Rose merasakan dirinya tenggelam dalam gelap malam. Matanya terpejam rapat, menyelam dalam ketidaktahuan. Dia merinding ketika sesuatu yang basah menyapu lembut telinganya. Hati Rose berdegup kencang, merasakan getaran yang menyelusup ke dalam dirinya.
"Hali..." desis Rose dengan suara parau, mencoba menahan diri dari rasa nikmat yang memenuhi setiap seratnya.
Halilintar, sosok yang menghiasi malam Rose dengan kehadirannya, berbisik dengan penuh sensual di telinga Rose. Suaranya merayap masuk ke dalam benaknya, menggetarkan seluruh tubuhnya.
"Rose... Ratuku yang selalu cantik" bisik Halilintar, suaranya hangat membelai. Tubuh mereka terus berbenturan tanpa henti, menyatu dalam irama yang mengalir seperti sungai yang tak pernah berhenti mengalir.
Hentakan Halilintar masih dalam tempo yang lembut, membuat Rose merasa nyaman di dalam dekapannya. Meskipun gelap melingkupi mereka, ketidakpastian menyelimuti hati Rose, namun ada sesuatu yang membuatnya merasa aman di pelukan Halilintar.
"Halii..." bisik Rose, suaranya hampir tercekat oleh getaran yang mengalir di antara mereka.
Halilintar hanya tersenyum, membiarkan tubuhnya berbicara atas namanya. Dia menggenggam erat Rose dalam dekapannya, menjanjikan kehangatan dalam dinginnya malam. Dan di bawah sinar rembulan yang menyaksikan keintiman mereka, Rose menemukan ketenangan dalam kegelapan, bersama Halilintar yang tak pernah lelah menjaganya.
Halilintar melanjutkan kecupan lembutnya di kulit Rose, setiap sentuhan penuh dengan rasa hangat dan kerinduan. Dia merasakan getaran yang terpancar dari tubuhnya saat bibirnya meluncur menelusuri lekuk-lekuk Rose.
"Aku sangat merindukanmu, Ratuku...," bisik Halilintar dengan suara yang penuh dengan kelembutan, menciptakan serangkaian kalimat yang mengalir seperti sungai cinta.
Rose merasakan getaran dari kata-kata Halilintar, menyatu dengan sensasi sensual yang memenuhi tubuhnya. Dia membenamkan wajahnya di lehernya, merasakan denyutan bawahnya yang selaras dengan gerakan sentuhan Halilintar.
Hentakan mereka terus berlangsung, mengisi ruang dengan keintiman yang tak terucapkan. Di antara sentuhan-sentuhan yang penuh dengan gairah, terdapat jalinan kalimat-kalimat yang menyiratkan rasa cinta yang mendalam.
Nafas Rose mulai berdesir tidak teratur, menyatu dengan ritme hentakan Halilintar. Setiap sentuhan penuh gairah menciptakan gelombang panas yang memenuhi tubuhnya. Desahannya, yang awalnya lembut, kini berganti menjadi isakan tangis penuh kenikmatan.
Ranjang mereka bergemuruh seiring dengan gerakan Halilintar, menciptakan melodi yang menggetarkan hati. Rose merasa semakin lemas, tak bisa menahan diri lagi dari seluruh kenikmatan yang ditawarkan oleh Halilintar.
"D-dia...h... Hali..." ucap Rose dengan suara terputus-putus, desahan yang terhenti oleh gelombang kenikmatan yang melanda tubuhnya.
"Dia... aku tahu... kau menikmatinya, Rose," sahut Halilintar dengan napas tersengal-sengal, suaranya penuh dengan gairah yang menggebu.
Dalam peleburan yang menyelimuti mereka, kedua paha Rose melebar tanda kelelahan. Cairan yang keluar dari pusatnya menjadi tanda dari puncak kenikmatan yang tak terbendung lagi. Namun, itu tak membuat Halilintar berhenti. Bahkan, dia semakin bersemangat dalam menjemput pelepasan Rose.
"H-Hali... aku... tak tahan lagi..." bisik Rose, suaranya hampir tercekat oleh gelombang kenikmatan yang memenuhi dirinya.
"Ayo, Rose... kita... menuju puncak bersama-sama..." kata Halilintar sambil mencoba menahan nafasnya, kehangatan dan kelembutan terpancar dari setiap kata yang diucapkannya.
"H-Halli..."
"Iya, bersama Ratu..." Hingga akhirnya, mereka mencapai puncak kenikmatan bersama. Halilintar mengerang keras, membenamkan dirinya dalam lubang Rose. Rose merasakan cairan hangat memenuhi rahimnya, membiarkan tubuh lemas suaminya bertumpuk di atas tubuhnya, nafas mereka tersengal kelelahan.
Dengan gerakan yang penuh kasih, Halilintar menggiring Rose menuju puncak kesenangan. Mereka berdua terjebak dalam aliran waktu yang terhenti, menikmati setiap detik yang penuh dengan gairah dan cinta yang mengalir di antara mereka.
Dan di bawah sinar bulan yang menyaksikan keintiman mereka, Rose menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Halilintar. Dalam pelukan yang hangat, mereka menemukan kebahagiaan yang tak terkatakan, di tengah malam yang penuh dengan kelembutan dan kenikmatan.
Ketika Halilintar membenamkan dirinya dalam lubang Rose, rasa kehangatan yang mengalir dari dalamnya membuat Rose merasakan sensasi yang tak tergambarkan dengan kata-kata. Cairan hangat yang memenuhi rahimnya melambangkan penyatuan kedua jiwa dalam sebuah kesatuan yang abadi. Dalam momen itu, mereka menjadi satu, tidak ada yang bisa memisahkan mereka.
Setelah momen kepuasan itu berlalu, Halilintar terkulai lemas di atas tubuh Rose. Dia merangkulnya erat, membiarkan tubuh mereka merasakan kelelahan yang datang setelah serangkaian perasaan yang begitu intens. Nafas mereka berdua berdesir dalam irama yang teratur, menandakan akhir dari perjalanan mereka menuju puncak kenikmatan bersama.
Namun, Halilintar tidak hanya puas dengan momen tersebut. Baginya, ritual setelah bercinta adalah bagian tak terpisahkan dari keintiman yang mereka rasakan. Dengan penuh kelembutan, dia bangkit dari tubuh Rose dan menatapnya dengan mata yang penuh cinta.
"Denganmu, setiap sentuhan adalah sebuah keajaiban," bisik Halilintar dengan suara yang lembut, sambil mengecup lembut kening Rose. "Disaat aku tengah tersesat, kau selalu menuntunku kembali pada jalan yang benar."
Dia melanjutkan perjalanan cinta dengan mencium kedua mata Rose. "Matamu, terkadang saat melihat kedua putra kita, mata mereka selalu membuatku teringat padamu."
Kemudian, Halilintar mengecup hidung Rose. "Hidungmu adalah ciptaan yang sempurna, menambah pesona pada kecantikanmu yang alami."
Dia melanjutkan dengan mencium pipi Rose yang merona karena gairah. "Pipimu adalah tempat di mana senyummu terukir."
Terakhir, Halilintar mengecup bibir Rose dengan penuh gairah. "Bibirku hanya merasakan kesempurnaan saat menyentuh bibirmu. Kau adalah keajaiban dalam hidupku, Rose," ucapnya dengan penuh rasa syukur, suaranya bergetar dengan emosi yang mendalam.
Halilintar tidak lupa akan rahim Rose, tempat dimana keajaiban hidup bermula. Dia mengecup lembut bagian itu, menginginkan seorang puteri yang akan mirip dengan kecantikan dan kelembutan Rose. "Semoga akan lahir seorang puteri yang membawa kebaikan dan keindahan dunia, seperti dirimu. Aku tak sabar untuk melihatnya tumbuh seperti dirimu," ucapnya dengan penuh harapan dan cinta yang tak terbatas.
Dengan sedikit kesadaran, Rose berusaha membenarkan posisi. Rose menunduk dengan lembut, matanya terpaku pada suaminya yang kini sibuk dengan tugasnya. Dengan lembut, dia mengusap surai legam Halilintar, merasakan kehangatan yang terpancar dari tubuhnya.
"Yang Mulia," panggil Rose dengan suara yang lembut, penuh dengan kehangatan dan kelembutan, "apakah... apakah kau benar-benar serius ingin memiliki seorang Puteri?"
Halilintar mengangkat wajahnya, matanya memandang Rose dengan penuh kelembutan. Senyum tipis terukir di bibirnya, mencerminkan kebahagiaan dan harapan yang terpendam di dalam hatinya.
"Iya, Ratuku," jawab Halilintar dengan tegas namun penuh dengan kelembutan. "Aku ingin kita memiliki seorang Puteri, seorang anak yang akan mewarisi kebaikan dan kecantikanmu, Rose. Dia akan menjadi cahaya baru dalam kerajaan kita. Dia akan selalu dijaga kedua kakaknya dan ayahandanya. Sama seperti melindungi ibunda, kami akan melindinginya seperti melindungimu."
"Jika seperti itu, tentu aku tak bisa menolak permintaanmu, suamiku."
"Kita harus lebih berusaha, Ratuku..." bisik penuh sensual Halilintar. Pinggulnya kembali bergerak menumbuk pusat keintiman istrinya.
"Keinginanmu... tentu ku penuhi, Yang Mulia."
"Iya istriku, keinginanku malam ini hanya bersamamu hingga matahari terbit. Suara indahmu yang memenuhi sudut kamar, aroma cinta menyatu dengan harumnya mawar. Kau dibawah kuasaku, Rose."
Tak ada balasan dari Rose. Tenaganya hanya cukup untuk menikmati sisa sentuhan Halilintar, selebihnya menangis penuh kenikmatan dari sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If : OPEN YOUR WORD
Short StoryHanya pelepasan stress author. KONSEP CERITA INI NGGAK ADA ATURAN KARAKTER TETAP. BISA AJA KARAKTER A SAMA B DI NEXK CERITA JADI MUSUH, ATO LAINNYA. DAN ADA KARAKTER YANG ILANG PADAHAL DI CHAP SEBELUMNYA ADA. Dan mungkin paling banyak shipp Hali-Ros...