Anxiety & Insomnia

96 13 13
                                    

Langit masih gelap bahkan tak ada kendaraan sekali pun yang berlalu lalang di depan kostnya, tetapi Joselyn sudah berdiri bersandar pada pagar tembok rooftop kostnya sambil mendengarkan lagu lewat earphonenya. Sambil mendengarkan irama, tubuhnya itu ikut bergerak kecil, marking untuk lombanya nanti.

Tak dapat dipungkiri bahwa Joselyn gugup setengah mati. Ini adalah lombanya yang kesekian kali dan bukan juga yang terbesar, tetapi setelah menghadapi segala drama dan masalah saat latihan membuat Joselyn khawatir akan hasilnya nanti.

Bagaimana kalo dia gagal lagi? Atau chemistry mereka bertujuh kurang? Atau lebih buruknya lagi ada yang lupa gerakan? Gimana kalo power mereka nggak keluar? Banyak perkiraan-perkiraan buruk di kepala Joselyn, dan gadis itu tak bisa berhenti memikirkannya. Meskipun telinganya sedang mendengarkan musik dengan volume hampir penuh, namun itu semua tak mengusir segala pikiran negatif yang ada di kepala Joselyn.

"Jos!"

Alisnya menukik, ia menoleh ke belakang lalu melepas salah satu earphonenya. Tak ada siapa-siapa, Joselyn sedikit mendelik, gak lucu, kan, kalo tiba-tiba dia dipanggil setan?

"Joselyn!"

Lagi-lagi Joselyn menoleh kesana kemari sampai akhirnya matanya menatap ke arah jalan di bawah dimana ada 1 motor yang terparkir di bawah pohon sedangkan si pemiliknya tengah melambaikan tangannya ke arah Joselyn di depan gerbang Kost.

Baru saja Joselyn hendak membalas panggilan lelaki itu jika saja ia tidak ingat bahwa ia menempati rumah berisi 8 orang yang dimana jika ia teriak-teriak di jam segini, bisa-bisa dia kena amuk warga kost sekaligus tetangga lainnya.

Akhirnya gadis itu setengah berlari ke bawah dan membuka gerbang kost dengan kunci cadangan yang ia punya.

"Ngapain kesini?" Joselyn menatap lelaki di depannya dari atas sampai bawah, "udah pake seragam lagi, lo mau ke Sekolah jam 4 pagi?"

"Mau ketemu lo."

Singkat, padat, mau ketemu lo.

Udah, gausah ditanya lagi gimana perasaan Joselyn waktu dengar kalimat yang keluar dari mulut Raja dengan ekspresi polosnya itu, kalo gak punya malu pasti Joselyn udah jungkir balik sekarang.

"Sekarang banget?"

Raja mengangguk, "soalnya lo ditelponin gak ngangkat dan 2 jam lagi lo pasti udah berangkat buat lomba, pulangnya malem lagi. Kalo gak sekarang gue gak tau harus kapan ketemunya."

"Pulang malem darimana, lombanya selesai juga paling jam 3 sore."

"Emangnya lo gak bakal hangout dulu sama yang lain? Pasti ada after party."

Joselyn mengeluarkan cengirannya, "iya juga, tapi itu kan kalo menang."

"Emang pernah kalah?"

"Lah iya, bener juga."

Raja terkekeh, "lo ngapain jam segini belum tidur? Mau lomba juga, malah begadang."

"Kalo bisa tidur ya udah daritadi gue tidur."

"Kenapa gak bisa tidur? Kepikiran lomba?"

Joselyn mengangguk pelan, "padahal sering lomba tapi gak tau kenapa pas mau tidur selalu kepikiran kalo nanti bakal gagal. Gue jadi takut," ucapnya.

Raja pun mengangguk paham, "mau jalan-jalan gak? Refreshing bentar."

"Hah? Mau kemana jam segini?"

"Gak kemana-mana, ya jalan-jalan aja sambil ngeliatin langitnya tuh lagi bagus."

Keduanya mendongak menatap langit yang dihiasi dengan bintang dan bulan yang bersinar terang, padahal biasanya selalu tertutup dengan awan mendung yang kemerahan.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang