Pulang Sekolah

298 34 12
                                    

"Baiklah, setelah diundi kita akhirnya mendapatkan hasilnya dan cerita yang akan kita pentaskan nanti adalah cerita Cinderella," ucap ketua ekskul teater.

"Sekarang kita diskusi untuk perannya, ya." Begitulah kira-kira suasana di ruangan teater saat ini. Setiap tahunnya pasti selalu ada drama baru untuk dipentaskan.

"Nghh ... (maaf sus)." Reine meregangkan tangannya, berjalan di lorong sekolah sambil mengeluarkan suara aneh yang dapat membuat pikiran orang lain traveling. Ia merasa begitu lega setelah selesai mengikuti rapat ekskulnya.

"Cuma rapat ternyata. Sebelum pulang ngapain dulu, ya? Jajan dulu, deh." Reine mempercepat langkahnya, tidak sabar menuju area makanan alias kantin.

Dalam perjalanan ke sana, ia melewati kelasnya dan tidak sengaja matanya bertemu dengan seseorang.

Gadis itu berdiri di atas kursi, mencoba menghapus sebuah tulisan di pojok papan tulis. Dengan tubuhnya yang pendek ia harus berjinjit untuk berhasil mencapai area pojok itu.

"Kenapa harus aku yang ganti tanggal buat besok?" batinnya.

"Hai, Anya. Butuh bantuan?" Reine pun menawari bantuan padanya.

"Iya, makasih."

Dengan sigap Reine membantu apa yang sedang dikerjakan Anya.

"Bukannya hari ini kamu ada kegiatan ekskul, ya?"

"Udah beres kok. Kamu mau ikut ke kantin? Aku laper, nih."

"Kita ke kedai ramen Ollie aja. Kata dia yang lainnya pada ke sana."

Akhirnya Reine memutuskan ikut Anya ke tempatnya Ollie. Kedai tersebut berada tepat di samping rumah Ollie dan jaraknya dengan sekolah lumayan dekat jadi mereka pergi dengan jalan kaki.

Karena suasana yang terlalu sepi, Anya mencoba membuka suara.

"Rei, tadi kamu ngapain aja pas ekskul?"

"Cuma diskusi aja, kok. Beberapa bulan lagi kan ada pensi (Pentas Seni), jadi kami siap-siap buat tampil di pentas nanti."

"Kalian tiap tahun rajin."

"Jelas, dong." Tak lama Reine mencium wewangian yang tak asing. "Anya, kamu pake parfum aroma jasmine?"

"Iya, kenapa?"

"Nggak kok. Kirain ada kunti lewat tadi." jawab Reine dengan lidah yang ia julurkan.

"Majide? Kono hito wa hontouni …. (Seriusan? Ni orang bener-bener dah …)" batin Anya dengan bahasa asalnya. (Maaf kalo salah, saya nihongo wakarimasen ww)

Asik mengobrol, tak sadar mereka semakin mendekat. Reine tak menyadari sudah berapa lama ia memandang wajah Anya tanpa memerhatikan jalan.

Tung!

"Goblok–!" Jadinya nabrak tiang listrik.

***

Akhirnya mereka sampai di rumah Ollie. Di sampingnya terdapat sebuah kedai, Kedai Ramen Kureiji dengan slogan Rasa yang Bisa Membangkitkan Jiwa Mati.

Baru saja sampai, mereka langsung disambut oleh si pawang hujan yang terlihat menggerutu sambil membuang sampahnya. "Harusnya alurnya gak gitu …!"

"Eh, ada si bocil. Kenapa tuh muka? Asem bener," tanya Reine.

"Wah ada tante sama anaknya! Masuk aja, guys!" seru Kobo.

"Anak?"

Lalu mereka bertiga masuk dipimpin oleh Kobo yang menuntun mereka pada  bocil-bocil lain. Sampai di sana, terlihat anak ID lain terkecuali Zeta, Iofi, dan Ollie, yang sedang berbincang satu sama lain.

Harmoni Anak SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang