ʙᴀɢɪᴀɴ 𝟶𝟿
𝓢𝓲𝓪𝓹𝓪 𝓒𝓮𝓵𝓲?
Baru kali ini rasanya aku pulang disambut oleh kekasihku di depan rumah, Radan tengah bermain handphone di teras, ketika melihat kedatanganku dia segera bangkit dan tersenyum sumringah."Gimana sekolahnya?" Dia bertanya sambil beralih menenteng tasku.
"Aman bos," kataku sambil membuka pantofel.
Radan dan aku masuk bersama ke dalam, pemuda itu membereskan tasku ke tempatnya sementara aku pergi bertukar pakaian; baru saja aku keluar kamar Radan tiba dengan segelas air. Aku menatapnya lembut, pemuda itu selalu saja tampan meski hanya dengan setelan celana pendek dan kaosnya.
"Terima kasih, Bang Radan Sayang."
"Sama-sama, Anjali Sayang." Radan mengusap puncak kepalaku lembut.
"Makan siang?" tawar Radan.
"Nanti aja, aku udah makan di sekolah tadi," sahutku. Aku menarik lengan Radan untuk berkumpul di depan televisi bersama Papa dan Mama.
"Kenapa? ada cerita apa?" tanyanya.
"Mau nyender."
"Sini." Radan mengumpulkan rambutku sebelum aku bersandar di dada bidangnya.
"Lantas aja sesundar-sesender¹, capek si Radan abis bantuin beresin halaman samping," kata Mama.
"Gak apa-apa." Radan mengusap keningku yang berpeluh.
"Aku ada tugas proposal, mau temenin nugas?" ujarnya.
"Mau bikin sekarang? aku temenin." Aku bangkit, ikut meraih lengan Radan membantunya segera bangkit.
"Di lemari ada kue, ambil aja buat camilan," timpal Mama. Sementara Radan ke kamarnya aku menyisihkan camilan sebelum mengikuti Radan yang sudah membawa keluar laptopnya.
Aku mengulurkan kue ke hadapan Radan yang mulai sibuk, lantas diterima dengan senang hati.
"Enak," kata Radan.
"Iya gak tau nih beli di mana," sahutku.
"Enak karena disuapin kamu," sela Radan.
"Aku abis ngupil makanya enak," kataku asal sontak membuat Radan tertawa keras.
"Gak apa-apalah." Radan menyahut sambil terkekeh, wajahnya yang putih itu nampak memerah jika tertawa membuat aku ikut terkekeh sambil mengusap wajahnya.
"Kerjain sana, ketawa mulu." Aku mengambil duduk disebelah Radan.
Handphone Radan yang menganggur lantas aku raih, membuka layar depan yang menampilkan fotoku, sambil melirik sang empunya yang nampak biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐥𝐞𝐠𝐢 [𝐝𝐮𝐤𝐚] 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚
Teen Fiction𝐋𝐚𝐧𝐭𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐧𝐚𝐦𝐚𝐦𝐮 𝐤𝐮𝐥𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐩𝐞𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐮𝐡𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐤𝐞 𝐩𝐮𝐬𝐚𝐫𝐚 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐢𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐦𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐢𝐰𝐚 𝐊𝐚𝐭𝐚...