05: karena Saya Masih Kecil

17.6K 913 13
                                    

"Jika ditanya ingin memiliki suami yang seperti apa, saya akan menjawab, yang mengenal Tuhan-Nya dengan baik, yang berusaha menjalankan syariat Nya dengan baik, Yang faham agama dan mengamalkannya. Saya hanya perempuan akhir zaman yang imannya suka naik turun. Maka dari itu saya menginginkan lelaki yang bisa membimbing saya dengan sabar."

~Najla Faqihatun Nissa~

Hari ini di batalyon Yonif 119 atau Garda  Semesta akan melakukan giat persit. Najla kebagian tugas untuk menjaga keponakannya yang berumur 3 tahun Anak dari Lettu Amar dan Lutfiah. Sedari tadi anak kecil itu rewel ingin bertemu dengan Mama nya.

Najla yang memiliki kesabaran setipis tisu pun lantas menggendong Afin lalu berjalan menuju lapangan tempat giat persit. "Afin kenapa sih, gak mau sama Aunty aja di sini hmm?."

"Ndak mau!." Anak kecil itu menangis sesekali mengusap air liur dari sudut bibirnya. Najla yang gemas melihatnya langsung saja mencium pipi gembul itu.

"Oke deh, kita ke lapangan. Tapi di sana kita liatnya dari pinggir aja ya?." Afin mengangguk saja. Saat sudah sampai lapangan dimana acara giat persit itu berlangsung, Najla membawa Afin ke pinggir tepat lapangan tepatnya di gazebo.

Dengan Afin yang masih berada di gendongannya, Najla mengambil handphone lalu meng-klik tombol kamera dan mengarahkannya pada dirinya dan Afin.

"Hi kids... This is your Aunty, iki jane paklik-mu nang ndi kids?." Najla memvideokan dirinya layaknya seorang youtuber .

"Kok urung teka-teka. Yen ketemu calon paklik-mu, kandhaa yen aku wis ngenteni ngono yah?." Najla menatap Afin yang hanya memandangnya polos. Balita itu mengangguk.

Tinggal dijogja selama 5 tahun membuatnya sedikit-sedikit bisa bahasa jawa. Walaupun secuil.

"Hahahah aduh ya Allah." Gadis itu tertawa sendiri dengan tingkahnya lantas ia memasukkan handphone itu kembali setelah menyimpan video tadi.

"Afin, sebenarnya Aunty itu mau curhat. Jadi gini..... Aunty itu pengen nikah. Tapi gak mau menghadapi konflik rumah tangga." Najla memulai sesi curhatnya. Walaupun Afin tidak bisa memberi saran apapun, tapi balita kecil itu bisa menjadi pendengar yang baik. Buktinya balita itu mengangguk kala mendengarkan curhatan Aunty nya.

"Aunty, jangan!." Pekik Afin kencang membuat Najla kelabakan. "Kenapa sayang? Afin gak setuju kalau Aunty nikah? Padahal Kan Aunty pengen ngeratain semua trend."

"Jangan!." Afin menggeleng sambil menyingkirkan tangan Najla yang bergerak usil diwajahnya. Ia geli tau, kadang Aunty nya ini mengelus pipi, mencoba memasukan tangannya kedalam hidung kecil Afin, dan menarik-narik telinganya.

"Oh iya maaf sayang."

"Ty." Panggil Afin

"Iya sayang kenapa hm?." Tanya Najla lembut Afin menggeleng. Ia hanya berniat memanggil Aunty nya.

"Saya ikut duduk disini boleh?." Ucap seseorang membuat Najla menoleh. Lelaki tampan itu meminta izin.

"Ah silahkan, Pak Mayor." Ya orang itu adalah Mayor Adam yang Tengah mengawasi giat persit. Lelaki tampan nan gagah itu duduk di gazebo walaupun masih ada jarak diantara mereka.

"Berapa usia kamu?." Tanya Mayor Adam yang pandangannya lurus ke depan.

"Saya?." Tanya Najla karena gadis itu tidak tahu Mayor Adam berbicara dengan siapa, bisa saja dengan Afin kan?.

"Ya."

"Delapan belas tahun." Mayor Adam mengangguk mendengar jawaban itu. Walau ia sudah tahu jawaban apa yang akan dilayangkan oleh Najla.

TAKDIR TERBAIK (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang