Chapter 13. Pemeran utama wanita

329 43 0
                                    


Dengan kecepatan penuh ia mengendarai Jeep nya, menuju lokasi terakhir jeffry.

Membuka kasar pintu mobilnya, ia kembali ke ruangan zombi mutan.

Namun, ia melihat lokasi tersebut tidak ada tanda tanda kehidupan, bahkan zombi saja sudah berceceran tak berbentuk. Bersama senternya ia mulai menyelusuri lorong gelap penuh Mayat.

Saat sedang mengamati keadaan sekitar, tiba-tiba seseorang menariknya lengannya, dengan refleks yang kuat, ia mulai melawan dengan meninju perut lawannya mengunakan sikunya yang tajam.

Dan lawannya pun tertunduk di bawah mengeluarkan suara kesakitan, dengan gesit menggunakan senternya untuk menyoroti wajah di bawahnya.

Ia terkejut saat senter itu telah menyoroti wajah itu, wajah yang penuh luka dan tampak kesakitan itu ternyata Jeffry orang yang tadi ia tinggalkan.

Dengan gesit ia membantu jeffry berdiri dan bersembunyi di tempat yang aman, takut beberapa saat zombi akan bangun, di karenakan tubuh jeffry yang telah bersimbah darah.

"Maaf gue gatau" ucapnya dengan ekspresi panik, serta darah yang terus mengalir dari perut jeffry menembus pakaian hitam tersebut.

Dengan gesit, ia membuka ransel hitam yang selau di bawa kemana mana dan dengan cekatan ia membersihkan luka di lengan jeffry menggunakan alkohol.

Saat ia ingin membuka baju jefry, untuk mengobati luka diperut, sebuah tangan menghentikannya.

Ia pun memandang Jeffry dengan ekspresi, kenapa menghentikannya?
"Bagian ini biar saya saja"

Mendengar ini karina pun tertawa
"Kenapa?, Lo malu?" ucapnya dengan nada santai "Lagian gue ga nafsu sama perut lo, minggir!" tambahnya menyingkirkan tangan Jeffry.

Setelah memotong baju Jeffry dengan gunting, ia terdiam saat melihat delapan kotak, meskipun ia sering kali melihat pria bertelanjang dada saat latihan. Namun, ini berbeda.

Menyadari pikiran aneh muncul di otaknya, ia menggelengkan kepala untuk memfokuskan pikirannya.

"Kok lo bisa kena luka tembak?" tanya karina di sela sela pengobatannya.

"Ada seekor mutan menyerang menggunakan pistol"

"Mutan di dalam tabung, bukanya udah mati?"

"Bukan yang itu, ada mutan yang lain, ada mutan lain yang datang, mutan yang memiliki kemapuan berfikir"

Mendengar ucapan jeffry, karina terdiam dengan tangan di atas luka jeffry. Karina berfikir, mengapa secepat itu, ia ingat mutan yang memiliki kemampuan seperti itu hadir tiga tahun kemudian, sedangkan ini baru saja enam bulan, dan juga segala peristiwa- peristiwa di kehidupan masa lalunya semakin cepat terjadi pada kehidupan ini.

"Katarina.." mendengar panggilan itu ia kembali ke alam sadarnya.

"Ah maaf"

"Ada yang ingin saya tanyakan" mendengar ucapan jeffry, ia menetap wajah memar tersebut sembari menaikan alisnya, mengisyaratkan Jeffry untuk bicara.

"Bagaimana cara kamu membunuh mutan itu"

"Hanya membuat lubang kepala mutan dan mengambil inti tersebut"

Setalah itu ia tak mendengar suara apapun dari Jeffry, sebenarnya ia menyiapkan jawaban lagi jika Jeffry bertanya lebih lanjut, namun pertanyaan tak kunjung datang.

"Selesai" ucap nya ketika perbannya sudah menempel dengan rapi.

Setelah selesai iapun membereskan peralatannya, dan keheningan menerpa kedua insan di ruangan tersebut, setra sedikit cahaya bulan malu malu menyemburkan di balik jendela.

"Hoam"

Suara menguap membuat jeffry mengalihkan perhatiannya ke arah karina "Kita kembali besok saja"

"Hmm" ucap karina sembari meletakkan tasnya di bawah kepalanya, yang digunakan sebagai bantalan, ia sudah sangat lelah setalah melalui hari yang sangat panjang.

Melihat Karina telah terlelap, jeffry pun berdiri untuk memastikan pintu terkunci dan mendorong beberapa meja kearah belakang pintu,serta mengambil seutas tirai untuk menyelimuti tubuh karina.

Setelah memastikan ruangan ini aman, kemudian ia berbaring di samping karina yang sepertinya sudah semakin terlelap. Dengan cahaya bulan remang-remang ia memperhatikan wajah damai karina dengan seksama.

Ketika pagi tiba, ia dan jeffry lekas pergi ke markas. Setelah memarkirkan mobil di basement, ia pun berjalan dengan memapah jeffry menuju gerbang utama.

ketika sampai di lobi, jeffry disambut dengan paramedis bersetelan putih. Di antara kerumunan memakai stelan putih, ia pun mencoba menyelinap menghilang dari kerumunan.

Merasa lapar, ia pun berjalan menuju ke kantin, dikarenakan ia belum menerima asupan sejak kemarin.

"Kak Karin" ucap eila tiba tiba datang duduk di hadapannya. "kak, btw lo jadian ya sama pak jeffry" tambah Eila tiba tiba

"Jadian apa" ucap karina mengabaikan dan hanya fokus memakan apa yang ada dihadapannya.

"Pacaran gitu, tadi gue denger-denger dari yang lain kalian gandengan cie-cie" ucap keras eila dengan senyuman yang aneh.

"Gua Cuma bantuin" ucap nya santai

"Tapi ya kak, kayaknya pak jeff suka sama lo, karena menurut rumor di ga pernah mau deket sama cewe manapun, bahkan dia ga mau diobatin kalo dokter nya cewe, bahkan ada yang bilang dia gey" ucap semangat Eila, namun diakhir kalimat Eila mengucapkannya dengan nada berbisik

"Ngaco lu, lebay" ucap karina dengan memasukan roti terakhirnya ke mulut Eila, mengisyaratkan untuk diam.

Sebuah roti baru di letakan di piringnya, iapun menoleh "halo kak lama ga ketemu"ucap pemuda berkulit coklat yang kini semakin hitam.

"Dari mana lo, lama ga keliatan"
"Tau ga ka, bukannya gabung ke tim militer dia malah masuk ke tim masak" ucap Eila dengan nada provokatif.

"Ehh emang kenapa suka suka gue dong, dari pada lo di dapur cuma mau ngintip om jhon dari jendela, mana sekarang lo ditolak mentah mentah hahah" sela haikal dengan nada mengejek sembari duduk di sebelah eila.

"Kok lo bawa bawa itu sih"sewot Eila sembari menginjak kaki haikal.

"Ews, eh lo kok nginjek si" balas haikal tak terima.

"Boleh aku gabung kesini" sebuah suara menginterupsi mereka. Mengalihkan pandangan Eila dan Haikal.

Sedangkan Karina, bahkan tanpa menoleh ia sudah tau siapa pemilik suara tersebut.

Wanita tersebut langsung duduk di sebelahnya, serta ia melihat sekilas wajah eila sedikit mengeras.

"Sepertinya kita pernah bertemu" ucap wanita tersebut menoleh ke arah karina.

"hih sokap banget sih" ucap sinis Eila.

"Judes amat lo, cantik jangan masukin dalam hati, orangnya emang gitu dari dulu" ucap manis haikal yang dihadiahi injakan begitu kersa oleh eila.

"Akrhh"

"Kalian lucu deh" ucap wanita tersebut.

"Kamu tadi udah nolongin kak jeff, aku di sini mau ngucapin terimakasih" tambah wanita itu.

Mengabaikan ucapan-ucapan tersebut iapun berdiri untuk mengembalikan piring. Melihat Karina yang semakin menjauh, Eila pun mengikuti dengan mempertahankan wajah sinisnya itu.

Haikal yang duduk bingung, apakah ia harus pergi juga?. Setelah memikirkan, ia ikut pergi mengikuti Karina dan Eila, meninggalkan seorang wanita di meja itu sendirian.

Di koridor eila pun tetap mengikuti karina "Dih emangnya tu cewe siapa, emaknya pak jeffry ? pake ngucapin terimakasih lagi" nyinyir Eila

"Bilang aja lo cemburu karena dia pacarnya om jhon" sela Haikal

"Bacot lo cabe, ngapain Lo ngikutin kita" ucap Eila

"Dih lo tu terong" balas Haikal tak terima

*Selamat hari raya

Zombie Apocalypse: Back to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang