Chapter 11

5.6K 598 61
                                    

Hai! maaf karena lama updatenya. im still processing that garwa akhirnya dipinang salah satu penerbit hehe. mohon doanya ya kawan2kuu

ps; bonus mas danes dan abimanyu (ofc in my imagination)

ps; bonus mas danes dan abimanyu (ofc in my imagination)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

source; tiktok mnxsolo

***

"Romo 'kan masih bisa memimpin Keraton ini. Lagipula, Bima merasa belum siap, Mo. Bima nggak setegar Romo."

"Tapi Romo bukan apa-apa kalau tanpa Ibu kamu. Romo nggak mau ngecewain Ibu kamu dengan merusak Keraton ini karena Romo nggak bisa ngelakuin apa-apa setelah Ibu kamu ndak ada."

Bima menghela napasnya. "Bima sama seperti Romo dulu. Bima masih mau ngelanjutin pendidikan Bima, Bima juga masih meniti karier Bima, Mo."

Esok harinya ketika Bima menceritakan bahwa dia memiliki rencana untuk masuk ke jenjang S2 di luar negeri setelah dia menikahi Kania nanti, Romo malah mengatakan bahwa beliau ingin lengser dari posisinya sekarang.

"Romo memperbolehkan kok, Bim. Romo mempersilakan kamu, tapi Romo cuman mau kamu juga mempertimbangkan keinginan Romo."

Bima terdiam. Masalahnya, apakah dia mampu melanjutkan kekuasaan Romo yang menurutnya sudah begitu kuat dan dia harus meniti dari awal?

"Apa dulu tujuan hidup kamu yang pernah kamu katakan ke Romo, Bim?"

Bima menarik napas dalam-dalam dan menjawab, "Bahwa Bima ingin Keraton ini menjadi sebuah istana yang megah dan damai untuk siapapun yang berada di dalamnya."

"Kamu sudah memiliki calon Prameswari kamu, kamu juga sudah dewasa sekarang, kamu perlu apa lagi, Bim?"

Kalula.

Bima pernah bermimpi untuk memimpin Keraton ini bersama Kalula. Dia yakin bahwa hanya Kalula saja yang bisa menemani dia menghadapi seluk beluk Keraton ini. Tapi, kini kondisi Kalula dan dirinya sudah berbeda, dan Bima kembali bertanya apakah dia siap atau tidak.

"Mo, kalau Bima ingin memimpin Keraton ini dengan perempuan selain Kania, apakah itu diperbolehkan?"

Romo menoleh dan menatap putra semata wayangnya dengan tenang. "Kenapa, Bim?"

Romo dan Ibu mengajarkan Bima bagaimana berperilaku yang baik, tidak mengecewakan orang lain, dan penuh sopan santun. Kanjeng Gusti Daneswara tidak menginginkan anaknya seperti dirinya yang dulu begitu terlena dengan kehidupan Jakarta dan tidak ingin tanggung jawab pada apa yang harus dia emban.

"Kamu memangnya nggak cinta sama Kania lagi?"

Bima menggeleng. "Bukan gitu, Mo. Bima masih cinta sama Kania—"

"Tapi Kalula jadi bayang-bayang kamu?"

Bima terdiam karena ucapan Romo sangat menampar dirinya. Bima tidak tau bagaimana harus mengatakan apa.

MahligaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang