODE 3.1

173 136 1
                                    

Dua hari setelah kematian Suddhodana, di sebuah gang sepi sempit dan cukup gelap, terdapat sebuah bar yang masih beroperasi.

Terlihat disana Bartolomeus yang membuka pintu bar diiringi bunyi lonceng.

"Shalom." Salam Bartolomeus pada semua orang yang lebih dulu berada di dalam bar.

"Waalaikumsalam.." jawab Zulkarnain yang duduk di kursi bar dengan meja melingkar.

Bukan hanya Zulkarnain saja yang telah sampai. Disana terlihat Agam Emon dan Sura yang terlihat murung.

"Bagaimana kabar mu?" Tanya Zulkarnain tepat disaat Bartolomeus duduk.

"Yah... begitu. Alhamdulillah kalau dalam agama anda mah." Jawab Bartolomeus dengan sedikit jokes bapak bapaknya.

"Alhamdulillah.."

"Kalau yang lain?" Tanya Bartolomeus kepada dua temanya.

Mereka hanya diam, terlihat tidak mood untuk berbicara bahkan Agam sepertinya akan menangis.

"Semoga tuhan memberkati kita semua ya dan mari kita bicarakan tentang masa depan." Kata Bartolomeus memulai reuni kelas yang tak lagi lengkap.

***

Jauh sebelum itu

Di suatu kelas yang disinari matahari terdapat empat murid duduk hikmat dengan seorang guru yang sedang menjelaskan.

"Ok anak anak, siapa yang bisa menjelaskan ulang tentang pelajaran yang baru saja dijelaskan boleh pulang." Jelas Suddhodana.

Dengan rambut hitam yang panjang dan kacamata bulat hitam yang terpasang, dia berdiri sembari tersenyum ramah kepada empat muridnya.

"Yah... bapak ayolah... kita bukan anak TK." Protes Sura.

Rambut yang terpotong pinggirnya saja dan wajah yang terlihat berandalan membuat dia terlihat lebih bebal.

"Maaf pak, tapi ini terlalu cepat untuk mengakhiri kelas." Ujar Bartolomeus mengangkat tangannya.

Ia terduduk rapi dan berwajah kalem dengan sedikit codet di sebagian wajahnya. Begitulah Bartolomeus saat itu.

"Masyaallah Akhi... rajin sekali ya." Tanggap Zulkarnain baru saja membenarkan duduknya.

Peci hitam terhias di kepalanya dengan wajah yang tampan membuatnya terlihat begitu agamis.

Di tempat duduk yang lain terlihat Agam yang melipatkan tangannya. Rambut yang berwarna putih susu dan otot yang tertempel membuat semua orang ragu bahwa dia berumur delapan belas tahun.

"Hem... bener juga ya. Ini masih jam dua dan lagi ini bisa jadi pelajaran terakhir. Ah-bagaimana kalau kita berfoto" kata suddhodana.

"Setuju..." teriak girang Sura.

Beberapa menit kemudian, semua sudah di posisi mereka dengan gaya yang berbeda.

"Ok anak anak dengarkan ini. Aku menyayangi kalian semua.. haha" tawa riang terdengar di seluruh kelas.

Semua orang tertawa, kamera pun menangkap peristiwa, mengabadikannya dan menjadikan wisata masa lalu.

***

"Dalam semua kitab yang pernah kubaca dan ku pahami, didalamnya dikatakan akan ada manusia yang datang dari antah berantah dan dia akan menjadi pemimpin manusia. Atau dengan kata lain dia lah yang akan menyatukan daratan." Jelas Bartolomeus membuka pembicaraan.

"Jika itu benar... cita-cita kita akan terwujud ya" kata Zulkarnain menanggapi.

"Aku mungkin sedikit membencinya tapi jika memang dia orang yang ditakdirkan Tuhan. Maka dunia ini akan menemukan kembali cahayanya." Ujar Sura yang terlihat riang kembali.

SpirituilS 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang