56

41 5 1
                                    


Perjalanan liburan yang menyenangkan.. yaa.. selama liburan di desa kelahiran Prem, Boun dan Prem menjelajah mengelilingi desa setiap hari. Prem memperlihatkan betapa indahnya suasana di desanya.

Mereka ikut Bapak ke sawah, naik traktor untuk membajak sawah. Ikut ngarit (cari rumput untuk makanan sapi), juga kadang ikut emak ke sungai sambil melihat beberapa orang sedang memandikan sapi, ada kebo juga 🤭

Suasana pedesaan yang masih sangat indah apalagi di pagi hari, sangat sejuk tidak seperti pagi mereka di Bangkok yang di sambut dengan udara penuh polusi dari kendaraan bermotor juga dari segala sisi.

Boun dan Prem benar-benar menikmati liburan mereka kali ini.

Emak dan Bapak pun sangat bahagia melihat mereka menikmati keindahan desa, emak dan bapak serasa punya 2 anak perjaka yang selalu membantu mereka.

Apalagi Boun, dia tidak membiarkan emak bekerja keras, akan selalu sigap untuk membantu.

Juga akan selalu memberikan apapun yang emak dan bapak inginkan.

Walaupun komunikasi mereka sekadarnya saja dan dengan bahasa gerakan tapi tidak akan menghalangi kedekatan mereka. Kadang Prem menjadi translator dadakan karena perbedaan bahasa yang sulit di pahami.

Warga desa pun sangat suka pada Boun karena dia sangat ramah. Selalu menyapa dengan senyuman manisnya jika mereka berpapasan.

Semuanya berjalan baik dan indah.

Liburan Boun dan Prem hanya tinggal beberapa 2 hari lagi. Wlo sebenernya Boun enggan kembali ke Bangkok karena sudah merasa krasan di desa, tapi bagaimana lagi pekerjaannya menunggunya.

Sang Ayah pun sudah berulang kali menghubunginya karena sudah menantikan kepulangannya.

"Phi Boun.."

"Hem?"

"Lusa kita sudah balik ke Thailand. Aku udah gak sabar"

"Kenapa cepet banget sih.. aku masih ingin disini"

"Heeyy... Kenapa malah gak mau balik?"

"Disini enak banget"

"Tapi aku kangen suasana kampus. Aku kangen Sammy, Fluke, Ayah"

"Yang udah jadi anak ayah"

"Hehe.. iya dong.. kan anak kesayangan"

"Yodah klo gitu aku jadi anak emak bapak aja"

"yeee.. malah mau tukeran. Eh tapi ada yang paling aku kangenin sih"

"Siapa???? 😏"

"Kita"

"Kita? Kan kita bareng mulu"

"Tapi kita udah lama gak itu.."

"Itu?"

"Ih phi Boun.. ituloh anu"

"Katakan yang jelas. Aku gak peka kode"

"Dahlah males"

"Apasih sayang... Coba bilang mau apa hem"

Phi Boun dengan suara lembutnya membuatku semakin merindukannya..

Rayuannya selalu membuatku hilang akal. Aku sudah tidak tahan lagi.

Ku tarik tengkuknya dan melumat bibirnya dengan tidak sabaran

Aku melihat senyum kecil di sudut bibirnya, dia selalu bisa membuatku gila.

Saat phi Boun membalas lumatanku, aku memasukkan lidahku untuk menjelajahi seluruh ruang dalam mulut manisnya

"Emphhhh"

Si anjirr kenapa aku tidak bisa menahan lenguhanku..

"Ahh Prem hentikan.. sudah cukup"

Phi Boun berusaha menahanku saat tanganku mulai merasa sesuatu yang mulai mengeras di bawah

"Aku mau..."

"Prem.. kita masih dirumahmu"

"Emak bapak lagi pergi. Kita bisa menuntaskannya dalam 10 menit ok"

"Tapi Prem..."

"Plissssss .. aku gak bisa menahannya"

Aku berusaha memohon dengan membuat wajah semelas mungkin hingga phi Boun menganggukkan kepalanya

Yaaa.. tentu saja aku yang menang. Dan aku mendapatkan apa yang aku mau.

"Aaaahhhhh...lebih cepat phi Bounnn"

Phi Boun semakin menghentakkan pinggulnya di belakangku. Rasanya sangat nikmat dan aaaaaaahhhhhh kita saling menikmati pelapasan yang memuaskan.

"Cepat ganti baju Prem"

"Sebentar lagi phi.. aku masih ingin menikmati kebersamaan kita yang seperti ini"

"Prem..."

"Emak masih lama. Dia klo belanja pasti gibah dulu sama teman-temannya yang ketemu di kang sayur"

Phi Boun akhirnya memelukku erat. Aku tau dia juga pasti sangat merindukanku. Biasanya kita akan menempel satu sama lain 24 jam tapi saat disini kita harus menjaga jarak, itu sangat menyesakkan dada kan.

"Man, karo bapakmu kon nyusul nang......."
(Man, sama bapakmu disuruh menyusulnya ke.....")

Aku gak tau kenapa ini terjadi, saat aku dan phi Boun sedang melumat satu sama lain, emakku masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu dulu.

Emak langsung diam seribu bahasa tidak mampu melanjutkan perkataannya, begitupun denganku dan phi Boun yang cuma bisa kaku di tempat tidak tau harus berbuat apa

"Astagfirulloh Man....."

Disaat emakku mulai bisa mengeluarkan suaranya. Hal pertama yang dia ucapkan adalah istigfar.. aku melihat banyak sekali amarah, kekecewaan dan kesedihan di matanya.

"Mak..aku..."

"Kok tego koen le...le..."
(Kok tega kamu nak..nak..)

Aku langsung bisa menyadari bahwa emakku menggunakan kata 'koen' bukan 'sampean'

Di desaku memang kata itu biasa, tapi untukku yang terbiasa di panggil sampean (lebih halus) itu rasanya sangat sakit.

Aku langsung mengenakan bajuku dan turun dari tempat tidur untuk menghampiri emakku yang saat ini sedang duduk bersimpuh di sebelah pintu kamarku sambil menangis

"Sepurane mak.."
(Maafin aku mak)

Aku berusaha meminta maaf sambil merangkulnya tapi emak menepis tanganku. Sepertinya dia sangat jijik padaku

Aku gak bisa menahan air mataku lagi.. andai aku mengikuti saran phi Boun untuk segera mengganti baju dan menyudahi pergulatan kami. Andai aku tidak memohon pada phi Boun untuk melakukannya. Andai aku bisa menahan hasratku sedikit lagi saja.. andai.... andai... Dan hanya andai yang sudah terlambat..

Semua salahku.. aku yang membuat semua rencana kita yang sudah berjalan baik menjadi berantakan.

Aku merasakan tangan phi Boun menarikku ke dalam dekapnya. Phi Boun membiarkanku mencurahkan semua air yang banjir dari mataku

Aku tidak lagi melihat emakku yang tadi bersimpuh di sebelahku

Sepertinya dia sudah pergi entah kemana membawa rasa kecewa yang teramat dalam.

"Tenanglah Prem..ada aku disini. Aku gak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian"

"Aku telah menghancurkannya phi"

"Tidak ada yang hancur. Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah"

"Tidak phi.. aku tau bagaimana keluargaku"

"Prem.. kita belum mencoba berbicara pada mereka"

"Tapi phi .."

"Tenanglah dulu ya.. nanti kita jelaskan pada mereka"

"Aku....hiks hiks"

Phi Boun mengelus kepalaku berusaha untuk menenangkanku..

Tresno jalaran soko ngglibet (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang