Back Home (HaliYing)

13 0 0
                                    

Ying berdiri di depan jendela yang menghadap ke halaman rumah mereka, menanti kepulangan suaminya, Halilintar. Hatinya berdebar-debar saat mendengar suara mobil berderu memasuki garasi rumahnya. Saat pintu terbuka, matanya langsung bertemu dengan sorot mata lelah Halilintar yang penuh segar usai melihatnya.

Halilintar terpaku sejenak, terpesona oleh pemandangan di depannya. Ying berdiri di sana, mengenakan lingerie hitam yang kontras dengan kulit putih pucatnya. Lingerie itu hanya menutupi bagian puting dan sedikit bagian selangkangannya, sementara sisanya hanya ditutupi oleh lapisan kain super tipis yang masih bisa menampilkan bentuk tubuh Ying dengan jelas.

"Wah, kamu terlihat menakjubkan," ucap Halilintar dengan suara yang hampir tercekat oleh kekagumannya.

Ying tersenyum manis, merasa senang melihat reaksi suaminya. Dia melangkah mendekat, menggoda dengan gerakan tubuhnya yang anggun. "Aku merindukanmu, Sayang," ucapnya sambil meraih tangan Halilintar dan menariknya masuk ke dalam rumah.

Halilintar terpesona oleh kecantikan Ying yang memikatnya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluknya erat-erat. "Aku juga merindukanmu, Sayang. Terima kasih, memberikan pemandangan ini," ucapnya sambil mencium lembut bibir Ying.

Halilintar tidak bisa menahan diri lagi. Dengan penuh nafsu, dia menarik Ying dan mendorongnya berbaring di sofa. Sorot matanya penuh dengan keinginan, sedangkan Ying terus menggoda suaminya dengan melebarkan selangkangannya.

Ying tersenyum nakal saat melihat ekspresi Halilintar yang dipenuhi nafsu. Dia menikmati momen ini, merasa senang bisa membuat suaminya begitu tergila-gila. Dengan gerakan anggun, dia membiarkan Halilintar mendekat, menyerahkan dirinya sepenuhnya pada nafsu yang membara di antara mereka. Halilintar mendekat dengan penuh hasrat, mencium lembut bibir Ying sebelum menjelajahi setiap inci tubuhnya dengan kehangatan tangan dan bibirnya.

Sementara mereka terbenam dalam ciuman yang mendalam, jemari Halilintar mulai menelusuri lubang surga Ying, istrinya. Sentuhan itu membuat Ying melenguh dalam keintiman yang mereka bagi bersama-sama, mengungkapkan ekstasi dan kenikmatan yang tak terkendali.

Dalam keadaan yang menggetarkan, dengan suara yang penuh gairah, Ying melenguh dalam ciuman, "Akh... Halilintar... lebih dalam, Sayang... rasakanlah aku..."

Halilintar merasakan getaran suara Ying yang memenuhi ruangan, memancarkan hasrat yang sama yang membara di dalam dirinya. Dia merasakan kepuasan yang mendalam saat mendengar suara istrinya yang meminta lebih banyak, mengetahui bahwa dia telah memberikan kenikmatan yang diinginkannya.

Dengan setiap gerakan jari Halilintar yang semakin intens, Ying merasakan gelombang kenikmatan yang melanda tubuhnya. Dia melenguh dengan suara yang penuh dengan kenikmatan yang memuncak, mencapai titik kepuasan yang tak terlukiskan.

"Aah...ya... Halilintar... teruslah, Sayang... rasakanlah aku... itu... itu lebih dalam..."

Suara Ying dipenuhi dengan ekstasi dan kehangatan yang tak terkendali, mencerminkan puncak kenikmatan yang dia rasakan di bawah sentuhan suaminya. Dia menyerahkan dirinya sepenuhnya pada momen keintiman itu, membiarkan dirinya tenggelam dalam gelombang cinta dan kenikmatan yang membanjiri dirinya.

Halilintar merasakan kepuasan yang mendalam saat mendengar suara istrinya yang memohon lebih banyak lagi, mengetahui bahwa dia telah memberikan kenikmatan yang diinginkannya. Dalam momen keintiman itu, mereka berdua merasakan kehangatan cinta yang mengalir melalui setiap serat tubuh mereka, memenuhi hati mereka dengan kebahagiaan yang tak terkendalikan.

Halilintar merasakan getaran yang semakin kuat dari tubuh Ying yang berada di bawahnya. Dia mengerti bahwa istrinya sudah mendekati puncak kenikmatan, dan dia semakin memperdalam gerakannya dalam vagina Ying, memenuhi setiap sudut dengan sentuhan yang penuh gairah.

What If : OPEN YOUR WORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang