Chapter 7. Bayi laki laki

421 50 2
                                    


Sudah hampir tengah malam, karina dan ketiga orang lainnya menunggu di dalam toilet. serta wanita hamil tersebut telah melahirkan bayi laki-laki yang nampak sehat, tentu saja karina yang membantu persalinan. untung saja ranselnya terdapat antiseptik dan obat obatan, dan meskipun ia tidak memiliki gelar dokter, namun ia mengetahui sedikit tentang fisiologi manusia. Kini bayi tersebut telah tertidur di pelukan ibunya.

Kruk!

Suara perut dari gadis berseragam memecah keheningan malam. Tanpa aba aba Karina melemparkan sebuah roti dari perbekalannya menuju gadis tersebut.

Gadis tersebut melihat ke bawah sembari melirik ke arah Karina, dengan cepat mengambil dan menggigitnya dengan rakus.

Merasa ada yang memperhatikan, gadis tersebut menghentikan kunyahannya. ia pun melihat pria berkulit tan dan wanita menggendong anak sedang menatapnya dengan mulut yang sepertinya akan meneteskan liur.

Gadis berseragam tersebut segera membagi roti tersebut menjadi tiga bagian dan menyerahkan kepada pria tan dan wanita hamil tersebut. Mereka pun memakan dengan lahap mengabaikan zombie berdarah di dekat wastafel.
Karina yang melihat pemandangan  itu pun sedikit mendengus.

"Kalian saling kenal?" tanya Karina

"Sebelumnya engga tapi Kita bertiga udah seminggu kejebak disini, oiya kak gue Eila" ucap gadis seragam sekolah.

"Karina"

"Em, yang itu Tante Yuna dan yang kulit item itu Haikal" 

"Eh gue ga item ya, ini tu eksotis" sentak Haikal

"Sama aja"

Yuna, yang melihat pertengkaran itu hanya dapat tersenyum tipis. Tiba-tiba tangisan bayi pun bergema didalam toilet.

“Kita harus keluar dari sini, kasian juga bayinya kedinginan di toilet” ucap Eila

“Gimana keluarnya coba? banyak zombie diluar” frustasi Haikal sembari mengacak acak rambut hitamnya.

“Udah seminggu kita di sini dan gaada tentara atau apa pun lah yang dateng, sial!” tambahnya dengan nada frustrasi.

“Kalian nunggu apa?, ga bakalan ada yang nyelametin kalian” celetuk karina dengan nada santai sembari  berjalan menuju pintu.

Haikal yang melihat karina berjalan menuju pintu pun bertanya "Lo mau kemana, lo ga bakalan ninggalin kita bertiga kan” ucapnya dengan nada panaik karena hanya karina yang menurut mereka berkompeten.

Karina pun berbalik “cari makan” jawabnya dengan melempar sebuah pisau di depan kaki Haikal.
“lo ga mau duduk duduk doang kan” tambah karina.

Pria tan terebut tertegun, mengambil pisau tersebut dan ia bertekad untuk mengikuti.

“Kalian berdua tunggu aja disini”

"Kalian serius mau keluar, tadi kita coba keluar malah mau mati. Kita tunggu aja suami Tante yuna aja" ucap Eila menyelak.

"Oiya kak Karin, suami Tante Yuna tentara kita bisa nunggu sebentar lagi" tambah Eila.

"Udah seminggu kan kalian disini,  dimana suaminya?.  Gaada kepastian juga suaminya gak bakal berubah jadi zombie" selak karina.

Mendengar ucapan karina, Yuna menunduk bersedih sembari melihat anak nya.

"Huh"  desah Karina sembari berjalan keluar, Haikal yang melihat itu pun mulai mengikuti karina.

"Lo disini jagain Tante Yuna" bisik Haikal pada Eila

...

Karina pun langsung melangkah Menyusuri lorong yang panjang dengan penerangan seadanya, karina melangkah santai karena ia tau pada saat ini hanya indra penciuman yang berfungsi. Namun, beberapa lama kemudian zombie akan berevolusi. Pendengaran dan penglihatan akan pulih. Di belakangnya, terdapat pria sedang memegang pisau dengan tangannya yang gemetar.

Mengambil pistol di tasnya ia pun menebas kepala zombie sembarangan, karena ia tau titik fatal kematian zombie tersebut. Jika saja tentara mengetahui titik fatal mereka, maka akan mudah menghabisi nya, namun saat ini hanya ia saja yang mengetahuinya.

Ia pun melihat sebuah gudang persediaan dan langsung mengetuk dengan keras, dan sebuah suara pun keluar dari dalam gudang.

“Siapa di sana”

“Buka” teriak karina

Namun ia tidak mendapat jawaban. Kesal, ia pun mengarahkan pistolnya ke pintu.

Dor!

Orang-orang di dalam gudang pun panik.

“Jika tidak ada yang membuka, saya akan menembak pintu ini” tambahnya dengan nada mengancam.

Mendengar ancaman tersebut, orang di dalam gudang pun panik dan segera membukanya sedikit. Karina yang kesal langsung membuka pintu dengan lebar, Kini ia bersama Haikal pun masuk.

Karina melihat banyaknya orang didalam, sekitar sepuluh orang. Diantaranya ada yang berseragam biru dan ia yakin itu adalah karyawan toko dan beberapa masyarakat biasa.

"Apa ini?, Cuma anak kecil. Berani sekali kalian mengancam?" kata seorang pria dewasa memegang kerah Haikal.

Dengan sigap, Karina menodongkan pistolnya ke arah pria dewasa tersebut.

"Hey, kita yang nemuin tempat ini. kalian berdua gak pernah diajarin sopan santun." ujar ibu ibu berbadan gempal berteriak.

"Ada apa ini"

Mendengar suara bass keras, Karina pun mengalihkan perhatiannya ke arah sumber suara, ia melihat sosok wajah familiar, "Jhon Obhiren"  merupak pemimpin dari markas besar di masa depan, ia berhasil membangun zona aman tempat dimana ribuan orang berada dan banyak pemburu kuat, dokter, dan ilmuwan di dalamnya dan ia pun bagian dari markas besar tersebut sebagai seorang ilmuan.

"Lalu apa yang dilakukannya di supermarket" fikir Karina dengan mengerutkan dahinya.

Pria dewasa tersebut melepaskan kerah Haikal dan berjalan menuju jhon. "Mereka menerobos masuk" ucapnya dengan nada provokasi

Jhon pun melihat kearah Karina dan Haikal dengan mata mengawasi. Lalu ia melirik sekilas pistol yang ada di tangan Karina.

"Mengapa kalian menerobos masuk" tanya jhon
"Tentu saja, jika kalian ingin bersembunyi disini letakan semua senjata kalian" lanjutnya

"Eh! Lo pikir Lo siapa? Suka suka dong dikira ini tempat nenek moyang Lo?" Teriak Haikal

Karina pun melirik tajam ke arah Haikal dan memberi isyarat untuk diam.

Peelahan, ia pun langsung meletakkan pistolnya. Haikal yang melihat itu pun heran dan mengikuti karina menurunkan pisaunya.










Zombie Apocalypse: Back to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang