"Kekasih?" Gumam Farsan yang berusaha mengingat sesuatu.
Farsan memang paham artinya kekasih, tapi yang dia tidak paham di antara ingatannya yang kosong, bagian mana yang membuat mereka menjadi kekasih.
Jujur saja Farsan merasa perasaan cinta dengan sesama jenis terlalu aneh baginya. Mungkin saja memang sudah legal sekarang menikah dengan sesama pria, apalagi kesetaraan gender diperhatikan dengan baik oleh masyarakat.
Dibalik hilangnya ingatan Farsan, ia masih paham segala tentang kehidupannya. Samar-samar ia juga mengingat secara bertahap beberapa pelajaran yang dipelajarinya saat hidup setelah mengobrol dengan pria yang bernama Ganendra Donahue itu. Hanya saja memori atau kenangannya benar-benar samar.
Namun, kenapa hatinya masih ragu menyebut Nendra sebagai kekasih. Pikiran mungkin masih bisa menerima, tapi hatinya benar-benar kosong untuk menerima cinta yang terasa asing.
"Kita bisa menyeka tubuhmu sekarang. Kemarin-kemarin masih agak susah, jadi kurang bersih." Nendra tiba-tiba keluar dari kamar mandi membawa baskom kecil dengan handuk di pundaknya.
Jelas Farsan langsung terkejut, dia memandang Nendra gugup serta malu. Bagaimana nanti jika Nendra melihat tubuhnya secara langsung?
Belum sempat Farsan menangani perasaannya, Nendra sudah berdiri di samping rajang untuk membantu Farsan membuka kancing baju rumah sakitnya.
"Ta-tapi," gugup Farsan memegang tangan Nendra yang ada di dadanya dengan wajah memerah.
Farsan yakin dirinya laki-laki, tapi kenapa saat Nendra menyetuhnya ia merasa seperti gadis perawan yang mau di telajangi? Farsan juga tidak yakin kalau dirinya masih polos.
Sadar kalau Farsan malu, Nendra tersenyum gemas dan berhenti membuka kancing baju Nendra lagi. Nendra beralih untuk mencelupkan handuk ke dalam baskom yang berisi air hangat itu.
"Oke tidak perlu lepas baju, kita bisa melakukannya dengan melepas sedikit baju," tenangkan Nendra yang akhirnya mendapatkan persetujuan dari Farsan.
Farsan mengangguk pelan walaupun wajahnya masih memerah. Ia melepaskan tangannya dari baju agar Nendra bisa membersihkan tubuhnya.
"Apa kita sudah pernah saling telanjang?" tanya Farsan tiba-tiba. Wajahnya begitu polos memandang Nendra, membuat pria yang lebih tua darinya lima tahun itu sempat membeku.
Tangan Nendra yang mulai memeras handuk sempat terhenti sebentar dengan satu alis terangkat binggung. Ia berusaha mencerna sampai pada akhirnya ambingu itu dibalas keheningan malam.
"Hah? kenapa kamu bertanya begitu?" Dengan lembut Nendra menyeka wajah Farsan lebih dulu. "Apa pikiranmu langsung aktif setelah baru sadar?" goda Nendra.
Farsan yang merasakan pipinya semakin memerah hingga menjalar ketelinga menoleh ke samping. Ia tidak ingin Nendra mengetahuinya.
Sayangnya pengelihatan Nendra terlalu tajam. Nendra tersenyum tipis sambil beralih untuk menyeka tangan Farsan lebih dulu baru ke tengah bajunya.
...
Semalaman menjaga Farsan yang telah sadar membuat Nendra mendapat energi berlipat ganda. Nendra senang bisa menggoda Farsan, apalagi kekasihnya itu tidak pernah kehilangan kepolosan. Polos Farsan selalu natural sejak lama.Mengingat itu Nendra kembali tersenyum sendiri. Ia bisa melakukan kegiatan menyenangkan itu nanti setelah urusannya di kantor selesai.
Untuk menjaga Farsan, Nendra telah menyewa seorang pewarat serta dua orang pengawal. Mereka akan menjaga Farsan mulai sekarang dan seterunya.
Setelah menutup ruang rawat Farsan, ia melihat kedua pengawal langsung menunduk hormat.
"Tugas utama kalian hanya satu, jangan pernah membiarkan orang asing masuk, terutama orang yang mengaku sebagai sahabat Farsan," pesannya sebelum pergi meninggalkan mereka dengan pandangan angkuh.
Nendra tidak pernah ramah kesiapapun. Ia akan dipandang tegas dan beribawa oleh bawahan serta koleganya. Sikapnya akan sangat dingin kepada orang-orang terdekatnya terutama mereka yang mengaku keluarga. Hanya Farsan yang memlili Nendra versi berbeda. Kehangatan Nendra hanya untuk Farsan seorang, pria mungil yang sangat dicintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories (END)
FanfictionSetelah terbangun dari koma Farsan tidak mengingat apa-apa. Ingatannya seperti kertas putih tanpa goresan tinta. Hanya ada seorang pria yang dengan setia merawatnya, mengaku sebagai kekasih Farsan . Namun, di hari pertunangan mereka Farsan kecelaka...