ʙᴀɢɪᴀɴ 𝟷𝟸𝓑𝓮𝓻𝓴𝓪𝓫𝓪𝓻
17 Oktober 2023 ....
Radan itu layaknya anak emas, di antara cucu-cucu, dialah takhta tertinggi yang selalu dibangga-banggakan. Menelisik latar keluarganya yang dari kalangan berpunya, dia nampak bersahaja, barang-barang miliknya sederhana tak ada yang berlebihan.
Kulihat pemuda-pemuda lain akan menabung untuk menumpahkan kesenangannya memodifikasi otomotif atau berganti kendaraan. Pemuda itu hanya mengendarai motor matic untuk sampai ke kampusnya.
Dia bilang. "Terpenting bisa dipakai, lagipula aku lebih senang dibonceng di depan sama kawan-kawanku."
Segi fisik pemuda itu lebih kecil dari kawan-kawannya, nampak macam adik mereka ditongkrongan meski usianya jelas seumuran, rata-rata kawannya begitu bedegap dan sedikit gempal.
Bagi orang-orang yang mengenalnya sekilas, akan berspekulasi bahwa Radan adalah pemuda yang cuek, tatapannya begitu tajam dan dalam, rasanya nyaris tak tersentuh. Untuk kami orang-orang terdekatnya dia adalah pemuda yang humoris, tak pernah sedikitpun kudengarnya mengeluh, kesenangannya hanya tersenyum dan menebar kehangatan, tapi dia adalah pemuda yang tegas. Itulah Radan yang sebenarnya.
Jauh lebih penting untukku, pemuda itu jauh lebih tulus dan serius dari yang kukira. Dia pemuda yang tidak terbayangkan akan aku dapatkan.
Daftar kegiatan kehidupanku bertambah selain bersekolah, membereskan rumah, memasak, menikmati musik-musik jadul, kini akan terselip panggilan dari Radan, yang bisa saja hampir tiga jam sekali melakukan telepon dan chat tanpa henti 24/7.
Dia terus mengadu setiap kejadian yang dia alami, dari membereskan kamar, pergi ke kampus, bersarang di tempat nongkrong, mengerjakan tugas, pergi jalan-jalan, melihat tikus got berlalu di jalanan, mengusir kecoa di kamar mandi atau ketika dia membeli koleksi mainan baru.
"Aku sudah sampai rumah, sudah mandi dan ganti baju tadi kehujanan. Maksudnya tadi main hujan-hujanan di warung nongkrong hehe."
Aku menatapnya sambil menggelengkan kepala, pemuda itu nampak kedinginan berguling di kasur. Menggemaskan sekali ketika wajahnya nampak tersenyum manis di kamera.
"Oh iya! tadi aku beli ini, robot-robotan," katanya. Pemuda itu bangkit segera dan membawa gawainya untuk memperlihatkan koleksi robot terbarunya. Aku betulan tak habis pikir dengan kebiasaan pemuda berkepala dua itu yang masih gemar dengan mainan masa kecilnya.
"Oh iya, lucu ya," kataku sambil terkekeh.
"Aku mau ganti seprei dulu ya." Radan meletakkan gawainya di nakas agar aku dapat mengamati apa yang dilakukannya. Pemuda itu meraih seprei bersihnya dari lemari dan membongkar seprei yang akan dia ganti.
Rasanya aku sudah bilang Radan itu pemuda yang rapih dan necis, kamarnya saja macam kamar perempuan, yang luas dan banyak barang-barang tersusun rapi, susunan sepatunya rapi di rak, begitu juga baju-baju yang sering dipakai tergantung rapi di rak gantungan baju. Semua itu hasil kerajinan dirinya sendiri tanpa mengandalkan bantuan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐥𝐞𝐠𝐢 [𝐝𝐮𝐤𝐚] 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚
أدب المراهقين𝐋𝐚𝐧𝐭𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐧𝐚𝐦𝐚𝐦𝐮 𝐤𝐮𝐥𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐩𝐞𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐮𝐡𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐤𝐞 𝐩𝐮𝐬𝐚𝐫𝐚 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐢𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐢𝐰𝐚 𝐊𝐚𝐭𝐚...