"Pernikahan ini hanya sebuah janji masa lalu, apa tidak bisa dibatalkan saja?" tanya Yata memberanikan diri.
Plak.
Namun, belum hilang suaranya di udara, Arta Wilasa, yaitu daddy dari Yata telah menamparnya tanpa pikir panjang.
Arta terlihat sangat marah, ia menujuk wajah Yata dengan emosi yang tinggi. "Kamu pikir kamu siapa? Sudah berani meminta sesuatu kepada saya?!" Arta berdecih, ia memandang anak angkatnya itu rendah.
Sementara Yata yang sebenarnya sadar ujungnya seperti ini hanya bisa menunduk. Beruntung tamparan sang daddy tidak sampai membuat sudut mulutnya berdarah.
"Kamu jangan berani mengambil keputusan apapun. Ingat kamu hanya bayangan anak saya." Dengan keras Arta memperingatkan lagi posisi Yata yang memang anak adopsi.
Yata di ambil dari panti asuhan disaat umurnya baru sepuluh tahun. Orang-orang mengira hidupnya akan bahagia, masa depannya cerah, dan menjadi orang kaya yang bergelimang harta.
Mungkin Yata memang mendapat pendidikan yang layak, hidup cukup enak karena tidak harus kekurangan makanan seperti di panti. Namun, setelah umur Yata delapan belas tahun, ia mulai didorong untuk mengurus perusahaan.
Semua kebaikan keluarga Wilasa menjadi beban seumur hidupnya. Benar-benar membuatnya berada di neraka yang tidak terlihat. Karena banyak orang mengira hidupnya enak.
"Ini uang, untuk bonus kamu! Saya masih baik karena kamu berhasil memenangkan proyek untuk saya" Setelah Arta melempar uang yang jumlahnya tidak seberapa, daddy angkat dari Yata itu langsung pergi.
Pekerjaan Yata yang berat dan dengan status sebagai anak bos, tidak membuat Yata kelebihan uang. Keluarganya hanya memberikan uang lebih jika membutuhkan Yata untuk mengembangkan perusahaan. Menggunakan pakaian mahal untuk menghadiri acara kolega misalnya.
Kalau soal gaji Yata selalu mendapatkan dibawah standar. Lagi pula Yata harus membayar budi kepada mereka bukan? Atau alasan lainnya agar Yata tidak bisa kabur dari rumah karena uangnya tidak cukup.
Yata tersenyum miris, ia mengambil uang yang jumlahnya satu juta. Untuk bisa istirahat Yata harus kembali ke rumah kecil yang ada di belakang rumah. Dari awal mereka memang tidak sudi merawat anak buangan sepertinya, tapi untuk mencari bayangan kakak tirinya yang sakit-sakitan, Yata mau diadopsi dengan segala persiapan.
Rumah Yata tidak lebih besar dari kos-kosan murah. Tidak terawat dan terlihat jelek. Hanya saja untuk bertahan hidup Yata memiliki dapur lengkap dengan area kamar mandi.
Lemarinya saja penuh dengan pakaian biasa, hanya baju kerjanya yang terlihat mahal, itupun digunakan untuk pertemuan kolega bisnis.
Dan pernikahan kali ini sudah disediakan satu koper baju mahal oleh Daddy-nya. Ini supaya keluarga calon suaminya tidak curiga nanti.
Padahal setelah menikah Yata yakin hidupnya akan semakin sengsara. Ia tidak disukai oleh Gian.
Yata yang lelah seharian bekerja ditambah lagi mengurus acara pernikahan seorang diri, sebab keluarganya tidak mau tahu soal itu. Mereka hanya memberikan uang, dan menuntut ini itu.
Menjelang pernikahannya dua minggu lagi, Yata benar-benar tidak bisa tidur. Untungnya proyek besar dapat Yata menangkan lebih awal.
Agar Yata bisa kembali kerja lagi, ia mengambil beberapa butir obat dengan jenis berbeda di lemari. Ia langsung menelannya tanpa air dan kembali ke ranjang keras yang tidak pernah bisa Yata ganti kasurnya. Jelas karena uang Yata yang pas-pasan.
"Plis jangan kambuh sampai pernikahan ini selesai," batin Yata yang belum mau keluarganya tahu tentang penyakitnya.
Kalau aku tidak suka aku bisa apa? Bayangan keluarga memang tidak bersuara bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories (END)
FanfictionSetelah terbangun dari koma Farsan tidak mengingat apa-apa. Ingatannya seperti kertas putih tanpa goresan tinta. Hanya ada seorang pria yang dengan setia merawatnya, mengaku sebagai kekasih Farsan . Namun, di hari pertunangan mereka Farsan kecelaka...