Hanya pelepasan stress author. KONSEP CERITA INI NGGAK ADA ATURAN KARAKTER TETAP. BISA AJA KARAKTER A SAMA B DI NEXK CERITA JADI MUSUH, ATO LAINNYA. DAN ADA KARAKTER YANG ILANG PADAHAL DI CHAP SEBELUMNYA ADA. Dan mungkin paling banyak shipp Hali-Ros...
Ice mengangkat Alya dan berbaring di kursi lonjer yang ada di tepi kolam. Dia mengikat tangan Alya ke belakang dengan kencang agar dia tak bisa mengelak. Kedua tangannya menyentuh setiap inci tubuh Alya, merasakan kulitnya yang basah dan dingin. Saat tiba di payudara, Ice sempat meremasnya sebentar, menikmati kelembutannya. Dan saat sampai di vagina, Ice lebih memilih menjilatnya, memasukkan lidahnya ke dalam sana.
Alya menangis, air matanya bercampur dengan sisa air kolam di wajahnya. Dia merasa sangat geli dan terhina. Melihat Ice tengah menunduk pada miliknya dan dirinya yang mengangkang begitu lebar untuk Ice membuatnya merasa hancur. Alya tidak tahan, dia mendesahkan nama Ice, suaranya penuh dengan kepasrahan dan ketakutan.
"Ice... kumohon," isaknya, "lepaskan ikatannya. Aku... aku akan melakukan ini, dengan sepenuh hatiku."
Ice berhenti sejenak, menatap Alya dengan tatapan tajam dan penuh kemenangan. "Kau akan melakukannya dengan sepenuh hatimu?" tanyanya, seolah menantang Alya untuk membuktikan ucapannya.
Alya mengangguk, air matanya terus mengalir. "Ya, Ice. Aku akan melakukannya. Kumohon, lepaskan aku."
Ice tersenyum, lalu dengan perlahan, dia membuka ikatan di tangan Alya. "Baiklah, Alya. Aku akan memberimu kesempatan. Tapi ingat, ini adalah kesempatanmu untuk membuktikan bahwa kau benar-benar menginginkannya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di dalam novel ini, cinta yang seharusnya menjadi pelipur lara malah menjadi racun yang mematikan. Ini adalah kisah tentang ketergantungan yang mencekam, tentang bagaimana seseorang bisa berlutut dan merendahkan diri demi cinta yang tak berbalas.Dapatkah kita menemukan jalan keluar dari belenggu cinta yang penuh kepedihan? Ataukah kita akan terus terjebak dalam kegilaan rasa yang mengikat jiwa?.
