"Boun.. kau sudah pulang?"
"Iya Yah"
Boun memasuki rumahnya, di sambut ayahnya yang sedang menikmati angin malam sepoi-sepoi
"Gimana project nya?
"Lancar Yah. Semuanya berjalan sesuai planning kita"
"Bagus. Kamu makin hari makin menguasai bisnis ini"
"Tapi jangan cepet pensiun dulu Yah. Gak enak tau klo nganggur"
"Enak aja nganggur. Ayah klo pensiun juga gak bakal nganggur lah. Ayah mau jalan-jalan keliling dunia"
"Ihhh gayanyaaa"
"Iya dong.. menikmati hasil kerja keras Ayah. Nanti klo udah tua, udah gak bisa apa-apa biar Ayah udah puas dan tinggal leha-leha dirumah"
"Cihhh.. emang sekarang Ayah masih muda?"
"Hehh.. Ayah masih kuat beronde-ronde"
"Dahlah.. bahasnya menjurus-jurus malea ahh"
"Boun..."
"Hem?"
"Ayah boleh ngomong sesuatu?"
"Keknya aku tau arahnya deh"
"Carilah penggantinya"
Ayah Boun sangat berhati-hati dalam bicara kali ini. Dia tidak ingin menyakiti hati anaknya, tapi dia juga tidak tega melihat anaknya sendirian terus menghadapi dunia
"Yah...."
"Kamu gak mungkin sendirian selamanya kan?"
"Tolong Yah..."
"Boun.. Dia sudah menikah dan bahagia. Mungkin saat ini Dia sudah punya anak. Jadi......"
"Aku baik-baik aja Yah.. Ayah jangan khawatir"
"Tapi nak...."
"Ayah nikmati aja hari tua Ayah. Aku bahagia klo Ayah bahagia"
"Sudah setahun lebih. Belajarlah untuk membuka hatimu untuk orang lain nak. Bagaimana Ayah bisa bahagia menikmati hidup jika kamu masih bergelut dengan luka mu"
"Yah...."
"Nak, kau tau kenapa Ayah merestuimu?"
Boun menatap Ayahnya dalam
"Ayah melihatmu sangat bahagia. Tertawa yang belum pernah Ayah lihat sebelumnya. Awalnya Ayah menentangmu karena Ayah takut kalian akan mengalami banyak kesulitan di masyarakat dan tidak mampu menghadapinya. Ayah takut kalian terluka. Tapi saat melihatmu sangat bahagia, hal yang tidak pernah bisa Ayah berikan, Ayah berpikir kalian akan mampu menghadapi masa depan. Apalagi setelah mengenalnya, dia sangat baik dan menyenangkan jadi Ayah optimis dengan hubungan kalian. Tapi...."
"Cinta kami tulus Yah. Itulah kenapa kami bisa meghadapi apapun bersama. Bahkan wlopun saat ini kami terpaksa berpisah, aku yakin itu karena Prem tidak punya pilihan lain, tapi cintanya untukku tidak akan pernah hilang dalam hatinya. Itu sudah cukup buatku Yah. Aku bisa bertahan, aku akan baik-baik saja"
Airmata Boun tertahan di pelupuk matanya memaksa ingin mengalir keluar. Boun menghembuskan napasnya dalam, menahan dengan sekuatnya agar airmatanya hanya mengintip di pelupuk saja.
Sang Ayah mendekatinya lalu memeluk tubuh ringkih yang dulunya atletis ini.
"Ayah akan selalu di sisihmu nak"
"Terimakasih Ayah"
Ayah dan anak yang dulu sering berseteru ini kini saling memberikan semangat satu sama lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/213957675-288-k971959.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tresno jalaran soko ngglibet (END)
FanfictionMon maap sebelumnya... Ini ff bukan karya sastra ilmiah.. jadi bahasa yg di gunakan bakal amburadul tidak sesuai EBI EYD.. Untuk yg gak suka dg gaya penulisan q di mohon minggir aja daripada anda gak nyaman.. Matur tengkyu