"Wow, kamar lo luas banget kak!" ucap eila semangat dengan berloncat loncat di kasur besar itu.
Karina yang melihat itu pun hanya mengabaikan eila dan kemudian beranjak menuju lemari pakaiannya. Setelah membolak-balik pakaian yang didominasi hitam dan putih, Karina mengerutkan kening karena tidak menemukan yang sesuai, lalu menoleh ke arah Eila.
"Ei, pilihkan gue baju dong."
Setelah ia mengatakan itu, Eila pun langsung terdiam, tak berapa lama senyum kecil muncul dari bibir kecil Eila.
"Cie, mau kencan ya?" Goda Eila dengan menaik turunkan alisnya.
"Kencan apanya, diem cepet pilihain" ucapnya memalingkan wajah
"yaelah, masih malu-malu" ujar Eila dengan santai berjalan membuka lemarinya.
Eila berbalik dan memandangi Karina dengan seksama, menilai setiap detail dari kaki hingga rambutnya. "Semua baju lo ga ada yang layak, kak," ucapnya spontan.
Karina pun memelototi Eila dengan ekspresi tidak terima. Namun, Eila mengabaikan reaksi Karina dan menarik tangannya keluar dari kamar, tak lupa menyuruh Karina membawa inti kristal.
Setalah beberapa lama ia ditarik, sampailah mereka di sebuah pasar. Banyak hiruk Priuk orang berlalu lalang, suara-suara orang menawarkan dagangan terdengar bersaut sautan memenuhi telinganya.
"Sini kak" ucap Eila sembari memasangkan berbagai setelan baju di badannya.
"Hem" gumam karina pelan, lalu Eila mendorongnya memasuki bilik ganti.
"Skip"
"Skip"
"skip"
Dengan geraman marah iapun memelototi eila, sudah berapa lama ia berganti baju, kenapa tak kunjung selesai.
Merasa tatapan tajam mengarah ke arah nya, Eila hanya bisa cengengesan.
"Lo harus tampil perfect for your first date, janji ini terkahir" ucapnya sembari menyerahkan dress putih, dan dengan terpaksa ia terima.
Eila sibuk mencari-cari baju sembari menunggu Karina, tetapi kebosanan mulai menghampirinya. Matanya melirik-lirik sekeliling ruangan dan terhenti pada sebuah cardigan hitam yang terpajang di rak. Tanpa sadar, tangannya mulai terulur meraih cardigan tersebut, tertarik oleh penampilannya yang elegan.
Setelah Karina keluar dari bilik ganti, Eila dengan cepat meletakkan cardigan di bahu putih Karina.
Dengan senyuman puas Eila pun berkata "Perfect,"
"Makasih, beh," kata Eila sambil tersenyum setelah membayar semua belanjaan itu tentu saja dengan kristalnya.
Eila dengan semangat memegang sejumlah paper bag, setelah Karina selesai berbelanja barangnya. Karina menatap sedih karena inti kristalnya telah berkurang, ia pun langsung memasukkan inti kristal yang tersisa ke dalam sakunya. Ia kemudian berfikir, ia merasa kesulitan menyimpan kristalnya. Ia berharap kartu kredit akan membantunya dalam situasi seperti ini.
"Hahaha, Lo liat kak yang jual tadi kepalanya botak benjol" julid Eila
"Eoh" ucap Karina mengangguk
Mendengar respon karina, Eila pun cemberut menghentikan tawanya. Sepertinya orang ini tidak bisa ajak bercanda, padahal itu lucu.
"Brak!"
Eila tersentak saat seseorang dengan keras menabraknya, menyebabkan semua barang yang ia pegang terjatuh.
"Maaf, maaf, lo gapapa," ucap orang tersebut sambil berusaha meminta maaf.
"Gapapa, mata lo peang!" Eila merespon refleks dengan mengumpat karena merasa sakit di pantatnya.
"Sekali lagi, gue minta maaf, gue lagi buru-buru, bye," kata orang itu cepat sebelum berlalu.
Karina, yang memperhatikan kejadian itu, merasa curiga dengan perilaku tersenyum pria tersebut. Ia merogoh sakunya dan benar saja, kecurigaannya terbukti sialan inti kristalnya. Ia menyerahkan belanjanya ke Eila sebelum berlari mengejar pria itu.
"Kak, Karina mau kemana?" teriak Eila cemberut, merasa ditinggalkan. Namun, sayangnya, Karina sudah terlanjur jauh sehingga tidak mendengarkan Eila.
Tanpa disadari oleh Karina, sejak langkah pertamanya memasuki pasar yang ramai, seorang pria telah mengawasinya dari sebuah restoran di lantai dua. Ekspresi senyum miring terukir jelas di wajah yuta, menambah kesan mengerikan.
Setelah menyesuaikan ekspresinya, yuta keluar dari tempat persembunyiannya dan mendekati seorang gadis yang sedang membersihkan lututnya yang memerah, iapun mengulurkan tangannya kearah gadi itu.
Namun, Eila mengabaikan ulurannya. Dengan mempertahankan ekspresi tersenyum, yuta pun menarik uluran tangan itu kembali.
Setelah membersihkan lututnya dari debu, Eila pun mulai berdidu untuk memberi info keamanan tentang pencurian. Saat Eila berbalik tanpa ia sadari sebuah tangan mendarat di tengkuk lehernya, matanya pun menjadi gelap.
Yuta mengarahkan telunjuknya ke arah hidung wanita itu untuk mendeteksi apakah ia berhasil. Setelah beberapa saat, saat tidak ada reaksi dari wanita itu, ia menyadari bahwa wanita tersebut telah sepenuhnya pingsan.
"Kalo ini bocor, gue abisin kalian!" teriaknya dengan nada arogan di hadapan semua orang yang menyaksikan adegan tersebut.
Setalah memberi peringatan yuta pun pergi meninggalkan tempat kejadian dengan wanita yang masih tak sadarkan diri di punggungnya dan mengkodekan anak buahnya untuk mengambil semua barang belanjaan wanita tersebut.
...
Sedari tadi, karina mengejar pencuri itu, hingga ia menyadari sekarang ia barada di lingkungan kumuh, dimana banyak sekali belokan dan jalan penuh sampah. Sial pencuri sangat cepat, seperti di latih dengan benar. Saat ia berhenti ia merasakan seseorang di belakangnya.
Seseoran memukul tengkungnya. Namun, bukan Karina yang pingsan, melainkan pelaku yang mendapat kejutan ketika Karina dengan cepat dan gesit mengikatnya dengan energi inti kristal.
Dengan rasa kesal dan amarah yang memuncak langsung mencekik orang itu menggunakan energi inti kristalnya.
Merasa sesak di lehernya, pria itu dengan nafas tersendat mulai berbicara, "Kalau lo mau temen lo selamat, lepaskan gue."
Mendengar itu pun, ia melonggarkan energinya hingga membuat pria itu jatuh.
Karena jatuh begitu keras, pantat Jeno pun seperti mati rasa. Menahan sakit iapun berdiri menyilangkan lengannya dengan postur arogan
"Hahaha, kalau lo mau teman lo itu selamat, mending ikut gue!" teriaknya lagi, tetap dengan sikap yang sombong.Beberapa saat kemudian, tawa arogan jeno terhenti tiba-tiba ketika ia merasakan seluruh tubuhnya diserang oleh rasa sakit yang luar biasa. Rasanya seperti seluruh daging di dalam tubuhnya ditusuk oleh ribuan jarum tajam.
Dengan panik, Jeno melirik ke arah karina yang perlahan mendekatinya. "Berhenti, gue bilang berhenti!" ucapnya dengan suara panik. Namun Karina terus maju dengan ekspresi datar di wajahnya. Hngga membuat Jeno mengeluarkan kringat dingin.
Karina melangkah mendekati Jeno yang sedang tampak memegangi kepala.
Kaki kanannya terangkat dan menginjak pundak Jeno dengan boot keras khusus militer, menyebabkan Jeno tertunduk di tanah coklat.
"Lo mau temen lo mati, hah?" ucap Jeno dengan ketakutan saat melihat Karina menarik sebuah pisau yang terselip di sepatu boot itu.
Dengan nafas terengah-engah, Jeno menutup mata dalam ketakutan. Jika ilmuwan itu seorang psikopat, Jeno tidak akan mau mengajukan diri sebagai umpan.
Ia pun dalam hati mengucapkan mantra agar diberi keselamatan. Namun, yang terjadi tidak sesuai dengan yang dia duga. Bukanya mati, ia malah merasa baju yang dikenakannya terkoyak. Perlahan iapun membuka mata. Apa Yang ingin ilmuwan ini lakukan padanya?
![](https://img.wattpad.com/cover/363745332-288-k111490.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombie Apocalypse: Back to the Past
Science FictionDilahirkan kembali lima bulan sebelum bencana kiamat, di mana zombie berkeliaran dan umat manusia hampir punah, Karina mendapati dirinya terlahir kembali dengan ingatan yang utuh. Terkejut oleh kesempatan yang diberikan, ia bersumpah untuk tidak men...