Hari Pertama

754 41 6
                                    

Hari pertama sekolah setelah libur tengah semester. Para murid sangat semangat dapat kembali masuk sekolah. Tapi boong sih. Setelah libur yang cukup panjang rasanya jiwa dan raga masih ingin tetap berteduh di rumah yang aman dan nyaman. Merebahkan tubuh di kasur yang empuk nan lembut sambil scroll TikTok. Tentunya setelah mengerjakan PR.

Oh iya ada PR.

"OLLIE!!" Seseorang baru saja mendobrak pintu kelas sembari menggendong tas di punggungnya. Ia adalah si bocil meresahkan perusak gendang telinga, Kobo.

Orang yang ia maksud pun menoleh, menatapnya heran. "Kenapa Bo? Masih pagi loh."

Kobo berdeham, "Ketua kelas yang baik hati sekaligus bendahara OSIS yang tidak suka korupsi. Jadi begini, kamu itu pinter dan suka menolong kan? Jadi bisa dong bagi contekan PR matematika kamu." pintanya dengan memelas.

"Gak."

"Kenapa?! Tolongin please, aku lupa kalau ada tugas. Kalau sampai Bu M tau bisa gawat aku!" Kobo terus memohon pada Ollie, tidak lupa dengan wajah imutnya.

Mendengar ucapan Kobo, Ollie pun panik sepanik paniknya. Hari ini ada pelajaran matematikanya Bu guru M, guru tergalak di sekolah ini. Identitasnya pun sangat rahasia, bahkan tidak ada yang tau nama aslinya. Ya kali punya nama cuma satu huruf. Ada yang bilang M berarti "Matematika", ada juga yang menduga M berarti "Madman" (orang gila). Entahlah, pokoknya sekalinya dia marah satu kelas bisa hancur.

"Eh benar juga! Kalau Bu M tau bisa marah banget sama kamu! Untungnya itu masalah kamu sih bukan aku." Balas Ollie sarkas.

"Sialan."

Tak lama pintu kelas didobrak untuk yang kedua kalinya. Menampakkan gadis tupai yang sudah berpakaian rapi dengan jas organisasi di lengannya.

"Ollie, kamu udah selesai PR matematikanya? Aku boleh liat gak? Soalnya kemarin aku sibuk ngurusin buat event sekolah, jadi gak sempet deh.."

"Oh, boleh banget! Nih!" Ollie memberikan bukunya dengan sukarela. "Makasih! Nanti aku kembaliin secepatnya ya!" Ia pun pergi membawa buku catatan milik Ollie.

Ollie merasa cemas melihat temannya yang tetap bekerja siang malam demi sekolah meski di hari libur. Sungguh murid yang sangat teladan, ketua OSIS yang ini memang harus jadi panutan! Namun di sisi lain ada seseorang yang sudah berapi api, siapa lagi kalau bukan Kobo.

"Gak adil! Risu dikasih gitu aja sedangkan aku gak boleh." Kobo menggembungkan pipinya kesal.

"Lagian Risu punya alasan yang jelas dan logis. Sopan pula. Gak kayak kamu." Ucap Ollie dengan nada mengejek.

Kobo masih terdiam, termenung membayangkan bagaimana nasibnya nanti. Melihat Kobo yang diam Ollie merasa tidak enak dengannya. Ia menghela nafas, "Iya deh nanti kamu boleh liat bukuku kok, jangan ngambek terus dong."

Seketika Kobo kembali ceria dan memancarkan sinarnya. "Asik! Makasih Ollie!"

"Iya iya, tapi nanti traktir ya~ Btw mukamu silau banget Bo."

Kobo berdecak, "Ya udah deh.."

"Kalau gitu kita ke lapangan yuk, bentar lagi upacara."

***

Di lapangan, siswa dan siswi sudah berbaris sesuai kelasnya masing-masing. Seperti biasa yang paling pendek baris di depan.

"Duh, Anya kenapa belum datang sih? Aku kan jadi paling depan nih. Di sini terlalu berhadapan dengan guru, padahal pengen ghibah. Pasti enak yang baris di paling belakang." Ucap Iofi, cewek pendek yang tingginya 145+5.

Sementara itu murid di barisan belakang. "Percuma di belakang tapi tinggi, ga ada gunanya juga anjir. Mau ngapain juga pasti keliatan. Kenapa kita bisa setinggi ini ya La?" Tanya gadis tinggi ubanan- maksudnya rambutnya silver.

"Mana kutahu." Jawab gadis pirang di sebelahnya.

Mereka berdua adalah dua mahluk paling tinggi di kelas, Reine dan Kaela. Entah apa yang mereka makan setiap hari sampai bisa setinggi itu. Bahkan beberapa teman sekelas ingin tinggi seperti mereka juga, terutama Iofi yang selalu dikatai bogel.

Tak selang beberapa menit, ada seseorang yang baru saja datang. Tubuhnya pendek, mukanya datar tapi imut. Itu Anya.

"Loh Nya tumben baru dateng. Oh iya kamu mau pindah ke depan?" Tanya Reine.

"Gak usah, ribet." Jawabnya.

"Lagian aku sengaja dateng telat supaya bisa di belakang." Timpal Anya dalam hati diakhiri tawa kecilnya. Ekspresi smug dan tawanya membuat Reine dan Kaela bingung.

Kembali ke barisan depan, kali ini bersama Kobo dan Risu. Entah bagaimana mereka punya pemikiran yang sama. Pemikiran yang aneh dan random.

"Kalau aku lari ke tengah lapangan terus teriak atau joget pasti seru. Ah tapi malu maluin..! Mending jangan deh..." Akhirnya tidak jadi.

Sedangkan teman mereka yang lain...

"Laper pengen ke kantin." - Moona

"Mau pura-pura pingsan aja deh." - Zeta

-Tbc

Harmoni Anak SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang