What If : OPEN YOUR WORD

Stay about Love (HaliAura)

Empat tahun telah berlalu sejak Halilintar dinobatkan sebagai Raja dan Rose sebagai Ratu, sementara Aura menjadi Selir Senior I. Namun, dalam empat tahun tersebut, Aura terus mempertahankan sikapnya yang dingin terhadap Rose, sementara Rose berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka. Meskipun hatinya terasa sakit karena cintanya terbagi, Rose ingin menciptakan perdamaian dengan Aura.

Rose menyadari bahwa sebagai istri Halilintar, Aura juga berhak mendapatkan cinta dan perhatian suaminya. Meskipun Aura selalu menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap keberadaannya sebagai Ratu, Rose memilih untuk tetap berusaha untuk mencapai keselarasan dan kedamaian di istana.

Tidak mudah bagi Rose untuk melihat Halilintar terbagi antara kewajiban sebagai suami dan kewajiban sebagai raja. Namun, dia memilih untuk tetap kuat dan berusaha untuk menjadi penghubung antara Halilintar dan Aura.

Dalam hati Rose, ada rasa hormat yang mendalam terhadap peran Aura sebagai istri Halilintar, meskipun cinta mereka bertabrakan. Dia berharap suatu hari nanti mereka bisa menemukan cara untuk hidup berdampingan dengan damai, meskipun perbedaan dan ketegangan yang ada di antara mereka.

Selama empat tahun itu, Halilintar hanya akan mengunjungi Aura ketika diminta oleh Rose atau Aura sendiri. Tidak pernah ada keinginan dari dirinya untuk mengunjungi selirnya secara sukarela. Meskipun demikian, dalam empat tahun pernikahan mereka, belum juga terjadi keajaiban kehamilan di rahim Aura.

Di sisi lain, kerajaan tengah merayakan kelahiran Pangeran Agung Petir, adik dari Pangeran Mahkota Voltra. Kedatangan sang putra membawa kebahagiaan bagi seluruh kerajaan, namun di hati Aura, kebahagiaan itu juga disertai dengan kekhawatiran yang mendalam.

Aura merasa tertekan oleh harapan-harapan yang terus menerus diletakkan padanya untuk memberikan keturunan bagi kerajaan. Meskipun dia mencoba menyembunyikan perasaannya, dalam hatinya terus mengganjal pertanyaan mengapa dia belum bisa memberikan keturunan bagi Halilintar.

Sementara itu, Rose tetap setia mendukung suaminya, meskipun dalam hatinya terus berdoa agar Halilintar bisa menemukan kedamaian dalam rumah tangga mereka. Di tengah-tengah kebahagiaan kelahiran Pangeran Agung Petir, Rose juga merasa sedikit lega, karena setidaknya kelahiran sang pangeran membawa sedikit rasa kedamaian di antara mereka.

Malam itu, dalam suasana perayaan yang meriah untuk kelahiran Pangeran Agung Petir, keluarga kerajaan berkumpul untuk makan malam bersama. Aura tidak memiliki pilihan selain hadir, dan kursinya sengaja diletakkan dekat dengan Halilintar. Namun, di tengah keramaian dan keceriaan yang menyelimuti ruangan, Aura merasa hatinya terbakar oleh rasa cemburu yang tak terbendung.

Ketika dia melihat Halilintar, dia merasa seperti tercabik-cabik oleh rasa cemburu yang melanda. Meskipun kursinya berada di dekat suaminya, pusat perhatian Halilintar hanya pada Rose. Matanya tidak lepas dari wajah cantik Rose, dan setiap kata yang diucapkan oleh Rose membuatnya tersenyum lebar.

Aura merasa seperti ditendang di dalam hatinya sendiri. Dia merasa terpinggirkan dan tidak dianggap oleh suaminya, sementara Rose tampaknya menjadi pusat dunianya. Api cemburu membakar di dalam hatinya, dan dia merasa kesal dan terluka oleh sikap Halilintar.

Namun, di tengah rasa cemburu dan kekecewaan yang melanda, Aura berusaha untuk tetap tenang dan mengendalikan emosinya. Dia tahu bahwa dia harus bertindak dengan anggun di depan umum, meskipun hatinya hancur oleh rasa sakit yang tak terucapkan.

"Yang Mulia, kudengar Selir Aura juga akhir-akhir ini menyukai daging asap. Karena itu, aku memasak special untuk kalian berdua" Rose dengan telaten menyajikan masakannya pada Halilintar, kemudian menyajikan dengan tulus pada Aura. "Aku harap, kamu menyukainya, Selir Aura"

Aura terpaksa harus tersenyum, "tentu aku akan menyukainya, Yang Mulia. Anda memasaknya spesial untuk saya dan Yang Mulia Raja"

Rose tersenyum tulus, dia senang jika Aura menyukai makanannya.