Selama hampir setengah jam Gian menunggu Yata di depan ruang ICU bersama Wila, dokter yang menangani Gian selama selama ini untuk penyakit leukimianya.
Wila mendengar berita kecelakaan itu di internet, karena khawatir dia langsung bergegas ke rumah sakit, karena tahu dokter pasti memerlukan laporan kesehatan Yata selama ini.
Namun, setelah setengah jam dokter masuk dengan panik, karena perawat melaporkan Yata mengalami henti jantung, sampai sekarang belum ada kabar pasti dari dalam ruangan.
Wila dan Gian pada dasarnya tidak akrab, jadi mereka hanya menunggu dengan diam yang begitu hening.
Lama berselang, Gian melihat seorang dokter keluar dengan kepala tertunduk. Dada Gian teremas detik itu juga, karena nalurinya telah mengatakan kalau Yata menyerah di sana.
"Pasien meninggal
Pada pukul 17.50 wib. Kami tidak bisa menyelamatkan karena selain tulang rusuknya yang patah melukai paru-paru, pasien juga menderita penyakit yang serius yang membuat keadaan semakin buruk."Gian tidak mendengarkan dokter, ia menerobos masuk ke dalam ruangan, di mana seorang suster sedang melepas alat-alat medis yang menempel di tubuh Yata.
Karena gemetar hebat pada tubuhnya, Yata terjatuh di depan pintu ICU. Ia memandang tubuh Yata yang tanpa raga dari jauh.'
Sementara Wila yang ingin mengentikan Yata hanya mematung di belakang Gian. Ia juga tidak mampu melihat orang yang selama ini datang dengan senyuman ke rumah sakit telah terbaring kaku di atas brangkar.
Dengan helaan napas panjang, Wila sedikit menunduk untuk melihat Gian yang hancur. Walaupun tidak menangis keras, tubuh Gian benar-benar lemas dengan dada yang begitu sakit.
"Kita harus menghormati pilihan Yata," ucap Wila memandang nanar ke depan lagi, posisi Yata berbaring. "Yata itu selalu kosisten dengan perkataannya, kalau sudah bilang lelah ingin menyerah, maka Yata melakukannya."
Wila sebagai orang yang cukup tahu banyak tentang Yata hanya bisa bercerita. Tidak menyangka disaat Yata pergi, ada orang yang menyayangi Yata hingga tidak rela kalau kematian Yata kini telah tiba.
"Hidup Yata itu susah, bukan hanya karena materi, tapi luka mendalam yang disebabkan oleh takdir. Walaupun tidak bahagia duniawi, saya yakin Yata sudah sangat merasa bebas sekarang, bisa berkumpul pada satu-satunya keluarga yang Yata miliki. Yaitu saudara kembarnya."
wila berjalan beberapa langkah agar bisa menghadap Gian, ia juga menyerahkan secarik surat yang sebelumnya Yata titipkan kepada Wila.
"Yata ingin dimakamkan di samping saudara kembarnya, ia juga sudah memesan tanah makamknya beberapa bulan lalu."
Gian yang masih tertunduk di lantai menerima surat Yata dengan tangan bergetar. Tangisnya benar-benar pecah setelah surat itu ada di tangannya, Gian meraung dengan keadaan yang sangat memprihatinkan di depan brangkar Yata.
***
Siapa bilang takdir itu selalu adil? Setelah hujan akan ada pelangi. Kemarau panjang akhirnya adalah hujan yang menyejukan. Dan akhir luka adalah kebahagiaan.Buktinya Yata memilih pergi. Ia tidak menerima bahagi di akhir lukanya, tapi lebih memilih meninggalkan duniawi untuk terbang bebas ke alam berbeda. Ke alam yang tidak ada manusia jahatnya.
Gian datang sebagai orang yang mencitai Yata sekarang. Di depan makam suaminya, ia duduk berlutut menaruh surat terakhir Yata di atas makam.
Kalau ditanya penyesalan Gian apa sekarang ini? Maka jawaban Gian adalah pernah menolak kehadiran Yata dalam hidupnya, mengusir orang yang telah banyak menerima luka, padahal dia sedang mencari rumah untuk sekedar berteduh.
Gian menyesal rasa gengsinya lebih besar rasa cinta yang mulai tubuh di hatinya. Gian mengabaikan rasa sebesar itu padahal bisa saja hidup Yata masih panjang sekarang karena Gian berani berbicara.
"Untuk terakhir kali, aku melepas keegosian aku, dan melamar kamu sebagai suamiku sekaligus cinta terakhirku. Aku bersumpah tidak akan pernah menikah seumur hidupku, karena kamu adalah cinta pertama dan terakhirku. Aku janji Yata, tidak akan ada yang pernah menggatikan kamu dihatiku selamanya, dan ini adalah penebusan yang aku lakukan karena telah memberikan kamu luka padahal aku tahu hati aku mulai mencitai kamu."
Yata meletakkan bunga mawar merah muda sebanyak tujuh puluh tuju tangkai karena selama itu pula mereka saling mengenal. Dihitung sejak awal makan malam keluarga dan pencetusan perjodohan mereka berdua.
Gian sengaja memilih mawar merah muda kepada Yata, sebagai orang pemilik cinta pertama Gian.
Gian itu nakal, tapi soal cinta hanya Yata yang berhasilnya merebutnya tanpa Gian sendiri sadari.
Sebagai salam perpisahan, Gian juga meninggalkan cincin pernikahan Yata di atas makam. Sementara milik Gian akan selalu dipakai. Ini adalah simbol jika Gian akan terus terikat kepada Yata untuk selamanya.
.
.
.
Sebenarnya sempat kepikiran mau buat cinta Gian Yata abadi, ingin melihat dua orang ini akhirnya bahagia sampai akhir hidup, tapi mempertimbangkan penyakit Yata, author memutuskan takdir Yata sampai sini.Berjuang dari penyakit leukimia itu tidak mudah, Yata mungkin akan lebih banyak merasakan sakit lagi. Seperti perputaran karma yang tidak berhenti.
Walaupun kisah cinta mereka berakhir pahit, semoga keabadian selalu mencetak mereka dalam cinta murni yang penuh cerita.
Kisah Gian Yata end sampai sini. Ayo sekarang kita lanjut ke Nendra Farsan yang masih berjuang ke garis finis atau menyerah di tengah jalan tanjakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories (END)
FanfictionSetelah terbangun dari koma Farsan tidak mengingat apa-apa. Ingatannya seperti kertas putih tanpa goresan tinta. Hanya ada seorang pria yang dengan setia merawatnya, mengaku sebagai kekasih Farsan . Namun, di hari pertunangan mereka Farsan kecelaka...