09

112 5 0
                                    

Farsan yang diajak masuk kamar Nendra hanya menatap binggung punggung Nendra yang lebar. Pria itu terlihat membawa dua box beda ukuran dan menaruhnya di atas kasur.

Nendra memandang Farsan yang tampak berdiri kaku di depan pintu. Ia akhirnya menunjuk bibir kasur untuk menyuruhnya duduk.

Farsan patuh begitu saja, ia langsung duduk yang membuat Nendra tersenyum kecil. Kenapa pacarnya sangat penurut dan imut seperti ini?

Namun, lain arti saat Farsan melihatnya. Ia malah merasa merinding, apalagi mengingat perkataan Nendra tadi.

Sudah negatif pikiran Farsan, Nendra malah berdiri di hadapannya, ia sedikit membukukkan badannya hingga wajah mereka sejajar.

"Ki-kita, mau ngapain?" gagap Farsan yang merasa ketakutan sekaligus deg-degan. Jantungnya malah tidak kompak dengan otaknya.

Nendra tidak menjawab, ia semakin dekan hingga napasnya terasa mengenai wajahnya. Mata Nendra memandang bibir Farsan intens, hingga membuat kepala Farsan kosong.

"Aku mengambil ponsel," balasnya setelah melihat Farsan perlahan menutup mata.

Farsan yang merasa malu karena salah dugapun memalingnya wajahnya malu. Ia melihat sudut bibir Nendra terangkat seolah sedang mengejeknya.

"Ini, buka." Nendra menyerahkan box ponsel itu kepada Farsan, karena ia memang membelinya khusus untuk Farsan paki. "Kamu masih ingat cara menggunakannya, kan?" Nendra memperhatikan mata Farsan yang menatap ponselnya dengan binggung.

Ia langsung mengangguk. Namun, dengan wajah yang ragu. "Ponsel aku yang lama sudah tidak bisa dipakai?"

Nendra tahu betul kalau Farsan hendak menolak. Sejak lama Nendra tahu kalau karakter Farsan memang sangat enggan untuk merepotkan orang lain.

Setelah berpikir singkat, Nendra langsung menjawab. "Itu agak rusak, tapi ini juga kewajiban saya memberikan barang yang calon istri saya butuhkan." Nendra tersenyum menggoda, menyebabkan pipi Farsan langsung merah.

Mereka berdua saling pandang sebentar sebelum pada akhirnya Farsan sepakat menerima hadiah itu. Walaupun lupa ingatan, kebiasaan menggunakan ponsel membuatnya familiar saat membuka ponsel baru yang Farsan berikan.

Di saat binar mata Farsan terpancar, Nendra menganbil box kedua dan menaruhnya di pangkuan Farsan.

"Ini apa lagi?" binggung Farsan, dari tadi Farsan memberinya banyak hadiah, dan pasti harganya sangat mahal.

Namun, Nendra memberikannya dengan tulus, jadi harga bukanlah masalah.

"Yang ini untuk mengembalikan kemampuan kamu." Nendra membantu Farsan membuka box yang isinya laptop itu, sementara ponselnya ditaruh di atas kasur.

"Apa dulu aku hebat dalam bekerja?" tanya Farsan yang penasaran dengan karakternya di masal lalu.

"Sangat hebat. Dalam waktu satu tahun kamu berhasil menjadi sekretaris cadangan karena kemampuan kamu. Sebelumnya juga belum ada karyawan yang secerdas dan sepintar kamu dalam bekerja."

Nendra ingin menjelaskan lebih banyak, tapi hanya itu pujian itu yang bisa dilontarkan.

Pada saat Farsan mengikuti tes di perusahaannya, beberapa divisi sampai berebut untuk merekrut Farsan lebih dulu. Sampai-sampai harus Nendra sendiri yang menengahi perdebatan itu. Sayangnya setelah satu tahun Nendra mengawasi langsung kinerja Farsan, malahan ia yang tertarik pada pekerjaan sekaligus paras Farsan.

"Pantas saja pelayan bilang aku sering ke sini untuk mengatar dokumen," balasnya dengan wajah pose berpikir.

Nendra yang mendengar itu membenarkan langsung. "Mungkin pelayan juga tidak sadar kita pacaran." Nendra menjelaskan agar tidak ada salah paham yang Farsan dapatkan nanti.

Akan tetapi kekhawatiran Nendra tidaklah benar, sebab Farsan sudah terlanjur percaya kepada Nendra sejak awal.

Nendra yang lelah berdiri akhirnya duduk di samping Farsan, ia merebahkan badannya di kasur.

Sang kekasih mungil yang melihatnya bergegas menaruh barang-barang di lantai dan ikut merebahkan diri di samping Nendra.

Mereka berdua akhirnya merasakan nyamannya kasur hingga tidak sadar tertidur bersama.

Mereka berdua akhirnya merasakan nyamannya kasur hingga tidak sadar tertidur bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahagiaku hanya kamu, jadi apapun bahagiamu akan aku usahakan.

Memories (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang