Chapter 11. Mutan

344 42 0
                                    


Di Ruangan yang cukup besar, dengan dinding serba hitam di lengkapi oleh berbagai senjata, ia duduk disebuah sofa lebar. Di sebelahnya, terdapat jeffry yang lagi-lagi membalut lukanya.

Menunggu selesai ia memperhatikan sekeliling, ia merasa tidak asing dengan dekorasi ruangan itu, mungkin ia pernah datang kemari sebelumnya, pikirnya.

Melirik tumpukan kertas di atas meja ia mengambil salah satu dan membacanya

"Apa ini?" taya karina

"Melihat keadaan mulai tak terkendali 'haven' berencana membut tim peneliti, tertarik?" jelas jeffry

Menggelengkan kepalanya "hanya bertanya"

"Perban ini harus diganti setiap hari dan jangan menekan tangan mu begitu keras,"

"Hm, terimakasih" sebelumnya ia tak sadar menekan tangannya terlalu keras, ini adalah kebiasaan yang sulit di hilangkan ketika ia sedang merasa kesal.

Merasa sudah selesai ia pun berdiri untuk kembali ke kamarnya.

"Tunggu" ucap jefry menghentikan karina sembari memegang lengannya.

"Bawa ini, besok harus diganti"
tambahnya sembari menyerahkan kotak P3K.

"Terimakasih" ucapnya pergi keluar dari ruangan jeffry.

Saat berjalan di koridor dengan penerangan terbatas dikarenakan sumber listrik sangat mahal, tiba tiba ia mendengar sebuah suara dan melihat bayangan seseorang di sudut tembok yang gelap.

"huee hiks hiks hue"

Untuk memastikan, ia mulai mendekati sosok di sudut koridor. Dengan posisi siap mengambil senter untuk menerangi sosok tersebut.

Terkena sinar senter, sosok itu berbalik dan menatapnya.

Namun, yang dilihatnya bukanlah zombie, ternyata sosok gadis yang ia kenal, dengan mata merah sembab.

"Ngapain lo?"

"Hue patah hati" tangis histeris eila lebih nyaring dari sebelumnya.

Mendengar itu karina memutar bola matanya, Ia kira Eila memiliki masalah yang berat. Hanya patah hati saja mengapa harus mengeluarkan energi untuk menangis.

Tidak tahu bagaimana cara menenangkan orang yang sedang bersedih, ia hanya menepuk ringa bahu Eila untuk menenangkan.

"Kenapa kenapa! dia harus udah punya pacar hiks hiks huaaa" mendengar tangisan yang semakin keras, Karina pun menepuk bahu Eila semakin keras juga agar lebih menenangkan.

Disela tangisnya, Eila membuat gerakan mundur "sakit kak" ucap eila sembari memegang tangan karina di pundak nya.

Ah menyadari itu Karina pun menghentikan tepukannya.

Elia yang hati dan pundaknya sakit pun menyingsingkan bajunya untuk melihat pundaknya, Karina pun berinisiatif menyinari pundak eila dengan senter terlihat lebam merah di sekitar pundak putih tersebut.

"Aduh sorry"

Eila pun menatap karina dengan pandangan sedih dan tak percaya, kenapa semua ini harus menimpanya.

Dengan cepat, karina membuka kotak P3K yang diberikan oleh jeffry siapa tau ada salep meredakan nyeri, jika saja ia mendapatkan inti zombi kelas tinggi hanya dengan sentuhannya itu pasti sudah sembuh.

Ketika ia membuka kotak putih itu, bukannya mendapatkan salep ia malah menemukan banyak sekali permen dan coklat. Dikarenakan tidak menemukan salep, iapun memberikan eila sebatang coklat semoga sehabis ini ia bisa diam.

Zombie Apocalypse: Back to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang