Chapter 10

6.3K 606 31
                                    

Yes Abimanyu is a walking red flag💅🏼🏃🏼‍♀️

***
Delapan tahun yang lalu ...

"Happy anniversary, Mas! Semoga kita bisa sidang dan lulus bareng-bareng ya!" seru Kalula dengan ceria sambil menyalakan lilin di atas kue yang dia buat sendiri ke hadapan Bima. Mereka berdua berada di mobil milik Bima dan di luar sedang hujan cukup deras. Hal itu membuat Kalula memutuskan merayakan peringatan hari jadi mereka di dalam mobil Bima saja.

Bima tersenyum kecil. Perempuan yang sudah bersama dengannya sejak dia masuk ke SMP ini memberikan warna baru pada hidup Bima. Mereka tumbuh bersama dan melewati semuanya berdua.

... sampai-sampai Bima tidak bisa mengenali dirinya lagi.

"Ayo tiup lilinnya bareng-bareng, Mas Bima. Jangan lupa make a wish ya." Kalula langsung menutup matanya, namun Bima tidak melakukan hal yang sama. Dia malah memerhatikan wajah Kalula cukup lama dan dalam hatinya dia bertanya-tanya apakah memutuskan hubungannya di detik ini adalah keputusan yang tepat.

"Mas—"

"Datania," ujar Bima yang membuat Kalula mengeryitkan dahinya. Tidak biasanya Bima memanggilnya dengan nama depannya. "Aku ... aku mau kita selesai aja."

Kalula sempat termenung beberapa saat sebelum tertawa kecil dan menaruh kuenya di dashboard mobil. "Lucu banget bercandaan kamu, Mas—"

"Aku udah nggak ngerasain sparks sama kamu kayak dulu. Maaf, Datania."

Kalula merasa dunianya seolah terbalik detik itu. Bima dan dia tidak ada masalah apapun yang membuat Bima harus menyerah pada hubungan mereka yang sudah berjalan sekian tahun. "Aku ada salah apa sih, Mas? Kamu kenapa tiba-tiba jadi kayak gini?" Mereka selalu mengkomunikasikan semuanya jika ada yang tidak beres soal hubungan mereka. Kalula yang dulu merasa bahwa ini hanya percintaan anak kecil yang tidak akan bertahan lama, berubah pandangannya menjadi lebih serius pada Bima.

"Bukan kamu yang salah, Kalu. Di sini aku ... aku ngerasa kehilangan diri aku sendiri karena udah lama banget bareng-bareng sama kamu. Aku tau we're in a good terms relationship dan kita sangat nyaman—terlalu nyaman." Semua penjelasan Bima yang Bima katakan padanya, tidak bisa dicerna dengan baik oleh Kalula. Karena yang Kalula dengar hanya; Bima tidak mau lagi bersama dengannya.

"Aku mau kita pisah baik-baik, karena kita juga dulu ketemu baik-baik 'kan Kalu. Di sini, bukan kamu yang salah. Cuman, emang semua hubungan tuh ada fase berakhirnya 'kan?"

***

Kalula menghela napas ketika memori beberapa tahun yang lalu itu mampir di benaknya. Dia mengutuk otaknya sendiri yang sudah membuatnya mengingat momen traumatis dia dengan Bima.

Selama beberapa tahun lamanya, Kalula menyalahkan dirinya karena tidak bisa memerjuangkan hubungannya bersama Bima. Kalula harusnya lebih kuat lagi menahan Bima dan mencoba memperbaiki hubungan mereka. Kalula sampai menutup hatinya untuk beberapa lama karena dia terlalu takut.

Tapi kini, dia berhenti menyalahkan semuanya pada dirinya. Ketika Bima memutuskan untuk pergi dari hidupnya, maka itu keputusan Bima dan tidak ada sangkut pautnya dengan Kalula. Dan sekarang Kalula ingin sekali menertawakan Bima karena memohon-mohon padanya untuk membantu dirinya pada law firm milik Romo sekarang.

"Harusnya sekarang saya ngetawain kamu, Raden Mas. Dulu kamu yang mengusir saya duluan dan sekarang kamu yang datang mohon-mohon sama saya." Kalula tersenyum miring. "Sampai bicara langsung sama pakdhe saya seolah Raden Mas tau kalau saya emang nggak bisa nolak ucapan orang tua." Kalula melipat kedua tangannya di depan dada. Suasan Keraton yang kembali diguyur hujan sore itu, membuat Kalula seperti emrasa dejavu.

Bima berdiri di sampingnya dengan kedua tangan yang berada di belakang tubuhnya. "Saya meminta bantuan kamu sebegai bentuk kerja sama dan itu tidak secara cuma-cuma. Saya tau sehebat apa Papa kamu dan saya yakin kamu memang sehebat beliau. Sebagai teman lama, Kalula, saya meminta bantuan kamu sebatas itu dan sebenarnya tidak ada hubungannya dengan masa lalu kita."

"Hubungan kita sudah selesai beberapa tahun yang lalu, bukan? Seperti yang kamu bilang."
Di detik itu, Bima tau bahwa Kalula memiliki gengsi setinggi langit jika menyangkut hubungan mereka yang sudah kandas. Tapi Bima tau pula cara agar Kalula mau mengikuti ucapannya.

Kalula langsung mengeryitkan dahinya sebal mendengar ucapan Bima. "Bukan berarti saya belum move on dari kamu ya, Raden Mas!"

"Dan yang mengatakan kamu belum move on itu siapa?"

Kalula membisu dan Bima hanya tersenyum kecil.

Tolong ingatkan Kalula bahwa seseorang yang di depannya ini bukanlah mantan pacarnya, melainkan seorang adipati anom yang tentu haru selalu dia hormati.

"Kania bisa tidak suka sama saya kalau saya terlalu dekat dengan kamu, Raden Mas. Jika saya berada di posisi Kania, saya juga akan menolak keberadaan saya di sini."

Bima menggelengkan kepalanya.

"Stop it, Raden Mas. Apapun yang mau kamu lakukan, just stop it. Saya akan kembali ke Jakarta besok and that's it."

***

Untuk kali pertama, Kalula berhadapan langsung dengan Kania di sebuah perjamuan makan malam yang diadakan di Keraton. Romo mulai bisa kembali berbaur dengan orang lain dan beliau terlihat lebih segar malam itu.

"Mbak Kalu masih ada hubungan darah dengan Ngarso Dalem? Aku baru tau," ujar Kania yang duduk di samping Kalula yang membuat Kalula menoleh padanya. Padahal sebelumnya mereka belum mengobrol sepatah kata pun.

"Hm? Oh, iya. Papa yang masih ada darah ningrat dari Ngayogyakarta Hadiningrat. Kenapa lo nanya gitu?"

Kania tersenyum kecil. "Soalnya keluarga aku juga. Cuman, kayaknya nggak sedekat Mbak Kalu deh. Lagipula aku dari keluarga Mama, bukan Ayah."

Kalula hanya mangut-mangut saja dan kembali fokuas pada makanan di hadapannya. "Masih ada kerjaan di sini ya, Mbak Kal?"

Kalula melirik Kania kembali. Dia heran kenapa perempuan di sampingnya ini menanyakan banyak hal terus padanya. Bukankah pertemuan mereka yang terakhir tidak berakhir dengan baik? "Iya. Gue ke Solo juga sebelumnya ada kerjaan, sebelum diajak Pakdhe buat ke sini."

Kania mengengguk. "Mbak Kalu udah sering banget sih ya ke sini, makanya semua orang di sini selalu pengen Mbak sering-sering main lagi. Walaupun Mbak Kalu udah nggak ada hubungan apa-apa sama Mas Bima." Kania mengatakan kalimat terakhirnya sambil berbisik dan itu membuat Kalula menjadi tidak nyaman.

"Aku nggak apa-apa kok kalau Mbak Kalu di sini, bahkan ketika nanti aku udah menikah dengan Mas Bima. Toh, kalian emang nggak ada urusan apa-apa lagi soal perasaan kalian, bukan?"

Entah apa yang dimaksud oleh Kania, tapi Kalula merasa bahwa perempuan itu sedang menyindirnya. Padahal, jelas Kalula tidak memiliki niat apapun terhadap Bima mengenai kedatangannya di sini.

"Gue bakal pulang besok kok, Kania. Gue nggak akan ngeganggu urusan lo dan Raden Mas kalau itu yang lo takutin."

***

MahligaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang