43. Mencoba mengikhlaskan

6K 303 55
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pesan Mommy jangan jadi silent readers dong!!! Vote dan komen juga.

Book ini akan terbit. Belum tau kapan akan open po nya, jadi kalian yang mau beli bisa mulai nabung dari sekarang.

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ TAKDIR TERBAIK ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Nyalain musiknya biar dapat feelnya hehe



"Sayang, Mas disini. Adek katanya mau menunggu Mas kembali."

"Mas sudah kembali sayang, Mas disini." Mayor Adam menangis sesenggukan memeluk tubuh dingin sang istri.

"Adek kenapa diam saja? Bangun sayang___" Mayor Adam masih terus mengajak istrinya ngobrol meski tak kunjung mendapatkan balasan.

"Mas mohon, bangun sayang." Mayor Adam menangis meraung kala merasakan suhu tubuh istrinya yang dingin.

Abi, Umi, Ayah dan Bunda melangkah masuk dengan pandangan kosong. Kejadian ini sangat tiba-tiba, membuat pikiran mereka melanglang entah kemana.

"UMI, NAJLA UMI. NAJLA GAK MAU BANGUN!" Jerit Mayor Adam histeris. Umi yang mendapatkan aduan berjalan mendekat lalu memeluk sang anak.

"Dokter, tolong sekali saya mohon selamatkan menantu saya dok," mohon Umi menangis menatap dokter dan perawat yang berdiri di seberang ranjang.

"Bu, saya hanya perantara tapi yang memiliki kuasa itu Allah."

"Dek Najla, bangun sayang. Mas mohon...."

Ayah memeluk Bunda yang menangis histeris, wanita tua itu tidak terima akan kematian anak bungsunya. "Ayah, Najla bandel, bangunin dia Yah," pinta Bunda menggeleng tak percaya.

"Bun, istighfar, kalau Bunda seperti ini Najla tidak ada tenang disana." Ayah menatap mata sayu sang istri yang tidak berhenti mengeluarkan air mata.

Bunda menatap Ayah putus asa. "Najla gak mungkin meninggalkan kita kan Yah? Itu bohong kan yah? Anak kita masih sama kita kan Yah?" Karena tidak sanggup, lantas Ayah kembali mendekap sang istri.

Lelaki itu, meletakan dagunya di kepala Bunda. Air mata turun menetes di kerudung yang menutupi kepala Bunda.

"Ayah juga sedih Bun, Ayah merasa gagal karena tidak bisa menjaga putri kecil kita. Ayah gagal menjaga Nana'nya kita Bun... "

Dokter dan perawat yang melihat kejadian pilu itu tak sanggup menahan air matanya. Walau bukan saudara mereka, tapi tetap saja rasanya menyesakan.

"Adek bangun sayang, katanya mau menunggu Mas. Mas sudah datang, Mas datang lebih cepat dek."

"Buka matanya sayang.....," dada Mayor Adam sesak kala melihat wajah damai sang istri. Wajah pucat tapi bercahaya itu terlihat tersenyum tipis.

"Mas, Mas kuat Nak." Abi mendekat memeluk bahu Mayor Adam yang terlihat rapuh.

Mayor Adam menatap Abinya, "Abi bilang, Allah itu maha adil, tapi apa ini yang dimaksud keadilan untuk hidup Mas?" Abi menghapus air mata sang putra menggunakan jemari keriputnya.

"Abi bilang, Allah tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan hamba-Nya tapi apa? Mas tidak kuat Abii!!!" Mayor Adam menjerit diakhir kalimat. Ia kecewa, mengapa takdir mempermainkan dirinya. sang anak diambil sebelum ia bertemu, dan sekarang istrinya yang diambil?

"Abi paham, Abi mengerti perasaan Mas."

"Mas kecewa Abi," ungkap Mayor Adam memeluk bahu Abinya. Karena tidak kuat menopang bobot tubuhnya, Mayor Adam luruh kelantai diikuti Abi. Tangisan keduanya sangat menyesakan.

TAKDIR TERBAIK (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang