22

91 4 0
                                    

Belum ada setengah jam perjalanan, telepon Nendra tiba-tiba berdering. Itu panggilan masuk dari kepala pengawal yang ada di rumahnya.

Tanpa menunggu lama, Nendra langsung mengakatnya, mendengar suara panik kepala pengawal yang melapor kepada Nendra.

"Tuan Farsan diam-diam pergi dari rumah, dan kami kehilangan jejaknya," ucap pengawal itu, yang sebenarnya takut kalau sampai dipecat gara-gara lalai menjaga bosnya yang lain.

Tapi Nendra hanya menghela napas kasar, memandang jalanan dari jendela kemudi. Ia juga melihat Farsan kini telah masuk ke dalam area kafe. Dekat dengan kantornya.

Iya, Nendra memang mengikuti Farsan dari tadi.

"Biarkan saja, kerjakan tugas yang lain."

Tut.

Nendra memutus sambungan telepon. Ia langsung melewati begitu saja kafe yan Farsan masuki. Kafe dekat wilayah kantor, jelas ia tahu siapa yang ingin kekasihnya itu temui.

kemarin saat mau ke kamar untuk tidur, Nendra melihat lampu ruangan  kerjanya menyala. Karena penasaran siapa yang telah masuk ke dalam, sebab tidak mungkin Nendra lupa mematikan lampu.

Namun, saat mengecek CCTV, terekam Farsan yang sedang mencari desain bangunan, sampai pada akhirnya dia menemukan barang yang selama ini Nendra berusaha sembunyikan.

Tidak ada yang bisa Nendra lakukan sekarang. Menyembunyikan kebenaran hanya akan membuat hubungan mereka semakin rumit.

Sekarang Nendra sedikit menyesal, kenapa dulu ia tidak mendengarkan apa kata mamanya saja.


***
Jam dua belas siang baru Farsan memutuskan pulang. Kedua sahabat Farsan kebetulan sudah kembali setelah selesai bercerita.

Farsan memutuskan untuk tetap diam di kafe dengan perasaan kacau. Semuanya menjadi tidak jelas, dan Farsan benci dengan kenyataan yang diterimanya sekarang.

Kenapa setelah ada rasa suka dan nyaman Farsan harus tahu kebenarannya. Farsan tidak bisa benar-benar benci Nendra, tapi apakah dia akan menerima kejahatan yang Nendra lalukan selama ini?

Farsan berjalan seperti orang linglung, ia pergi menyebrang mobil dengan fokusnya yang hilang. Farsan benar-benar tidak sadar kalau sebuah mobil juga sedang kehilangan kendalinya.

Semuan terjadi begitu cepat, bahkan Farsan belum bisa menyadari apa yang terjadi, pandangannya sudah gelap dan ia jatuh pingsan.

Tidak jauh dari sana, mobil yang menabrak Farsan juga oleng hingga menyebabkan berguling beberapa kali. Semua orang berseru panik, dengan gerakan cepat mengetik nomor rumah sakit terdekat untuk menangani Farsan serta orang yang ada di dalam mobil.


***
Nendra berlarian sepanjang koridor rumah sakit. Ia kira akhir dari masalah ini adalah kehilangan Farsan dalam hidupnya, bukan malah menjadikan Farsan ada didalam bahaya.

Nendra terus berharap agar jangan lagi, jangan lagi kejadian lalu kembali terulang. Nendra siap jika Farsan memutuskan untuk meninggalkannya, asal Nendra masih bisa melihat Farsan bahagia nantinya.

Tubuh Nendra gemetar hebat, ia berjalan menuju resepsionis yang tidak tahunya ada Gian, adiknya Nendra juga di sana.

Entah kenapa perasaan Nendra mendadak tidak enak. Pikiran buruknya menyelam begitu saja. Nendra sampai begitu takut untuk menyetuh bahu Gian, dan menyadarkannya kalau kakaknya juga di sana.

"Gian," panggil Nendra parau, selain karena dia takut akan kenyataan, sepanjang jalan Nendra selalu berlari hingga lelah.

Gian menoleh ke belakang, keadaannya tidak kalah kacau dengan Nendra. Bahkan, pakaiannya tampak acak-acakan dengan raut wajah cemas begitu ketara.

"Ada apa?" Nendra bertanya dengan rasa penasaran yang lebih menujurus ke takut. "Jangan bilang, yang menabrak itu adalah Yata?"

"Permisi, pasien atas nama Yata Wilasa ada ruang ICU, masih dalam penangan. Sementara pasien atas nama Farsan Daniswara ada di ruang rawat kamar Delima."

mereka berdua langsung membeku, tapi Nendra yang sadar duluan langsung menepuk bahu adiknya dengan lembut.

"Kakak akan melihat keadaan Farsan dulu, baru nanti Kakak akan menyusul ke ICU." Nendra langsung pergi menuju ruang rawat yang disebutkan. Meninggalkan Gian sementara waktu, nanti orang tuanya dengan orang tua Yata pasti kemari.

 Meninggalkan Gian sementara waktu, nanti orang tuanya dengan orang tua Yata pasti kemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku takut akan kebenaran, tapi kebohongan yang terlalu lama juga tidak baik, bukan?

Memories (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang