Area 15

182 27 3
                                    

Warning: adegan kekerasan

---

"Wangy."

Seorang anak, Moona, tengah membantu ibunya di dapur membuat kue. Sejak dulu Moona memang punya ketertarikan dengan masak. Tidak, lebih tepatnya dia suka makan, karena itu ia ingin bisa memasak. Jadi saat ini ia membantu ibunya bekerja di dapur, tentunya sambil mencomot adonan diam-diam.

Saat sedang dipanggang pun Moona terus memandang manisan tersebut. Terlihat enak meskipun dilihat dari luar.

Ting!

Suara oven yang berbunyi sedikit mengejutkan Moona. Namun itulah suara yang selama ini ditunggu-tunggu.

"Asik!!" serunya girang.

Sekarang kue kering dengan gula berwarna di atasnya sudah tertata di atas meja, siap untuk dijual di toko. Moona dengan ide nakalnya mencoba mengambil satu diam-diam.

"Hei." Sebuah tepukan mendarat di tangannya yang hendak mencuri. Ketika Moona menoleh pada ibunya, ia sudah ditatap tajam olehnya dengan aura menyeramkan. Dari sini kita bisa lihat dari mana asal usul sifat yandere Moona. Nyalinya pun langsung ciut, ia bersembunyi dibalik meja.

"Nih bagianmu. Bagi sama teman-temanmu juga," ucap ibunya memberikan sekotak bekal untuknya.

"Yey! Makasih, Ma." Moona mengambil kotak bekal itu, berpamitan sebelum pergi bermain bersama teman-temannya.

Sementara itu di rumah yang lain. Si bogel alias Iofi, mengintip dari balik pintu kamarnya, menatap ruang tengah yang ribut akibat perang rumah tangga yang terjadi. Dia hanya diam, menggenggam erat pintu yang terbuat dari kayu itu.

Merasa sudah aman ia mengatur napasnya dulu dan memberanikan diri untuk keluar.

"Ma, Iopi mau main dulu," ucapnya berpamitan.

Tanpa jawaban, kecanggungan yang dibuatnya membuat Iofi panik, gugup, semua emosinya bercampur.

"Ya, jangan pulang telat. Jangan suka keluyuran kayak bapakmu itu."

"Iya tau."

Akhirnya Iofi menutup pintu, menghilangkan sosok yang baru saja bercakap-cakap dengannya. Ia terdiam, bingung, apa perasaan yang harus ia tunjukkan sekarang. Namun dengan segera ia menutup semua itu, mencoba menghilangkan semua kegelisahannya.

***

Di titik kumpul yang sudah ditentukan, Moona dan Risu sudah stand by menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Risu bergelantung di atas pohon, dengan posisi tubuhnya yang terbalik samar-samar ia melihat sosok yang ditunggu.

"Itu dia ... Iofi."

Suara Risu membuat Moona yang awalnya mengantuk jadi teralihkan. Sosok Iofi yang kecil semakin lama semakin mendekat.

"Maap tadi ada ulusan. Liat deh aku bawa apa." Iofi yang baru sampai mengeluarkan sesuatu dari kantungnya, sebuah PSP keluaran terbaru.

Melihat alat yang dibawanya itu membuat kedua temannya excited dengan memancarkan wajah yang berbinar.

"Keren, kalau Moona bawa cemilan buat kita." Moona menunjukkan kotak bekalnya.

"Kalau Risu sih bawa diri."

"Kita main ini, yang kalah gantian," ucap Iofi semangat.

Harmoni Anak SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang