About True Love

13 1 0
                                    

Aura, Pangeran Mahkota Halilintar yang paling dihormati dan ditakuti, menemukan dirinya terjebak dalam perasaan yang tidak pernah ia alami sebelumnya: kekalahan. Selama hidupnya, dia telah menaklukkan segala hal yang berani menantangnya, tetapi kali ini, dia menghadapi musuh yang tidak bisa dia lawan: hati seorang pria yang telah menjadi pusat dunianya.

Puteri Mahkota Rose, puteri dari kerajaan kecil yang dengan keanggunan dan pesona yang tak terbantahkan, telah mampu merebut hati Pangeran Mahkota Halilintar. Baginya, ini bukan sekadar kemenangan dalam pertempuran politik, tetapi penaklukan atas cinta yang sejati. Aura, meskipun dia menerima posisi sebagai istri kedua, tetap tegar di depan dunia luar.

Namun di balik topeng kekuatannya, Aura merasa kerapuhan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Baginya, ini bukan hanya soal kehormatan atau status, tetapi tentang kehilangan yang terasa begitu dalam. Dia merasa dirinya kalah dalam perlombaan cinta, sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan bisa terjadi.

Namun, Aura adalah seorang wanita yang tak kenal kata menyerah. Meskipun hatinya penuh dengan rasa sakit dan kegagalan, dia bertekad untuk tetap menjadi yang terbaik di hati Halilintar, bahkan jika itu berarti menjadi istri kedua. Dia bersumpah untuk tetap menjadi wanita yang satu-satunya di mata dan hati suaminya, meskipun statusnya sebagai selir.

"Puteri, pewaris tahta telah lahir, bagaimana bisa anda begitu tenang seperti ini?" ucap Emy, pelayan setia Aura yang selalu bisa dia andalkan. 

Aura tersenyum smirk licik, matanya berkilat dalam cahaya redup kamar rajutan. Dengan keanggunan yang tak terbantahkan, dia melanjutkan kegiatannya sambil berbicara pada Emy, yang duduk di sampingnya dengan ekspresi cemas yang jelas terbaca di wajahnya.

"Emy, sayang," ucap Aura dengan suara yang tenang namun penuh dengan arti tersembunyi, "kamu harus mengerti bahwa dalam dunia ini, nilai keunggulan kita seringkali menjadi senjata terkuat kita. Terkadang, untuk mengalahkan seseorang, kita harus mengerti arti dari rasa sakit."

Emy menatap Aura dengan keheranan yang tak tersembunyi. "Apa maksud anda, Puteri?" tanyanya dengan suara ragu.

Aura tersenyum, seolah-olah menikmati permainan kekuasaan yang sedang dia mainkan. "Hal yang kamu pikirkan tentang penurunan posisiku sebagai selir, itu hanya ilusi," ujarnya dengan nada merendahkan. "Tapi tahukah kamu, Emy, bahwa di balik semua itu, aku memiliki nilai keunggulan yang tak terbantahkan dalam segala hal. Dan jika seseorang berani menganggapku lemah, mereka akan segera menyadari betapa salah mereka."

Emy mengangguk, mencoba memahami kata-kata Aura. Namun, di balik penampilannya yang tenang, dia merasa getaran ketidakpastian dan ketakutan yang tumbuh dalam dirinya. Dia tahu bahwa Aura bukanlah lawan yang bisa diabaikan, dan kecerdikannya bisa menjadi ancaman yang serius jika tidak diwaspadai dengan baik.

"Sekarang," lanjut Aura sambil melanjutkan rajutannya dengan gerakan yang halus, "mari kita lihat bagaimana aku bisa mengubah kelemahanku menjadi kekuatan yang tak terbantahkan. Karena, sayang, bagi mereka yang berani menantangku, mereka akan segera belajar bahwa mereka telah membuat kesalahan besar."

Setelah selesai merajut dengan penuh perhatian, Aura menatap Emy dengan pandangan yang penuh dengan rahasia dan intrik. Dengan suara yang tenang namun penuh dengan otoritas, dia menyampaikan permintaannya pada Emy.

"Emy, bisakah kamu memerintahkan pelayan untuk menyampaikan pesan ini pada Puteri Mahkota Rose?" tanyanya sambil menyodorkan selembar kertas dengan tulisan tangan yang rapi.

Emy menerima kertas tersebut dengan kebingungan yang jelas terlihat di wajahnya. "Tentu, Puteri," jawabnya ragu. "Apa yang harus aku katakan padanya?"

Aura tersenyum dengan licik. "Katakan padanya bahwa malam ini, Pangeran Mahkota Halilintar ingin bertemu dengannya di kawasan kastil kecil. Katakan bahwa ada sesuatu yang sangat penting yang ingin dia bicarakan."

What If : OPEN YOUR WORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang