Knowing Each Other

51 12 0
                                    

Suasana latihan sore ini agak berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Joselyn dan Raja memang sudah lebih berkembang dari hari kemarin, menurut Haikal, mereka benar-benar memikirkan kritiknya dan semua kesalahan mereka sudah diperbaiki. Tapi entah kenapa kedua remaja itu nampak banyak pikiran dan lebih diam kali ini.

"Ekspresi udah bagus, udah mulai eye contact juga, gerakan ga ada yang miss, power bagus, detailnya mantep, sih, dari awal," Haikal mengangguk-anggukan kepalanya saat melihat rekaman keduanya di ponsel Raja, "oke, latihan hari ini cukup ..."

Haikal menghentikan ucapannya sejenak lalu menepuk pundak keduanya, "gue harap latihan besok-besok nggak berkurang, apalagi kalian kayaknya lagi ada pikiran, gue cuma mau bilang jangan sampe pikiran kalian mempengaruhi hasil latihan kalian selama ini, oke?"

"Siap, kak."

"Istirahat yang bener mumpung pulang cepet."

Ucapan dari Haikal itu menjadi penutup pertemuan ketiganya hari ini. Joselyn dan Raja biasanya suka beristirahat dahulu sebelum pulang, sekalian mengevaluasi apa-apa saja yang kurang hari ini. Tapi jika Haikal meminta mereka untuk mempertahankan performa hari ini, mereka tidak punya alasan lain lagi untuk duduk-duduk dan mengobrol.

"Jos," panggil Raja yang membuat si empunya nama menoleh.

"Kenapa?" Joselyn yang hendak pergi mengambil tasnya itu mau tak mau kembali mendekati Raja karena lelaki itu nampak seperti hendak mengatakan sesuatu padanya.

Gadis itu sebenarnya bingung? Apa yang mau dibicarakan? Bukannya gak ada lagi yang kurang hari ini? Atau Raja menemukan kesalahan yang tidak tertangkap di mata Haikal?

"Mau pulang bareng, gak?"

Langkah Joselyn terhenti, pikirannya seketika kosong, matanya memandang Raja bingung sekaligus kaget, "tiba-tiba?"

Raja mengangguk, "tapi temenin gue makan dulu," ucapnya enteng.

"Lo sehat?"

Yang lelaki hanya menggeleng, "gue lagi gila, tolong maklumi."

Ungkapan itu masih tidak membuat Joselyn percaya bahwa 'gila' adalah alasan Raja menawarkannya tebengan bahkan meminta ditemani makan.

"Lo kalo gila selalu ganjen ke cewek, ya?" Tanya Joselyn pada akhirnya.

"Ke lo doang."

"Jadi gue sekarang ketempelan cowok gila, nih?"

"Kurang lebih."

Joselyn semakin mengernyitkan dahi kala Raja tak menunjukan pembelaan diri sama sekali. Tumben mau-mau aja dibilang gila.

"Lo waktu sakit kayaknya gak segila ini, kak."

"Beda penyebab soalnya."

Maka ketika mendengar jawaban Raja, barulah Joselyn sadar.

"Mau makan kemana, nih?" Tanya Joselyn mengalihkan topik.

Raja yang berjalan di belakangnya pun tersenyum tipis lalu menjawab, "gatau, nanti cap cip cup di jalan."

"Gak berpendirian banget," sinis Joselyn.

"Ya entar liat aja yang menarik yang mana."

"Kalo menarik tapi makanannya gak enak gimana?"

"Ya ... Gak jadi makan."

Joselyn menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir, "gak faedah banget malah buang-buang duit. Mending sekarang buat keputusan biar nggak nyesel belakangan."

Raja tau Joselyn berbicara tentang tempat makan, namun anehnya Raja juga menangkap ucapan itu sebagai nasihat baginya untuk masalah keputusan Ayahnya yang begitu tiba-tiba dan tidak menghargainya yang punya mimpi untuk keluar dari jeratan ayahnya.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang