HOF : 28. For All Thanks God

11.6K 969 222
                                    

••Jangan jadi Silent Readers••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••Jangan jadi Silent Readers••

Budayakan Vote sebelum baca:)

••Happy Reading••

Alethea menatap teduh pada pria paruh baya di depannya, meskipun hatinya terus berkata untuk pergi secepatnya tapi kaki Alethea seperti tertancap, wajah itu tidak ada kemiripan sama sekali dengan papanya dulu. Jika Alethea tidak mengingat detail kebiasaan dari Papanya Alethea tidak akan percaya orang di depannya adalah orang yang sama.

"ALETHEA." ucap Alvian dengan nada bergetarnya.

Mata Alethea perlahan terangkat menatap rumit. "Kenapa Papa harus datang, hidupku sudah bahagia di dunia ini." Ucap Alethea lirih.

Jantung Alvian seperti tertikam, kenyataan pahit bahwa putri yang dulunya selalu menatap punuh harap dengan binar indah di matanya, tergantikan dengan mata yang seolah menolak kehadiran nya.

"Maafkan papa Ale, papa terlambat untuk mengetahui kebenaran nya. Semua perlakuan papa... Padamu, maafkan Papa Ale." Ucap Alvian dengan air matanya yang berjatuhan. Alvian tidak mengerti mengapa tuhan mengirimnya ke dunia ini setelah kematiannya. Alvian ingat betul semua penderitaan di dalam sel penjara selama dua puluh tahun itu pasti permintaan dari mantan istrinya, sepertinya kematian terlalu berharga untuknya menebus semua kesalahan yang pernah ia perbuat.

Tapi Tuhan mengirimnya ke dunia ini seperti menampar dengan kenyataan bahwa istri tercintanya dan putrinya hidup bahagia tapi dengan orang yang berbeda. Wajah mereka sangat mirip bahkan sifatnya sangat mirip, tapi di dunia ini Ia tidak di takdirkan menjadi bagian dari kehidupan mereka.

"Aku sudah memafkan Papa." Balas Alethea dengan tenang, semua yang terjadi Alethea tidak pernah menaruh kebencian sedikitpun.

Air mata Alvian lagi-lagi tidak terbendung, entah kebaikan apa yang pernah Ia perbuat sehingga memiliki putri seperti Alethea. Putrinya Tidak menaruh kebencian terhadapnya tapi malah memaafkannya.

"Bolehkah Papa memelukmu?" Alvian bertanya hati-hati.

Alethea mengangguk kaku, dan dekapan hangat pemeluknya dengan erat. Mata Alethea terpejam merasakan hangatnya pelukan itu, tanpa sadar air matanya menetes. Semua keluhan dan rasa sakit itu perlahan menjadi lega di hatiku.

Mungkin perbuatan Papanya tidak di benarkan, tapi setidaknya dia menyadari kesalahannya, karena menurut Alethea Dendam, penyakit hati hanya akan mengotori pikiran dan hatinya. Meskipun meninggalkan trauma pada dirinya, Alethea tidak mau selamanya terbelut dalam kehidupan masa lalu. Biarlah semuanya berlalu, karena Tuhan telah memberikan kompensasi yang begitu besar untuknya.

Alvian sadar bahwa Tuhan memberikan kehidupan untuknya memohon pengampunan pada putrinya, doa-doanya selama ini terkabulkan. Alvian merasa tidak pantas untuk merusak hidup bahagia putrinya, biarlah Alvian kali ini menjaganya dari kejauhan. Meskipun harus merasakan sakit melihat kehidupan bahagia istri dan anaknya dengan laki-laki lain.

HEART OF FIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang