Farewell My Loneliness

67 13 0
                                    

Happy 1k+ readers🥳
Niatnya gatau mau update atau nggak, tapi yakali gak update??

Setelah beberapa hari tidak pulang, Serena kembali menginjakkan kaki di Rumahnya. Seperti biasa, rumahnya itu nampak kosong dan gelap, lampu teras memang tak pernah dinyalakan oleh ibunya.

Menarik nafas panjang, Serena pun melangkah masuk.

Serena melepas sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu sebelah pintu lalu mulai melangkah menuju dapur. Ia tak bermaksud mencari ibunya, namun hal itu sudah menjadi reflek Serena ketika pulang ke Rumah.

Tetapi hendak mencari di ruangan mana pun, ibunya sama sekali tidak terlihat. Serena mulai ragu, apakah ibunya juga tidak pulang sepertinya?

Namun gadis itu beralih menghela nafas lega, karena tujuan utamanya disini adalah untuk mengambil barang-barangnya dan juga baju ganti lain. Pada akhirnya ia mengikuti apa yang disarankan oleh Kenzo, memanfaatkan bakatnya dengan baik untuk membangun kehidupan yang lebih baik daripada yang sekarang.

Serena beruntung dalam hal pertemanan dan percintaan, namun percobaannya di keluarga bukan main-main. Serena sudah menjadi durhaka karena perekonomian keluarganya, tetapi di sisi lain ia merasa ia juga punya hak untuk membela diri apalagi setelah mendengar apa yang ibunya katakan padanya tempo hari lalu.

"Mati aja katanya," batin gadis itu. Dadanya selalu sesak ketika mengingatnya, namun hal itu juga menjadi motivasi untuk Serena tetap melanjutkan hidupnya.

Ia tau bahwa ia memang tak meminta dilahirkan, namun ia sadar ia hanya ingin kehidupan normal.

Selesai membereskan semua barang yang akan dibawanya, Serena memesan taksi dari ponselnya untuk pergi dari rumahnya menuju lokasi yang sudah Kenzo kirimkan padanya, sebuah lokasi yang akan menjadi tempatnya berpulang mulai besok.

"Makasih, ya, pak."

"Iyaa," sang supir melihat Serena yang kewalahan mengeluarkan barang bawaannya, "mau dibantuin bawa ke atas, neng??"

Namun belum sempat Serena menjawab, Kenzo muncul dari belakang Serena, "nggak usah, pak, biar saya aja."

"Ohhh, oke!"

Kenzo mengambil alih 2 tas besar sedangkan Serena hanya disisakan tas Sekolah miliknya. Keduanya masuk ke dalam gedung 4 lantai itu dan menyusuri lorong sampai akhirnya sampai di depan kamar nomor 10.

"Barang lo beneran cuma segini??" Tanya Kenzo setelah meletakkan 2 tas itu.

Serena mengangguk, "gue cuma bawa baju aja, buat barang lainnya bisa gue bawa lain kali."

"Kenapa gak sekalian?"

"Kebanyakan barang gak penting yang gak terlalu gue butuhin banget, jadi gapapa lah nanti gue balik lagi buat ngambil."

Kenzo pun hanya mengangguk, "yaudah kalo gitu, gue balik nih, ya."

Serena mengangguk untuk kedua kalinya.

Setelah Kenzo menutup pintu, Serena melepas tas dari bahunya dan mengeluarkan peralatan mandi dari dalamnya. Gadis itu pergi menuju ke kamar mandi yang terletak di pojok ruangan.

Gadis itu menyalakan pancuran air dan hanya berdiri di bawahnya. Serena berharap aliran air itu juga bisa ikut meluruhkan pikiran yang selama ini memenuhi otak Serena.

Jemari gadis itu memutar keran air ke kanan dan mengubah air yang tadinya dingin menjadi hangat, tetapi lama kelamaan air itu menjadi sangat panas dan mungkin bisa membuat kulit Serena melepuh.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang