61. Gemuruh Hati

8.5K 909 37
                                    

"Aku mau kamu tenang dan jangan panik. Mama lagi di jalan ke sini."

Pemberitahuan Nadiem malah membuatku panik. Tidak butuh waktu lama bagi berita ini untuk sampai ke telinga mertuaku itu. Aku tidak berani membayangkan betapa murkanya dia.

Nadiem memelukku, tapi baru kali ini pelukannya tidak bisa memberikan ketenangan untukku.

"Everything's gonna be okay."

Pintu ruangan Nadiem terbuka, sosok ibunya yang terkenal di kalangan publik sebagai perempuan berwajah cantik dan berhati malaikat berkat kegiatan sosialnya yang tak pernah ada habisnya, kali ini begitu berbeda. Amarah terlihat jelas di wajahnya. Matanya menatap nyalang saat melihatku. Rasanya ingin bersembunyi di balik tubuh Nadiem, tapi aku memberanikan diri untuk menghadapinya.

"Apa-apaan ini Nadiem?" bentaknya. Meski pertanyaan itu ditujukan kepada Nadiem, matanya yang membara siap membakarku. "Ini akibatnya jika kamu sembarangan memilih istri. Perempuan ini hanya membawa sial."

"Dinda enggak ada hubungannya dengan masalah ini. Mama berhenti menyudutkan Dinda." Suara Nadiem tidak kalah menggelegar.

Nyonya bersedekap di hadapan Nadiem. "Kamu tahu kenapa Mama ngotot mau menjodohkanmu dengan Stacy?"

Hatiku mencelus saat mendengar pertanyaan itu. Hal itu hanya menyadarkanku bahwa aku tidak ada artinya di mata ibu mertuaku ini.

"Semua yang dimiliki ayahmu, itu milikmu dan Nina. Mama tidak mau semua kerja kerasnya malah dinikmati oleh perempuan jalang itu. Kamu harusnya mengerti, dia meninggalkanmu dan menggoda ayahmu karena tergiur harta. Sampai sekarang, perempuan itu belum puas menguasai harta ayahmu. Kamu mau, apa yang menjadi hak kamu diambil olehnya?" Pertanyaan itu terdengar getir.

Aku seperti orang asing, terlibat dalam drama keluarga Nadiem. Sekalipun aku sudah menjadi istrinya, tetap ada jarak yang membuatku merasa sebatas pendatang. Aku ingin pergi, tapi genggaman tangan Nadiem yang menahanku begitu erat.

"Orang tua Stacy bisa membantu pencalonan ayahmu. Dengan begitu, dia bisa melepaskan perusahaan ini ke tanganmu. Itu, kan, yang kamu mau?"

Nadiem menghela napas panjang. Aku cukup mengerti masalah keluarga Nadiem yang sangat pelik. Namun, aku tidak menduga kalau situasi Nadiem sangat terpojok seperti ini.

"Sekarang, ayahmu menarik investasinya di perusahaan ini. Kamu hampir bangkrut. Ditambah sekarang ada tuntutan dari mantan karyawanmu, kamu pikir ayahmu akan membantu? Dia bisa menutup perusahaan ini sekarang juga. Dan kamu..." Dia menunjuk Nadiem dengan wajah membara. "Kamu bisa kehilangan semuanya."

Nadiem pernah berkata bahwa perusahaan ini sedang tidak baik-baik saja. Tidak banyak yang diberitahunya kepadaku, sehingga aku terkejut saat tahu fakta ini.

Selama ini aku hanya memikirkan diriku sendiri. Sebaliknya, Nadiem malah mengutamakan kepentinganku dibanding dirinya sendiri. Nadiem mewujudkan impian Ayah di detik terakhir hidupnya. Nadiem menikahiku demi Ayah.

Lalu, apa yang kulakukan? Aku malah menambah masalah di hidupnya.

"Kenapa kamu memecat dia? Karena perempuan ini?"

Aku sudah membuka mulut, tapi Nyonya yang menatapku tajam membuatku mengurungkan niat.

"Saya sudah memperingatkanmu untuk tidak macam-macam. Kalau kamu memang menyayangi Nadiem, sebaiknya kamu menjauh."

"Ma, Dinda tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Aku memecat dia karena kesalahannya, biar aku yang membereskan urusan ini dengan dia." Nadiem berkata tegas. "Mama enggak perlu khawatir, aku yang akan berurusan dengan Papa."

Yes, Sir! (Buku ketiga dari Yes series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang