Sebelum berangkat mencari Gian, Farsan sudah lebih dulu melacak ponsel Gian yang untungnya masih mudah.
Dari rumahnya Nendra memutuskan menjemput langsung adiknya itu dilokasi yang Gian kenal sebagai bar terkenal di kota. Sebelumnya Gian tidak pernah kesini, karena Nendra tahu bar langganan adiknya selama ini.
Nendra masuk ke dalam bar, melihat Gian setengah sadar sedang tertidur di ruang VIP. Gian nampak seorang diri tanpa kontrol minum sesuka hatinya.
Dengan helaan napas panjang, Nendra merebut gelas di tangan Gian dan menatapnya tajam. Terkadang kalau sudah disituasi seperti ini, jiwa seorang kakak baik keluar dari seorang Nendra.
Namun, tampaknya Gian yang sudah putus asa malah mengambil gelas cadangan, menuangkan anggur mahal yang dipesannya untuk diminum secara tidak tahu aturan.
Jelas Nendra yang melihat Gian sudah mau mengambil gelas minumannya langsung merebutnya lagi. Nendra minum sekali tegak hingga ludes dalam gelasnya.
"Bukan begini cara menghilangkan luka, cerita dengan Kak Nendra." Perintah Nendra yang tidak dihiraukan Gian. Adiknya itu malah mendegus sebal dan mencoba membuang pandangannya ke luar arah.
Gian ingin mencoba minum lagi tapi kali ini botol anggurnya yang diberebut oleh Nendra.
"Berhenti minum, dan ayo kita pulang!" Tegaskan Nendra sambil menarik tangan adiknya setelah menaruh alkohol yang dia pegang di meja lain.
"Aku ingin di sini, rumah terlalu menyedihkan." Wajah Gian terlihat terluka, ia memandang kakaknya dengan sedikit berkaca-kaca.
Nendra yang kasihan tetap memaksa Gian untuk berdiri. Ia juga memaksa Gian untuk naik ke atas punggungnya, agar Gian tidak jatuh saat berjalan.
Sepertinya karena sudah lelah fisik dan batin, hingga baru saja naik ke atas punggung Nendra, Gian malah tertidur lelap.
Menyaksikan itu Nendra hanya geleng-geleng kepala. Kenapa baru sekarang ia sadar telah melewatkan masa waktu kanak-kanak. Apa karena keegosian orang tuanya dulu?
***
Sesampainya di rumah Nendra, ia menidurkan Gian di kamarnya sendiri. Dengan telaten membersihkan tubuh Gian dan menggatikan pakaiannya.Gian yang sempat tersadar langsung menatap mata Nendra langsung. "Kak Nendra?"
lirih Gian sedikit tidak percaya.Dengan gerakan reflek Nendra langsung memeluk Gian yang malah duduk dari posisi berbaringnya.
"Jangan seperti ini lagi. Kalau ada masalah cerita saja kepada Kakak. Masih ada Kak Nendra di sisi kamu."
Gian membelalakan matanya, dia dengan kaku melingkarkan tangannya untuk balas memeluk Nendra.
"Kenapa Kak Nendra peduli?" Gian yang masih belum percaya malah bertanya balik.
"Karena kamu adik, Kakak," balas Nendra dengan tulus.
Gian menangis, semua masalahnya membuat air matanya tumpah. Untuk pertama kalinya Gian menangis keras di dalam pelukan kakaknya.
Untungnya Nendra sadar kalau adiknya benar-benar terluka. Jadi ia mengelus lembut punggung Gian agar lebih tenang.
"Ada apa?" Nendra bertanya dengan penuh perhatian. "Cerita kapada, kakak."
Gian menarik napas dalam, sebelum pada akhirnya bertanya dengan lirih. "Bukannya Kakak benci kepada Gian?"
Nendra melepaskan pelukannya, menggeleng dengan kedua tangannya memegang pundak Gian.
"Kakak memang membeci orang tua kita, tapi kalau kamu, Kakak tidak pernah membeci Gian. Kakak memang tidak pernah menunjukkan kasih sayang, karena Kak Nendra pikir orang tua kita sudah memberikan itu. Kakak tidak menyangka kalau sampai membuat kamu mengira Kakak benci kamu. Selama ini Kakak bertahan hanya karena kamu, sampai Farsan datang ke dalam hidup Kakak."
Nendra menghela napas panjang. Memandang Gian dengan perasaan ikut terluka.
"Kamu jangan pernah berpikir lagi Kakak benci kamu, ya. Kamu tidak pernah menjadi orang yang membuat Kakak terluka. Justru Kakak jadi seperti sekarang karena kamu."
Gian mengangguk, masih sesegukan. Ia pria dewasa, tapi tidak ada salahnya kalau sedikit cengeng di hadapan kakaknya.
Karena melihat Gian belum tenang, Nendra kembali memeluk Gian sambil menepuk-nepuk pundaknya.
"Kasihan Yata kalau lihat kamu sampai seperti ini gara-gara pilihannya. Sekarang kita mulai hidup baru, perbaiki yang pernah terjadi dulu, ya. Lembaran baru harus kita buka lagi sama-sama, termasuk keluarga baru kita nanti yaitu Farsan."
Dengan helaan napas panjang Nendra terus memeluk Gian agar lebih tenang, bahkan tidak sadar kalau adiknya kembali ketiduran.
Farsan yang melihat kedekatan adik kakak itu akhirnya kembali hanya tersenyum di ambang pintu. Ia menutup pintu kamar Nendra rapat-rapat agar dua orang itu bisa tidur dengan tenang.
Seorang kakak tidak pernah membeci adiknya yang sedarah dan senasib dengannya. Karena bagi mereka penderitaan mereka tidak terjadi karena salah satunya, tapi peran orang tua yang perlu ditanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories (END)
FanfictionSetelah terbangun dari koma Farsan tidak mengingat apa-apa. Ingatannya seperti kertas putih tanpa goresan tinta. Hanya ada seorang pria yang dengan setia merawatnya, mengaku sebagai kekasih Farsan . Namun, di hari pertunangan mereka Farsan kecelaka...