Chapter 31. Zombi kehilangan kendali

129 24 20
                                    

Setelah memasuki apartemennya, Karina berjalan menuju dapur dan menuangkan air ke dalam gelas. Tenggorokannya terasa kering setelah berolahraga di tengah cuaca  panas. 

Air dingin mulai mengalir dengan lembut sehingga leher karina bergerak naik turun saat ia meneguk air. Tanpa sadar Jeffry beberapa kali menelan ludah dengan kasar.

Merasa tatapan panas tertuju ke arahnya, sudut mata Karina menangkap pandangan kekasihnya yang penuh dengan ekspresi yang aneh.

"Berhenti melihat"  

"Bagaimana bisa saya berhenti menatap kekasih saya yang begitu cantik" jawab Jeffry dengan santai disertai senyuman nakal menghiasi bibirnya.

Perlahan Karina berjalan mendekati Jeffry dengan membawa gelas berisi air.  

"Ini" ucap Karina sambil menyerahkan gelas itu kepada Jeffry.

"Berapa banyak wanita yang kamu bilang seperti itu di dunia sebelumnya?" tanya Karina penasaran, menyilangkan tangan di dadanya berpura-pura marah.

Jeffry meletakkan gelas itu sembarangan di meja, lalu menghadap ke arah kekasihnya dengan senyum yang tidak bisa disembunyikan "Waktu saya tidak cukup untuk berpacaran, tugas dosen lebih banyak dari yang kamu kira" 

Ingatan Jeffry kembali ketika hari-harinya disibukan dengan beberapa dokumen penelitian,  jurnal, membimbing laporan skripsi dan mangang bahkan ia juga di pusingkan dengan mengoreksi jawaban para mahasiswanya yang tidak masuk akal.

Karina seketika membulatkan matanya, tampak tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Dosen? Bagaimana bisa?"

Melihat reaksi lucu dari kekasihnya, Jeffry tak bisa menahan tawanya. Perlahan, Jeffry mengulurkan tangannya ke arah Karina dengan lembut jari-jarinya mecubit pipi gadis di hadapannya.

Karina tersentak kecil, matanya membulat lebih lebar. Pipinya yang tercubit oleh Jeffry sedikit memerah bukan karena sakit tapi malu.

"Bukan tentara?" Tanya Karina

Perlahan jeffry meletakkan kepalanya di pangkuan Karina . "Dulu waktu sesusai kamu saya sudah mengikuti pelatihan tentara, tapi waktu usia 33 tahun bagian kaki kanan saya cedera, sehingga saya mememutuskan keluar, dan melamar pekerjaaan sebagai dosen"

Usapan halus yang lembut mendarat di kepalanya, membuat rasa kantuknya mulai datang, sehingga membuat semua beban pikirannya mereda.

Mendengar suara nafas teratur dari Karina yang tertidur, perlahan Jeffry membuka matanya. 

Perlahan, ia bangkit dari pangkuan karina, Dengan hati hati, ia menggendong Karina ke tempat tidur yang lebih nyaman. 

bebrapa kali kepala karina mengeliat nyaman saat menyentuh bantal, menandakan tidurnya yang pulas dan segera meletakkan selimut dengan lembut.

Melihat wajah damai Karina yang tertidur membuatnya bahagia. jeffry kemudian mengusap anak rambut di wajah kekasihnya. 

Jeffry terus mememndangi karina yang tertidur dengan tatapan yang sulit diartikan, perlahan bibir jeffry mendarat di kening karina yang tertidur, membuat beberapakali karina menggeliat.

Dengan langkah hati-hati, Jeffry meninggalkan apartemen dengan rasa enggan mulai mendatangi dirinya sendiri. Matanya melirik jam di tangannya, menunjukkan pukul 17.34. 

Dengan perasaan yang campur aduk, Jeffry menghela nafas panjang sebelum akhirnya keluar dari apartemen dan langsung pergi menuju atap.

Sebuah helikopter raksasa sudah terperkir disana menunggu jeffry, dengan tergesa gesa jeffry mulai memasuki helikopter yang didalamnya sudah ada beberapa pasukan berpakaian lengkap.

...

Setelah membawa ibu dan anak tersebut ke tempat yang penuh dengan zombi, Cores mulai mempersiapkan proses pemanggilan mereka. Matanya terpejam, dan ia memusatkan seluruh konsentrasinya, ia melepaskan mananya.

"Tuan, beberapa zombi mendekat," lapor salah satu anak buahnya dengan antusias, karena ini bukan sekali dua kali ia menyaksikan aksi pemanggilan zombi.

Mencium bau darah segar, beberapa zombie mulai bergerak dari tempat persembunyian mereka. Geraman mulai terdengar, mata mereka berwarna merah antusias tak sabar melap semua darah segar yang ada disana.

Mungkin karena tidak mendaat asupan beberapa hari, tampak mereka lebih bersemangat dari biasanya.

Wajah Yuta semakin menunjukkan tanda-tanda pemberontakan, denagn susah payah ia mencoba menhancurkan tali yang mengikatnya.

Melihat Yuta dan ibunya yang memberontak, Cores tertawa, Wajahnya dipenuhi ekspresi kegilaan, matanya bersinar dengan kilatan kegembiraan "Ahaha, inilah hukuman yang pantas bagi pengkhianat!"

"Arkhhhh!" Teriakan penuh rasa sakit dan ketakutan tiba-tiba terdengar dari arah barisan belakang, salah satu pengikutnya terkoyak oleh gigitan zombi.

Semua yang ada di sana merengus ketakutan, beberapa orang langsung berlari, cores pun menyeringat heran apa yang terjadi?.

Mata cores menunjukan kepanikan, melihat semua anak buahnya mulai tumbang, ia berusaha memjamkan matanya.

Namun, itu seperti tidak memberikan pengaruh apapaun, merasa semakin dekat dengan zombi ia pun ikut berlari.

Grep!

Rasa sakit mulai merayap, ketika merasakan kuku yang tajam mencengkeram erat kakinya. Kepanikan mulai tampak jelas, dengan cepat  iapun mulai mengumpulkan mana yang diajarkan karina dan berhasil zombi itu terlihat terbakar. 

"Tuan mari" ucap anak buahnya mengulurkan tangan yang langsung ditangkap olehnya.
  
Membuatnya langsung melarikan diri, zombi zombi yang melihat cores pun menjadi semakin bersemangat berlari mengijkutinya, melewati yuta dan ibunya seolah olah mereka tidak bernafsu kepada kedua orang terssebut.

"Sialan! Saya raja kalian, beraninya kalian hah" teriak cores di sela pelariannya, dengan cepat ia segera meneiki sebuah tangga bangunan.

Zombi pun tak kalah gesitnya, dengan air liur yang masih menetes mereka mengejar dua manusia tersisa.

Melihat zombi semakin dekat dari jangkauan, gigi cores pun menggertak, melirik aank buahnya ia langsung mendorong naka buahnya ketangga untuk mengalihkan perhatian para zombi.

Akibat tergelinding darah segar dari pengikutnya pun mengalir deras, bau anyelir mulai tersendus di hidung sensitif zombi, dan berhasil mengelihakn perhatian zombi.

Nafasnya terengah engah setelah berhasil menutup pintu.

"SIALAN!" teriaknya marah, lempar kursi di depannya hingga pecah belah. Wajahnya memerah penuh amarah, mengapa kekuatannya tidak berfungsi? Apa ada yang salah? Batinya mendidih, dan ia mulai menendang semua yang ada di hadapnnya.

Angin kencang tiba-tiba meniupkan beberapa sampah plastik di sekitar atap, bahkan jubah putihnya ikut terlepas, berputar-putar di udara.

Helikopter itu melayang lebih rendah, anginnya semakin kencang menerbangkan debu dan puing-puing di sekitar nya.

Matenya segara melihat keatas, dan tampak helikopter putih bertuliskan haven terbeng diatsnya, dengan semnagat ia melambaikan tangan menandakan ia disini.

senyum cerah menghiasi wajahnya, itu pasti karina. hahah setidaknya dari para pengikutnya ada yang berguna.

......

jangan lupa vote dan comennt nya, dan juga kritik dan sarannya (author suka kok di beri kritik atau saran) agar tulisan ini menjadi lebih baik lagi dan memenuhi harapan pembaca.

Karena sudah mulai libur author rasa dapat update cepat (kira kira 2hari 1x)

Terimakasih telah membaca

Zombie Apocalypse: Back to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang