Menyambut Kemerdekaan

177 26 8
                                    

"GARUDA PANCASILA! AKULAH PENDUKUNGMU!"

"Sekarang hari kemedekaan, bukan hari Pancasila."

"Oh, iya kah? 17 AGUSTUS TAHUN 45! ITULAH HARI KEMERDEKAAN KITA!"

"Berisik."

"Hari gini masih ngerjain tugas, Dek? Udah gak jaman. Sekarang waktunya lomba-lomba yang diikuti dengan semangat nasionalisme! Kobo, dong, udah beres tugasnya."

"Kamu kan joki ke Ollie, licik."

"Itu namanya bijak, Yopi."

Suasana merah putih akhirnya telah mencapai puncaknya. Hari perlombaan tahunan akhirnya tiba dan akan ada perlombaan umum yang sering dilakukan seperti balap karung, makan kerupuk, serta tarik tambang juga ada.

"Kalian yang ikut lomba, habis upacara langsung siap-siap, ya," ucap Risu si ketos.

"Tch, upacara. Shikata ga nai." Kobo mendengus kesal.

Singkat cerita, upacara bendera telah selesai dilaksanakan. Bendera merah putih kebanggaan tanah air sudah berkibar di ujung tiang yang tinggi. Berarti kegiatan selanjutnya adalah perlombaan.

"Ayo kita mulai! Aku udah siap mengalahkan OSIS!" Kobo berpose seperti orang yang akan bertarung.

"Dia berpikir kalau ini adalah audio drama 'Bukan Mading Terakhir'," gumam Reine.

"Oh iya, persiapan buat itu aman, kan?" tanya Moona yang merupakan ketua panitia pada kegiatan kali ini. Dirinya menjadi panitia karena usulan dari Risu.

"Aman, Ketua!"

"Oke. Kalian pada ganti baju sana."

Sambil menunggu persiapan, panitia lain yang sebagian besar adalah anggota OSIS, pergi ke lapangan untuk mengecek kondisi. Lapangan sekolah sekarang sudah dihiasi oleh pernak pernik merah putih dan banyaknya bendera. Di samping sekolah terdapat lahan luas yang sekarang sudah diisi oleh sesuatu untuk pentas di hari esok. Saat ini tempat tersebut ditutup oleh terpal lebar agar menjaganya tetap aman.

"Akhirnya kita bisa tunjukin hasil kerja keras kita," ucap Moona menatap puas pada 'sesuatu' itu.

"Woi!"

Dari kejauhan, terdengar seruan bocil kematian yang menggelegar. Kobo berlari kencang ke arah mereka, namun ia tidak bisa mengerem langkahnya, membuat dirinya menembus terpal dan masuk ke dalamnya.

Tak lama dirinya keluar dari tempat itu dengan wajah shock. Mungkin setelah melihat 'sesuatu' yang ada di dalam.

"Wow … I'm speechless. Can not ber-word word."

"Kenapa? Ada apa?" Zeta bertanya-tanya.

"Umm … liat aja sendiri."

"Besok aja liatnya, sekarang pada balik ke lapang sono."

***

Saat ini lapangan sudah dipenuhi oleh para supporter dan peserta. Supporter tiap-tiap kelas sudah membawa alat berisik atau pengiring mereka masing-masing seperti galon atau panci. Bukan hanya perlombaan bagi perwakilan kelas, namun supporter paling meriah dan kelas terindah juga akan dinilai sebagai lomba tambahan.

Perlombaan pertama sebagai perlombaan pembuka, lomba balap karung.

"Harusnya si Risu ikutan ini. Sayangnya dia panitia," ucap Iofi.

Untuk kelas 2-D, di sini ada Anya yang 'terpaksa' menjadi perwakilannya. Namun teknis balapan kali ini agak berbeda. Jika biasanya peserta diharuskan melompat, kali ini mereka akan diikat dalam karung dan hanya menyisakan kepala. Tidak lupa kepala mereka dipasangkan helm full face.

Harmoni Anak SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang