Model

156 21 8
                                    

Hari ini tampak berbeda dari biasanya. Sesuatu yang baik seperti akan segera datang. Di pagi buta di depan kelas, Moona duduk melamun menggulirkan layar ponselnya. Entah sudah berapa lama ia berdiam diri di sana, melihat-lihat isi galeri dengan foto-foto dan video lama yang tersimpan di ponsel lamanya itu.

Jarinya terus bergerak sampai ia pun berhenti ketika menemukan foto selfi Area 15 saat masih menduduki bangku SD. Moona sedikit melengkungkan sudut bibirnya ketika melihat momen itu. Namun yang menjadi pusat perhatian utama dalam foto itu adalah si bogel. Saat itu ia terlihat sangat pendek dan tembam. Moona membesarkan gambar Iofi. Entah kenapa dirinya suka sekali meng-zoom wajah orang-orang dalam sebuah foto.

"Moona!"

Sampai ada seseorang yang menyahutkan namanya. Moona melihat ke arah sumber suara. Seseorang itu terlihat melambaikan kedua tangannya dari kejauhan kemudian berjalan menghampirinya. Rupanya itu Iofi, ia terlihat berbeda hari ini. Rambutnya tergerai panjang ke bawah.

Moona yang masih duduk sedikit mendongak ketika Iofi berhenti tepat di depannya. Untuk kali ini saja, Iofi lebih tinggi beberapa senti dari Moona. Selama beberapa saat, suasana di antara mereka masih sunyi tanpa ada sesuatu yang terjadi.

Iofi menatap lekat pada Moona, begitu pula sebaliknya sebelum Iofi menghentakkan kedua tangannya pada tembok di sebelah kepala Moona. Moona sedikit tersentak namun berusaha menghilangkan semua pikiran anehnya.

"Ni anak kesambet apa?" batinnya.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Aku …."

"Heh, Yopi. Jangan bikin anak orang takut." Tiba-tiba muncul Risu yang langsung menarik kerah baju Iofi dari belakang.

"Adu-duh! Ya maaf aja deh, tapi aku kan serius mau ngomongin sesuatu!"

"Moon, hari ini kita explore lagi, yuk!" lanjut Iofi sambil mengikat rambutnya.

"Masih pengen? Padahal yang butuh aku, tapi kalian yang sibuk."

"Ya, gak apa-apa. Kita kan satu hati."

***

Pulang sekolah pun tiba. Sesuai janji, Moona dan kedua temannya akan kembali meng-explore loker kerja. Tentunya bukan hanya berkeliling, mereka juga menjelajah lewat internet, mencari pekerjaan yang lumayan dekat dari wilayah mereka.

Namun sesuai perkiraan, hasilnya gagal. Masih dengan alasan yang sama, belum cukup umur. Sepertinya membuka usaha seperti berjualan lebih baik, tapi belum ada modalnya.

Mereka berdiri di pinggir jalan, sibuk dengan ponsel masing-masing. Tiba-tiba sebuah lembaran poster yang tertiup angin menghantam wajah Iofi.

"Uwa! Apaan nih?" Iofi mengambil selebaran tersebut dari wajahnya dan membacanya. Kedua temannya ikut melihat juga.

"Model?"

Poster itu menampakkan seorang model yang berpose dengan elegan dan cantik, berbuat mereka terpana.

"Aku mau jadi model …." Moona bergumam kecil.

"Apa?" Iofi yang mendengar itu sedikit menjauh, mengobservasi Moona atas dan bawah. Kemudian menepuk-nepuk pundaknya.

"Bagus, cocok. Lihat, di sini ada nomor dan alamatnya. Coba hubungi, Risu! Biar lebih meyakinkan, panggil Ayunda!"

Suara panggilan telepon pun berdering. Seorang wanita dengan pakaian yang agak kekecilan menunggu jawaban dari pihak sebelah. Tak lama panggilan tersebut berhasil tersambung.

Harmoni Anak SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang