Rasanya ada yang salah denganku. Mungkin gaun yang kupakai? Nadiem mengejutkanku dengan memberikan gaun ini. Gaun hitam panjang yang membuat lekuk tubuhku terlihat dengan jelas. Gaun itu memiliki potongan leher terbuka berbentu off the shoulder dengan lengan panjang, yang membuat payudaraku menyembul dengan sempurna. Belum pernah aku merasa seksi seperti ini. Terlebih saat melangkah, potongan yang mencapai paha membuat kakiku terlihat jenjang. Juga high heels yang kupakai, membuat penampilanku semakin seksi. Selama ini aku bermusuhan dengan pakaian ketat karena membuat tubuhku terlihat sesak dan gemuk. Malam ini berbeda. Entah di mana Nadiem menemukan gaun ini, karena aku merasa begitu cantik.
Artinya, tak ada yang salah dengan gaunku.
Apa dandananku? Aku tampil berda malam ini, dengan makeup natural yang membuat wajahku tampak segar. Aku memberanikan diri memakai lipstik merah, dan nyatanya, lipstik itu membuat wajahku semakin menonjol. Makeupini cocok dengan gaun yang kupakai.
Artinya, tidak ada yang salah dengan gaunku.
Aku meneliti rambutku yang aku biarkan tergerai. Butuh waktu untuk membuat rambutku mau diatur. Aku memakai hairspray agar rambutku patuh. Aku tidak memakai aksesoris rambut karena tidak ingin terlihat berlebihan.
Simple. Yet sexy.
Jika tak ada yang salah dengan rambutku, mengapa aku malah gelisah?
"Fuck, Dinda. Next time kamu harusnya memperingatkanku dulu sebelum dandan total begini. Aku langsung horny melihatmu."
Aku menahan tawa saat mendengar gerutuan Nadiem. Mataku meneliti penampilannya. Nadiem begitu tampan dalam balutan tuxedo hitam yang membuat tubuh kekarnya terlihat semakin mempesona. Nadiem mencukur wajahnya, meninggalkan cambang rapi yang membuatnya semakin seksi. Rambut hitamnya disisir rapi, sehingga wajahnya benar-benar menjadi pusat perhatian.
Tubuhku bergejolak saat menatapnya. Bisa-bisanya aku terangsang di saat yang tidak tepat.
Nadiem melangkah cepat lalu memerangkap tubuhku di dekat meja. Dia mengangkatku dan mendudukkanku di atas meja.
"Mas, kamu mau ngapain?"
Mataku membeliak saat melihat Nadiem membuka ritsleting celananya. Penisnya yang keras membuat mataku semakin memelotot. Nadiem mengarahkan kejantanannua menuju liang senggamaku. Dia menyibak celana dalamku, memberikan celah bagi penisnya untuk memasukiku.
Aku mendesis saat tubuhku menyatu dengannya.
"Aku ingin merasakan surga sebelum masuk ke dalam neraka," desisnya.
Nadiem menggerakkan tubuhnya dengan cepat. Aku harus memegang pundaknya agar tetap berada di tempat. Seks yang liar dan kasar, Nadiem begitu terburu-buru karena sedang dikejar waktu.
Quickie sex menjadi favorit Nadiem. Dia bisa melakukannya di mana saja. Sekali waktu, Nadiem menjebakku di lift VIP karena tidak tahan untuk bercinta denganku. Di lain kesempatan, dia menggauliku di mobil. Nafsu Nadiem yang menggebu-gebu membuatku ikut terangsang saat bersamanya.
Aku menyukai seks panas dan lama bersama Nadiem. Namun quickie juga menjadi favoritku. Karena aku menikmati sisi dominan Nadiem.
Kali ini, dia menyetubuhiku sebelum beranjak ke pesta yang diadakan di rumah orang tuanya. Aku mengerti keengganan Nadiem. Kalau boleh memilih, aku juga tidak ingin datang ke pesta itu. Bercinta sepanjang malam bersama Nadiem jelas lebih menyenangkan dibanding bertemu orang tuanya.
Namun, Nadiem tidak bisa mangkir. Aku sudah mencari alasan untuk menolak, tapi Nadiem memohon hingga aku luluh. Ini pertama kalinya aku bertemu orang tuanya setelah menjadi istrinya. Nadiem benar, aku juga membutuhkan surga singkat ini sebelum tenggelam dalam neraka berbentuk orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Sir! (Buku ketiga dari Yes series)
Storie d'amoreSeumur hidup, Adinda selalu jatuh cinta pada laki-laki yang salah. Namun, Adinda yakin Arlan adalah laki-laki yang pas untuknya. Namun, Adinda belum pernah pacaran tidak tahu cara mendekati Arlan. Dipecat dan diusir dari kost, Adinda menumpang dj ap...