Di sebuah tanah lapang nanluas, berdiri tenda-tenda dengan prajurit yang berlalu lalang. Bendera berlambang kerajaan Element berkibar pada setiap pucuk tenda, berkibar ditertiup angin malam.
Ini adalah masa Raja Amato, kerajaan Element tengah berperang dengan kerajaan Zamrud dalam rangka membalaskan dendam terhadap pengkhianatan di masa lalu dan tentu memperluas wilayah kekuasaan. Raja Amato begitu ambisius untuk membinasakan kerajaan tersebut, begitu semangat membunuh sang pemimpin kerajaan Zamrud sekarang.
Perang dipimpin oleh Pangeran Mahkota Halilintar, diikuti Pangeran Agung Taufan sebagai pedangnya dan Pangeran Agung Gempa sebagai diplomat dengan kerajaan sekutu untuk menguntungkan kerajaan.Dalam tenda paling besar kedua, sebuah pertemuan tengah berlangsung. Seluruh petinggi militer kerajaan Element hadir.
"Laporan terbaru, Pangeran Mahkota. Hamba telah mengirim pasukan kecil untuk megintai musuh" lapor salah seorang kstria muda, Fang.
"Bagus, perkuat lagi pasukan panah, jika kuamati lebih dari setengah musuh gugur karena tusukan mematikan ppasukan kita, pastikan prajurit harus mengenai titik jantung dengan sekali panah" perintah Pangeran Mahkota dingin.
"Baik, Yang Mulia"
"Yang Mulia, bagaimana dengan para tahanan perang?" Jendral Kaizo bertanya. Dia salah satu pemimpin pasukan yang bertugas mengurus tahanan.
Halilintar menoleh pada Taufan. "Pangeran Agung Taufan, urus tentang itu" titahnya.
Taufan mencibir, dia tahu kakaknya ini tak akan mau mengurus hal yang ujungkan akan menjadi pemuas nafsu para prajurit. "Baik, Yang Mulia"
"Pertemuan ini saya bubarkan. Kemenangan hanya milik kita"
Setelah itu, seluruh Jendral membubarkan diri, hanya tersisa Taufan dan Gempa.
"Kak Hali—ADOH! Kenapa memukulku, bajingan—DUH!" Taufan meraung pada kembarannya karena dengan seenaknya menendang dirinya hingga terguling ke tanah.
"Kepalamu yang selanjutnya ku tendang jika masih berani memanggilku dengan panggilan menggelikan." Ancam Halilintar kejam pada Taufan. Tangan yang dia gunakan untuk memukul sang adik, dengan santai meraih kopi hitam miliknya yang sudah dingin.
"Dasar kakak keparat sialan." Umpat Taufan blak-blakan. Mulut Taufan saat muda memang kasar.
Halilintar mendengus kecil. Tidak ambil pusing diumpati Taufan—sudah hafal kekurang-ajaran nya.
"Kak Hali—Kak Halilintar! Karena kau memberiku wewenang mengurus tahanan perang kita, jadi aku boleh menggunakan beberapa dari mereka?" tanya Taufan yang menuai kernyitan tidak mengerti dari sang pangeran mahkota.
"Ada penduduk desa yang kita ambil sebagai tahanan, rencana awal mereka akan dibebaskan setelah kita menguasai TieMorLeste. Tapi aku berpikir menggunakan beberapa budak wanita untuk ku dan prajurit." Jelas Gempa menyambung.
Ini adalah masa perang. Dimana penghuni atau penduduk wilayah yang telah ditahlukkan menjadi tahanan perang. Sudah lebih dari seperempat kerajaan mereka tahlukkan, yang berarti wilayah tersebut menjadi milik mereka, begitu juga para penduduknya. Mereka adalah budak sebelum ada pernyataan resmi kerajaan Element membebaskan mereka dan menjadi warga Kerajaan Element yang sah.
Para tahanan adalah budak. Dan sudah kukatakan, yang pada akhirnya sebagai pemuas nafsu prajurit.
"Lakukan apa yang kau mau, Taufan." Putus Halilintar cepat. Lagipula prajurit nya juga akan senang dan cepat segar kembali.
Taufan menyeringai gembira,"Baiklah. Oh Kak, apa kau juga ingin memakai satu? Kudengar setelah menikah, pria akan semakin bernafsu, hampir satu bulan kau tak pernah menyentuh Puteri Mahkota"
KAMU SEDANG MEMBACA
What If : OPEN YOUR WORD
NouvellesHanya pelepasan stress author. KONSEP CERITA INI NGGAK ADA ATURAN KARAKTER TETAP. BISA AJA KARAKTER A SAMA B DI NEXK CERITA JADI MUSUH, ATO LAINNYA. DAN ADA KARAKTER YANG ILANG PADAHAL DI CHAP SEBELUMNYA ADA. Dan mungkin paling banyak shipp Hali-Ros...