Meskipun sudah aman dari amukan masa, tapi orang orang di kantor utama haven terus menggunjingnya diam diam“Eh denger denger yang nyebarin rumor tenteng obat darah itu Lily loh, sumpah jahat banget kasian karina” bisik seorang wanita kepada rekannya, suaranya penuh kebencian.
“Licik banget, liat kelakuannya kayak ani ani nempel sana sini” sahut yang lain sambil melirik Lily dengan tatapan sinis.
“Kasian karina di difitnah jangan jangan, obat dia yang dari darah” ujar seorang lagi, menambah bumbu gosip.
Mendengar ucapan mereka Lily terus memakan makannya dengan dagu tertunduk. Dasar orang orang bodoh yang iri, Pikirnya
Suasana kantin penuh dengan cemoohan untuk lily. Sehingga membuat nafsu makannya hilang.
Saat ingin kembali ke kamarnya, ia melihat seseorang yang tak asing di pojok ruangan. Itu adalah karina.
Melihat Karina tertawa bahagia membuat darah Lily mendidih, pasti dia sedang mengolok olok dirinya yang di tertawakan oleh semua orang.
“Saya curiga obat yang di produksi itu plagiat dari kita” ucap seorang asisten, mendengar itu wajah Lily menjadi padam, entah karena malu atau marah.
Tak ingin mendengar kritikan yang tidak membangun, ia berjalan melengos.
“Tenang saja, 'dia' pasti menggunakan darah zombi asal asalan” ucap karina dengan suara di keras keraskan.
Lily yang mengetahui informasi baru pun langsung menempelkan telinganya ke tembok, untuk mendengar lebih jelas.
“Benar benar, saya dengar sebelumnya, dia meminta beberapa zombi dari para pemburu, tapi tentu saja pemburu itu mengambil zombi secara acak bukan yang berasal dari raja zombi”
Lily mengerutkan, keningnya pantas saja obatnya tidak berefek ternya ada sebuah kesalahan. Lily menyunggingkan senyum kemenangan dan langsung pergi ke labolatorium, kepalanya yang semual menunduk kini menjadi tegap kembali.
….
Setelah mengetuk beberapa kali, ia tidak mendapat jawaban dari dalam, Karina membuka pintu sedikit. Matanya langsung tertuju pada seorang pria yang sedang berbaring di kursi dengan mata terpejam dan tangan disilangkan di atas dada.
Dengan langkah pelan agar tidak membangunkan pria itu, Karina meletakkan kotak bekal yang dibawanya di meja sofa. Ia kemudian berjalan mendekat, perhatiannya sepenuhnya tertuju pada wajah pria tersebut.
Rambut hitam Jeffry sedikit berantakan, dan wajahnya memperlihatkan jejak-jejak kelelahan.
Karina duduk di tepi meja, tangannya terulur dengan lembut untuk menyentuh dahi berkerut pria itu. Sentuhan lembutnya tampak membawa ketenangan, karena perlahan kerutan di dahi pria itu mulai memudar.
Tangannya kemudian dengan lembut menyusuri wajah pria itu, dari dahi turun ke kelopak mata yang terpejam, melewati hidung yang tampak sempurna, hingga akhirnya berhenti di bibir pink yang tampak sehat. Karina bahkan merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.
Mungkin karena sentuhan, Pria itu bergerak sedikit, namun masih tetap terlelap di kursi tidak nyaman itu.Mengambil handphone dari dalam tasnya, Karina mulai menekan ikon kamera untuk mengambil beberapa gambar, Senyumnya mengembang ketika dia mengabadikan momen itu, mencoba mencari angle yang tepat untuk menampilkan kekasihnya dengan sebaik mungkin.
Saat sedang mencari sudut yang lebih baik, tangannya tak sengaja menggeser mouse di meja, mengakibatkan layar laptop Jeffry yang berada di dekatnya menyala.
Karina menoleh dan melihat layar biru dengan beberapa kode kombinasi angka dan huruf. Keningnya mengernyit, merasa bingung.
"AI?" bisiknya pelan. Namun, tak ingin terlalu memikirkan hal tersebut, ia segera mematikan laptop itu.
Karina beranjak dari meja dengan hati-hati, tidak ingin mengganggu Jeffry yang masih terlelap.
Sebelum ia sempat beranjak lebih jauh, sebuah tangan yang hangat dan kuat menggenggam pergelangan tangannya. Membuatnya kaget dan kehilangan keseimbangan dan tubuhnya goyah, jatuh tepat ke pangkuan Jeffry.
“Jangan berpura-pura tidur,” ucap Karina sambil mendekatkan wajahnya ke kepala kekasihnya. Melihat mata Jeffry yang terbuka hanya sebelah, membuat ia tertawa kecil.
“Apakah wajah saya setampan itu, hm?” goda Jeffry dengan suara serak khas orang bangun tidur, lalu meraih handphone dari tangan Karina dan mengambil beberapa gambar mereka bersama dengan Karina tetap di pangkuannya.
Setelah mengambil beberapa gambar, Jeffry meletakkan ponsel itu sembarangan di meja sebelah, lalu menatap wajah kekasihnya dengan senyum yang mencapai garis mata. Tatapannya begitu lembut dan penuh cinta, hingga membuat pipi Karina memerah dan berusaha beranjak dari paha kekasihnya.
Karina mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi tidak berhasil karena perbedaan kekuatan di antara mereka.
"Saya lelah," ucap Jeffry dengan nada lembut, menyembunyikan wajahnya di leher Karina hingga membuat Karina tersentak geli.
"Aku berat" Jeffry hanya menggeleng tanpa suara, menandakan bahwa ia tidak merasa terbebani sedikit pun.
Perlahan, tangan Karina mulai mengelus rambut pendek khas tentara Jeffry, hingga membuat Jeffry menutup mata dengan nyaman, menikmati setiap sentuhan lembutnya.
Tiba-tiba, terdengar suara perut yang kelaparan, "Kyukk!" Karina tersenyum mendengar itu, lalu dengan lembut menjauhkan pelukan mereka dan menatap Jeffry.
"Sepertinya ada yang lapar," godanya sambil bangkit menuju sofa.
Jeffry membuka mata dan tersenyum malu. "Mungkin sedikit," akunya yang membuat Karina tertawa.
Kemudian ia berjalan membuka kotak bekal yang tadi ia bawa dan meletakkannya di meja. Aroma makanan yang lezat segera memenuhi ruangan, membuat Jeffry semakin tergoda.
Setelah makan siang singkat mereka, Jeffry membaringkan kepalanya di paha Karina sebagai bantalan dan menutup matanya.
Ia tampak menikmati momen itu, namun tak berselang lama Karina memindahkan kepala Jeffry dengan lembut. "Berbaring setelah makan dapat mengganggu pencernaan,"
Jeffry membuka matanya dan dengan enggan bangkit duduk di tepi sofa. Iris matanya menatap Karina dengan intens. "Lalu kegiatan apa yang bagus setelah makan?" tanyanya dengan suara pelan namun penuh arti.
Mendengar itu, Karina langsung berdiri dan meletakkan tangannya di pinggang dengan wajah galak yang dibuat-buat. "Tentu berjalan-jalan," jawabnya tegas sambil beranjak keluar ruangan, dengan wajah yang merah seperti tomat.
"Baiklah, berjalan-jalan," katanya dengan kekehan lalu menyusul, sambil menggenggam tangan Karina.
"Apa itu AI?" tanya Karina di tengah jalan-jalan sore mereka, mengingat layar laptop yang sempat menyala tadi.
"AI? Artificial Intelligence," jawab Jeffry dengan sedikit kebingungan, tidak menyangka bahwa Karina tidak mengetahui AI.
*Jangan lupa vote dan coment
![](https://img.wattpad.com/cover/363745332-288-k111490.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombie Apocalypse: Back to the Past
Bilim KurguDilahirkan kembali lima bulan sebelum bencana kiamat, di mana zombie berkeliaran dan umat manusia hampir punah, Karina mendapati dirinya terlahir kembali dengan ingatan yang utuh. Terkejut oleh kesempatan yang diberikan, ia bersumpah untuk tidak men...