Kembali

124 19 1
                                    

"La, ngapain?"

"Oh, Kobo. Kok bangun? Aku lagi bikin lingkaran biar terlindungi dari beruang laut."

"Sebenarnya aku gak bisa tidur. By the way pengen bikin juga, dong! Kamu gambarnya kecil gitu, aku gak akan muat di situ."

Kaela yang sedang ronda, menggambar sebuah lingkaran kecil yang mengelilinginya. Kobo juga mau. Jadi ia memberikan kapur yang dipegangnya pada Kobo.

Kobo mulai menggores pada permukaan tanah. Padahal tidak terlihat jelas tapi tetap saja dicoba.

"Selesai! Dengan begini kita bisa berlindung dari serangan–"

"Kalian ngapain?"

"ANJIR! Beruang laut– eh maksudnya Iofi, bikin kaget aja." Kobo mengumpat. "Kami habis bikin lingkaran, takut ada beruang laut."

"Tapi kita kan di darat. Kalian kenapa gak bikin yang besar aja?"

"Nanti lingkarannya jelek. Gak akan selamat," jawab Kaela.

"Sini aku ajarin cara bikin lingkaran." Iofi merebut kapur dari tangan Kobo dan mulai menggaris. "Pertama bikin kepala, hapus bagian ini, terus ini, jadi!"

Iofi menunjukkan hasil karya lingkarannya yang memang terlihat bulat sempurna. Namun tidak ada yang peduli. Kobo dan Kaela asyik berdua.

"Berarti kalau di darat namanya beruang darat?"

"Beruang kan emang di darat, kocak."

"Tch, bodo. Balik tidur lagi aja." Iofi ngambek dan memutuskan kembali tidur.

***

"Ollie, aku laper."

"Moona, aku laper."

"Buwung! Denger nggak?!"

"Nyenyenye 'laper', bacot, cil."

Pagi hari, semuanya berkumpul di dekat api unggun yang sudah padam. Semua terlihat lesu, tidak bisa tidur nyenyak. Pastinya.

"Guys! Liat sini, di sungai ini ada ikannya! Kalian ada yang bawa tali?" seru Risu yang baru selesai mengecek sungai dekat situ.

"Ada, sih, tapi udah dipake," jawab Ollie.

"Hmm, gak apa-apa, deh." Risu terlihat melirik sekeliling dan menemukan apa yang dicarinya, dahan pohon. Ukurannya panjang, tapi tidak besar ataupun kecil seperti ranting. Ujungnya pun runcing, persis seperti apa yang diinginkan.

"Kalau gak bisa buat pancingan, kita berburu ikan!" Risu mengangkat tongkat kayunya tinggi-tinggi.

"Malah jadi manusia purba. Kamu banget tuh, Nya! Tu– maksudnya kuno! Jadul jadul gitu," ucap Kobo. Perkatannya sedikit mengandung unsur sindiran.

Sementara Anya main pukul dengan Kobo, Moona terlihat berpikir. Akhir-akhir ini dirinya sering dapat hidayah. Membuat otaknya jadi semakin berisi.

"Kalau gitu, Risu, Anya, Zeta, nyari ikan. Ollie, Reine, Kaela, jagain tempat ini. Atau mau ke mana, terserah lah. Lalu Iofi dan Kobo, ikut aku. Kita menjelajah." Moona memberi arahan. Ketika menyebut nama Kobo juga intonasinya sedikit ditekankan dan matanya tertuju langsung pada orangnya.

"Tch, personal ini mah."

Akhirnya Kobo mengikuti Moona dan Iofi mencari perbekalan seperti buah, dll.

Harmoni Anak SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang