Olahraga

323 39 10
                                    

Jam pelajaran olahraga. Pelajaran paling menyenangkan tapi juga melelahkan. Tidak apa, yang penting tidak harus berpikir.

Materi kali ini adalah basket dan tim yang bermain sekarang diantaranya ada Kaela, Moona, dan Anya. Sementara tim yang lain menunggu dipinggir lapangan. Ada yang jadi supporter, yang jajan, dan yang gosip.

"Hari ini kita main basket, bisa liat deh cowok-cowok yang pada cool!" seru Iofi memulai obrolan.

"Kapan sih giliranku main? Udah gak sabar nih mau nunjukkin hasil latihan dribble sama kak Bagas!" ucap Ollie semangat.

"Waduh, Kak Ollie Kak Ollie aku nge-fans banget sama kak Bagas, tutor dribble-nya dong, Kak." Kobo tiba-tiba datang bersama Risu yang baru dari kantin.

Mereka pun duduk membentuk lingkaran kecil.

"Eh mumpung kalian di sini, menurut kalian cowok paling cakep di sekolah ini siapa?" tanya Iofi.

"Udah pasti kak Miyabi dong! Kyaaaa~" jawab Ollie salting.

"Kak Miyabi tuh masih belum ada apa apanya sama Fang. Rambutnya, matanya, dan senyumannya itu bikin klepek-klepek!" Kobo juga tidak kalah salting. "Kalian tau? Waktu itu dia ngajak aku nongkrong bareng, loh! Lalu kami makan cimol bareng, jalan bareng, terus ...."

"Padahal kan dia cuma mau nagih hutang." batin Risu. Pada saat kejadian itu sebenarnya ada Risu dan Zeta yang tidak sengaja lewat dan menyaksikan pemandangan tersebut.

"Tapi kalau kalian mau pendapat lain ... kak Izuru juga keren. Terus geng UPROAR juga gak kalah kece."

Semua mengangguk. "Kali ini aku setuju sama pendapat kalian. Habisnya sekolah ini tuh sekolah bergengsi gitu gak sih~ Murid-muridnya cakep cakep semua, jadi bingung siapa yang mau dijadikan suami." Penyakit halu Iofi mulai kambuh.

"Gak ada satupun sih kalo kata aku." timpal Risu.

"Mulutnya dijaga ya, bajing."

"Oh iya, kalian tau Ao dari kelas 1-B kan? Dia cewek tapi mukanya bisa ganteng banget!" seru Ollie.

"Ngomongin soal cewek ganteng, akhir-akhir ini Anya makin populer. Apalagi setelah dia punya potongan rambut pendek gitu."

"Gak heran sih, Yop. Buktinya bisa dilihat di sebelah, tuh." Ollie menunjuk pada Reine yang duduk bersama Zeta. "Tumben banget kan dia mau jadi supporter bareng Zeta dan gak mau ngerumpi sama kita."

"Eh, kamu gak mau dukung Moona juga, Yop?" Risu menggoda dengan mengangkat kedua alisnya beberapa kali.

"Dia tadi gak dukung aku, kenapa aku dukung dia- aduh!" Iofi terhantam bola basket.

"Iofi, kamu gak apa-apa?" Moona menghampiri. "Aku merasa ada yang ngomongin aku."

"Gak apa-apa ... yang ngomongin kamu bakal kena batunya kok ...." jawab Iofi memegangi kepalanya yang benjol sambil sarkas ke dirinya sendiri.

Pat pat.

"Makanya jangan kebanyakan ngerumpi." Moona kemudian kembali masuk lapangan setelah menepuk pelan kepala Iofi yang sakit.

Terilhat Iofi membeku, menahan sesuatu dalam hatinya. "Bodoh, kenapa kamu tepuk bagian itu? Sakit, tau."

Sementara itu di sisi tim yang bermain.

"Kamu sih lempar ketinggian. Kan bolanya jadi kena Iofi," tegur Anya pada Kaela.

"Salah sendiri pendek."

Dari tepi lapangan, Moona mengoper bolanya kepada rekan satu timnya. Karena pertandingan ini bukan pertandingan sungguhan, lama waktu yang diberikan hanya tujuh menit dan sekarang sudah memasuki menit ke lima dengan skor masing-masing 5-2

Tak sampai semenit, skor sudah menjadi 7-2 dari tembakan Moona.

"Kita ketinggalan jauh nih, gimana dong?" keluh salah seorang rekan di tim Kaela dan Anya.

"Tenang tenang. Kami akan tunjukkan kombo maut dari Omet!" seru Kaela yang berpose. "Ayo, puh. Kasih paham!"

Kaela melakukan operan jauh, memberikan bola kepada Anya yang berada di tengah lapangan. Sekarang Anya sudah mengambil alih bola, menggiring ke area lawan dan mencetak dua poin. Lalu dua poin lainnya. Kedudukan sudah menjadi 7-6 di menit menit terakhir.

"Mantap, kita harus bisa dapatkan setidaknya satu poin agar seri sebelum waktu habis." Kaela mulai percaya diri.

Waktu tersisa kurang dari satu menit. Mau dari tim Kaela Anya atau tim Moona, masing masing sama sama memiliki pertahanan yang kuat. Ke duanya saling berebut bola, melakukan shoot maupun steal.

Dua puluh detik terakhir, Anya menguasai bola, berdiri di hadapan Moona.

"Akan kuhalangi kau."

"Coba saja. Kaela!" Anya dengan senyuman percaya dirinya kemudian berlari sembari menggiring bola.

Lalu di depan, Kaela sudah siap dengan posisinya. Kedua tangan yang ia posisikan di bawah sudah siap menopang. Anya berlari menginjak tangan milik Kaela, kemudian melompat dibantu dengan dorongan rekannya. Ia melompat tinggi, melewati Moona yang ternganga melihat betapa tingginya lompatannya.

Lima detik, tangannya siap memasukkan bola. Bagaikan melakukan jump shot, tangan Anya sudah sejajar dengan ring. Tinggal beberapa senti lagi.

Duak!

Bolanya terlepas dari genggaman Anya karena menghantam ring basket.

"... dan kalau aku lihat, dia itu- aduh!"

Duk!

Duk!

Duk!

Lagi lagi Iofi kena, namun kali ini dapat Maniac. Terpantul dari Iofi ke Ollie, Risu, lalu Kobo.

"Duh ... gak lagi deh aku ngomongin orang ...."

Priiitt!

Peluit dibunyikan menandakan pertandingan selesai dengan hasil akhir 7-6 yang berarti dimenangkan oleh Moona dan kawan-kawan.

"Makanya, lompat tuh yang tinggi."

"Kamu yang harus angkat aku lebih tinggi."

"Hei, aku punya batasan angkat orang, ya."

"Aku juga punya batasan melompat."

Anya yang masih menggantung di ring basket, masih sempat-sempatnya berdebat dengan Kaela. "Mending bantu aku turun."

***

Bel pulang berbunyi, semua murid berbondong-bondong meninggalkan sekolah.

"Hari ini apes ...." Iofi berjalan lesu ke luar gerbang dengan dua benjolan di kepalanya.

"Lucu tau, ada benjol di atas benjol," ucap Risu mengejek. "Kalau nambah satu bisa jadi menara, tuh."

Seperti kata orang, ucapan adalah doa dan benar saja, sebuah bola jatuh dari langit kembali menghantam dirinya.

Bruk!

Iofi pun ambruk, terkapar dengan bintang yang mengelilingi kepalanya.

"Alamak, udah gak selamat. Rest in peace."

-Tbc

Harmoni Anak SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang