••Jangan jadi Silent Readers••
Budayakan Vote sebelum baca:)
••Happy Reading••
Duduk di meja makan, aroma wangi masakan rumahan tercium. Alethea sudah duduk di meja makan, di sampingnya sosok tamu tak di undang datang ikut duduk dengan tenang.
Ibu Jeno di dapur membuatkan minuman Es teh untuk teman putranya, dengan nampan di tangannnya Ibu Jeno memberikan gelas itu satu-persatu.
Jeno tidak berani mengangkat wajahnya, mamainkan jari-jarinya di bawah meja.
"Mari Thea, Nak Anteros cicipi masakannya... Ikan gulai ini buatan Alethea lohh, ibu tidak menyangka Alethea pintar masak." Ibu Jeno tentu melihat cara Alethea memotong tadi seperti sudah terbiasa melakukannya tidak kaku sama sekali, dan rasa masakannya juga enak setelah di cicipi.
Anteros menaikan satu alisnya, menatap tangan mungil milik Alethea yang terawat dengan baik. Benarkah seseorang yang belum pernah menginjak dapur bisa memasak? Anteros tidak percaya.
Anteros dengan kaku mengambil Gulai ikan di depannya, lalu mencicipinya. Mata Anteros berkedip, mengambil lagi kuah dari gulai ikan itu. "Sial ini enak,"
"Benarkan, enak bukan nak Anteros." ucap Ibu Jeno bersemangat.
Mata Anteros menatap orang di sampingnya. "Enak."
"Kalo gitu, mari makan." Ibu Jeno memberikan piring pada Jeno.
Ketika tangan Jeno ingin mencoba masakan buatan Alethea, tatapan dingin dan menusuk membuat tangannya terhenti di tangah jalan.
Mata Jeno bertemu dengan mata membunuh milik Anteros, seoalah berkata "Berani ambil, mati!"
Anteros menatap gadis itu masih asik makan dengan lahap tanpa melihat sekelilingnya, Anteros tersenyum tipis.
Setelah makan selesai, Alethea ingin membantu mencuci piring namun di cegah oleh Ibu Jeno. Dengan alasan nanti tidak ada waktu keburu sore hari.
Saat ini Alethea duduk di ruang tengah bersama Jeno dan Anteros. Alethea duduk di samping Jeno yang memegang gitar, mereka mulai berlatih sesekali jika terlalu cepat Alethea dan Jeno memulai dari awal lagi.
Anteros menatap tidak suka, merasa di abaikan. Anteros sengaja membuat banyak gerakkan seperti saat ini kaki panjangnya menendang meja kecil di depannya.
Namun Alethea tidak tertarik sama sekali terus benyanyi bersama Jeno yang memainkan gitarnya. Waktu berlalu begitu cepat langit perlahan menjadi berwarna jingga sore hari.
Alethea melihat jam tangannya, sudah menunjukan pukul setengah lima sore, "Sepertinya aku harus segera pulang."
Jeno mengangguk. "Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART OF FIRE
Fantasy••Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki banyak teman karena status sosialnya yang rendah. Siapa tahu? Alethea adalah putri dari pengusaha sukses yang nama marganya sendiri tid...