Part Spesial Gian Yata (4)

92 9 0
                                    

Yata akhirnya bisa langsung pulang ke rumah setelah jam dua pagi. Mereka sama-sama memutuskan untuk pulang saja ketimbang harus menginap di kamar hotel.

Gian sebenarnya tinggal bersama mamanya dan beberapa para pekerja, tapi selama sebulan ini mamanya akan tinggal di apartemen pribadinya. Dengan alasan akan memberi sedikit ruang kepada anak-anaknya.

Kamar Gian tidak dihias apa-apa, mungkin mengira kamar hotel yang akan digunakan sebagai tempat malam pertama.

"Lepas semua pakaian kamu," ujar Gian yang tiba-tiba sudah ke luar dari kamar mandi.

Yata yang binggung maksud Gian tetap diam, sampai Gian yang telah menunggu langsung menghela napas kasar.

Dengan cepat Gian berjalan hingga ada hadapan Yata. Posisi Yata saat ini memang sedang berada di bibir kasur, niatan awalnya ingin duduk sambil menunggu Gian selesai mandi.

"Layanin aku, sepertinya jiwa jalang kamu cocok digunakan sekarang," ucap Gian dengan wajah datar.

Yata yang sekarang mengerti dengan maksud Gian hanya terdiam dengan rasa sakit. Tangannya dengan terpaksa melepas satu-persatu kancing kemejanya.

"Cepat!" perintah Gian yang merasa pasangannya itu menunda-nunda waktu.

Gian itu tidak punya rasa sabar. Sejak kecil ia punya kebiasaan kalau keinginannya akan diberikan dengan cepat, jadi tangan Gian sudah gatal sekarang untuk membuka paksa pakaian Yata.

Biarkan dia menjadi suami kejam yang memperkosa istrinya di malam pertam. Ini juga adalah peringatan kepada Yata.

Gian mendorong badan Yata hingga tengkurap di kasur, kemeja Yata yang sudah terlepas kancingnya bisa ditarik dengan mudah lalu dilempar ke sembarang arah.

Untungnya Gian hanya memakai handuk yang melili bagian bawahnya, jadi setelah melepas paksa celana Yata, Gian bisa dengan mudah megagahi Yata.

Di sisi lain Yata ingin membrontak, tapi dirinya tidak mampu. Apalagi saat merasakan Gian telah menuangkan cairan dingin ke sisi luar holenya.

"Gian, aku belum mandi," lirih Yata yang hanya ingin menunda sesi ini.

Tidak ada dibayangan Yata akan melakukan penyatuan dengan Gian, tapi sepertinya Gian juga sudah merencanakannya sejak awal.

Gian hanya mendegus kesal, ia menarik kedua tangan Yata hingga berada di atas punggungnya. Jelas Yata makin tersiksa dan merasa kesakitan. Ia tidak suka diperlakukan seperti ini.

"Menjeritlah sesuka hatimu," bisim Gian yang mencodongkan badannya ke depan, ia bisa merasa ujung milik Gian sedang berusaha menembua Yata.

Siapa yang tidak gugup serta panik dalam keadaan seperti ini. Yata sampai gemetar karena merasakan perlahan bagian bawahnya menolak milik Gian hingga rasa sakit timbul.

Yata rasanya pening, sakit holenya terasa hingga ubun-ubun. Kali ini Yata tidak bisa diam saja.

"Gian plis stop, sakit sekali aaa ...." Kalimat Yata terhenti karena Gian langsung memasukannya sekali hentak.

Gian tersenyum senang saat melihat miliknya berhasil menyakiti Yata. Terbukti dari jeritan Gian yang kini mulai terdengar jelas.

Setiap kali Gian menggerakkan miliknya dengan cepat, Yata akan menjerit kesakitan sambil memohon. Darah karena pemaksaan yang Gian lalukan juga kini ikut menetes bersamaan dengan miliknya yang ke luar masuk.

"Argh ... jangan, jangan lagi Gian. Ini melukaiku," racau Yata sambil membenamkan kepalanya di selimut, untuk meredam suara ringisannya.

"Tunggu satu jam lagi, itupun kalau aku puas," balas Gian yang semakin brutal memaju mundurkan pinggulnya. Rasanya benar-benar sangat semangat saat Gian menyiksa Yata.

Ini adalah salah satu cara membuat teman ranjangmu tidak bisa merasa nikmat. Rasa sakitnya akan sangat yakin terasa sampai ke ubun-ubun kepala. Tubuhnya tidak bisa nyaman, selalu kesakitan dan tidak bisa adaptasi.

"Ini nikmat," ejek Gian tidak memperdulikan Yata yang sekarang tengah menangis menahan rasa sakit sekaligus pedihnya penghinaan yang Gian lakukan.

"Ini nikmat," ejek Gian tidak memperdulikan Yata yang sekarang tengah menangis menahan rasa sakit sekaligus pedihnya penghinaan yang Gian lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sudah terluka, tapi tolong jangan taburi garam di atas lukaku lagi.

Memories (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang