(13) Angsa, Lambang Kesetiaan

17 8 2
                                    


ʙᴀɢɪᴀɴ  𝟷𝟹

𝓐𝓷𝓰𝓼𝓪, 𝓛𝓪𝓶𝓫𝓪𝓷𝓰 𝓚𝓮𝓼𝓮𝓽𝓲𝓪𝓪𝓷

𝓐𝓷𝓰𝓼𝓪, 𝓛𝓪𝓶𝓫𝓪𝓷𝓰 𝓚𝓮𝓼𝓮𝓽𝓲𝓪𝓪𝓷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


25 November

Hari ini adalah aku dan ulang tahunku. Hari yang semakin aku besar semakin biasa saja menyambut hari ini tapi kawan-kawanku langsung menyerbu mengucapkan selamat bertambah usia untukku. Semua kawanku begitulah baik adanya, bisakah aku berharap dikehidupan selanjutnya selalu mendapat kawan seperti mereka?

Panggilan video dari Radan aku terima dengan lengkung senyum tak berbatas. Aku menatap pemuda yang sudah memangkas rambut mulletnya.

"Selamat bertambah usia kesayangan." Wajah tampan Radan mendominasi kamera.

"Terima kasih, Cinta."

"Mau hadiah apa? tahun depan Imlek tema outfitnya mau yang gimana?" tanyanya antusias.

"Aku mau casual aja tahun depan."

"Oke Cinta, ditunggu hadiahnya, Imlek depan aku ke sana."

"Tabungan rindu udah penuh tau," kataku sambil terkekeh.

"Aku juga kangen berat, pesan tiket ah." Pemuda itu menatapku, aku masih bisa merasakan tatapan kerinduannya meski terbentang jarak.

"Udah besar ya sekarang? dulu masih kecil banget, rambutnya pendek kaya Dora, badannya kecil banget, gak mau temenan lagi," tawanya.

"Kamu juga ya, anak alay cuma menang ganteng aja." Aku berkata tak acuh membuat pemuda itu terkekeh.

"Tahun depan udah mau legal kan? sebetulnya aku kriminal nih, pacarin anak dibawah umur."

"Persetan, lanjutkan!" ujarku sambil tertawa. Apalah artinya peraturan bagi cinta.

"Anjali mulai beranjak dewasa, meskipun akan selalu kecil dan seperti bocil, semakin bertambah usia semakin dimatangkan pemikirannya, diluaskan hatinya. Berbahagia selalu ya, aku gak mau sampai ada tangis dinetramu yang cantik itu,"

"Selagi ada Papa, Mama, Koh Sadewa dan kamu, aku akan selalu berbahagia."

"Gak Sayangku, jangan gantungkan kebahagiaanmu di aku atau siapapun terlalu besar, meskipun aku menggantungkan kebahagiaan sama kamu, tapi aku tau jika suatu saat mereka yang kamu gantungkan kebahagiaan itu pergi, kamu akan merasa sendiri. Apapun keadaannya, Anjali harus siap mental dan mengatur kebahagiaannya sendiri, berjanji jadi perempuan yang menjaga harga diri di atas segalanya, aku seneng kok kamu jual mahal ke aku waktu itu, jadi perempuan berpendidikan dan berkarir bagus, terus pertahankan kamu yang sekarang dan kembangkan, aku selalu bangga sama kamu."

"Aku bangga sama kamu juga, laki-laki yang tulus itu betulan ada ya? tolong hidup lebih lama kepada pemuda-pemuda tulus di luar sana." Aku terkekeh.

"Tolong juga hidup lebih lama untuk gadis kecintaanku ini ... oh iya, aku udah pangkas rambut besok aku mau lepas behel," ujar Radan.

"Oh iya? behelmu mau dilepas, sudah waktunya ya?" kataku.

"Iya udah tiga tahun juga ... kamu gimana? jadi rapiin gigi?" Pemuda itu bertanya.

"Gak tau ya, kayanya selagi gak ngeganggu gak apa-apa." Beberapa waktu lalu Radan dan aku memang membahas seputar perawatan gigi. Dulu giginya juga tumpang-tindih sama sepertiku.

"Iya gak apa-apa, selagi gak ada keluhan, kalo aku agak maju giginya sayang, harus dibenerin biar makin ganteng," ujar Radan.

…⁠ᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ

Aku terkekeh melihat kiriman foto dari Kahfi-kawannya Radan. Ini adalah yang kesekian kali dari sejak aku dan Radan berkencan. Kali ini Radan tengah sibuk dengan tugas kuliahnya di kampus, mereka tengah mengadakan sebuah acara.

Di foto, Radan nampak sibuk dengan papan jalan dan kertasnya, dia mengenakan penutup kepala khas minang. Aku kembali tertawa ketika mendapat pesan susulan dari Kahfi.

WhatsApp

Bang Kahfi

| Foto |

Fokus banget laki aku ||

|| Halah, sengaja tu tadi dia bilang "fotoin aku Fi, kirim ke Anjali." kaya gak tau aja kelakuannya dia

Dasar Radan wkwkw ||
Gak aktif WA dia? ||

| Video |

Aku membuka video yang menampilkan Radan tengah memvideokan dirinya sendiri sambil berceloteh. "Ini aku, aku di sini Sayang, HP aku mati, aku lagi jadi panitia tau, bukan panitia qurban tapi, aku ganteng banget kayanya, dari tadi banyak yang ngelirik-lirik manja."

Aku geleng-geleng kepala sambil terkekeh. Bagaimana aku bisa tidak merindukannya barang sejenak jika kelakuannya selalu menarik kerinduan untuk melekat. Daripada terus merindukan pemuda itu yang tengah sibuk, aku memilih membantu membereskan rumah.

Setiap pekerjaanku tak akan lepas dari Radan yang sangat begitu kuharap kehadirannya. Februari 2024, dia akan datang menemui aku dengan senyum manisnya, pelukan yang hangat dan jangan lupakan hadiahnya!

Waktu bergerak cepat seiring kerinduan yang semakin bertambah sekian jam, menit dan detik. Aku tengah menopang dagu sambil memerhatikan sepasang angsa leher pendek peliharaan mama yang tengah berjalan-jalan berdua, sesekali mengeluarkan suara.

Sepasang angsa dengan cinta, cerah seperti baru terbit, mereka sangat romantis. Angsa sudah legendaris menjadi lambang kesetiaan, katanya, angsa hewan yang setia pada satu pasangan seumur hidupnya.

Aku dan Radan senang sekali memandangi sepasang angsa itu lama, terkadang di halaman belakang rumah sepasang angsa itu akan datang dan berkeliaran disekitar kami terus memancarkan keromantisannya, apakah tanpa disadari mereka tengah mengajari kami berdua cara berpacaran?

Aku selalu nampak canggung, karena hewan-hewan disekitar kami akan nampak mendekat ketika adanya Radan. Bayangkan Radan tengah menggombali aku dengan rayuannya disahut oleh sepasang angsa yang saling menyahut, atau ayam mamaku si Kate yang tengik itu, lalu ikan di aquarium yang membuat suara air dengan pergerakan siripnya, atau diperhatikan kucingku yang duduk tenang, juga bersama cicitan burung yang hinggap di dahan pohon alpukat.

Aku tersenyum mengenang setiap peristiwa bersama Radan. Semua sudut di rumahku turut merekam kisah kami, aku hanya berharap pada semesta yang terus menerus berpihak pada kami. Cinta yang kuharap tulus dan sejati akan berlangsung abadi.

𝐄𝐥𝐞𝐠𝐢 [𝐝𝐮𝐤𝐚] 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang