02: kriteria Suami Idaman

21.1K 1K 13
                                    

"Langit, bisakah kau datangkan duda kaya raya. Aku lelah disakitin sama bujang-bujang terus. Kalau bisa tiga, soalnya buat kedua bestie ku juga."

~Najla Faqihatun Nissa~

Adam Rayyan Rizqullah. Nama lelaki yang berpangkat mayor itu. Lelaki keturunan suku jawa yang memiliki wajah tampan rupawan, tidak hanya parasnya yang memikat, akhlaknya juga baik. Lelaki sholeh yang selalu jadi bahan perbincangan ibu-ibu persit batalyon.

Kini lelaki berusia 35 tahun itu berjalan menuju masjid untuk melaksanakan sholat ashar berjamaah. Lelaki yang InsyaAllah tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu itu nampak sanga tampan mengenakan baju koko putih juga sarung berwarna hitam serasi dengan warna kopyahnya dan kain sorban yang bertengger apik di pundak.

"Lettu Amar, mau ke masjid juga?." Tanya Mayor Adam kala melihat Lettu Amar yang baru saja keluar rumah.

"Siap, benar komandan."

"Mari kita berangkat bersama." Ajak Mayor Adam yang disetujui oleh Lettu Amar.

Kedua lelaki berbeda umur itu berjalan beriringan menuju masjid, sampai saatnya keduanya melewati barak. "Mari kita sholat berjama'ah di masjid." Ajak Mayor Adam pada bujang-bujang yang tinggal di barak.

"Siap, komandan!." seru mereka.

"Ndan, gak ada niatan buat nikah lagi?." Tanya seorang tentara bernama Naufal. Ia sudah menganggap Mayor Adam adalah abangnya yang sangat mengayomi. Serda Naufal sangat beruntung memilki Danton dan Danyon yang selalu mengingatkan mereka soal agama.

"Kamu ini, tidak sopan bertanya seperti itu pada Mayor Adam." Tegur Lettu Amar.

"Tau nih, Naufal." Kompor Nabil pada Naufal.

"Siap, salah Ndan!."

"Hahaha tidak masalah, Serda Naufal. Saya belum ada niat dan belum ketemu jodohnya saja." Jawab Mayor Adam.

"Oh iya, Lettu Amar. Kemarin kalau tidak salah ada yang mencari, gadis itu bilang Adek dari Lettu Amar apa benar?." Tanya Naufal kala mengingat pertemuannya dengan seorang gadis cantik didepan gerbang.

"Benar, kenapa memangnya?."

"Kami baru tahu kalau Ndan memiliki Adek lain selain, Mba Dian."

"Dia Adek bungsu saya, selama ini tinggal di Jogja bersama Nenek. Saya enam bersaudara, dan waktu Bunda hamil Najla itu kita semua mengharapkan dia laki-laki agar saya ada temannya, tapi Qodarullah
Kami diberi adik perempuan yang sifatnya seperti laki-laki." Lettu Amar terkekeh mendengar ucapannya sendiri.

Ayah Saprudin memiliki enam orang Anak. Anak pertama ada Fitri yang ikut dengan suaminya yang berprofesi sebagai dokter di daerah terpencil yang ada di sulawesi, anak keduanya ada Lisna yang juga ikut tinggal dengan suaminya yang bertugas sebagai polisi, anak ke tiga bernama Iis, perempuan itu menikah dengan seorang ustadz muda, lalu anak ke keempatnya adalah Lettu Amar yang sudah menikah dengan seorang perempuan cantik, juga anak ke limanya Dian yang menikah dengan seorang perwira TNI berpangkat Letda di batalyon surabaya dan yang terakhir ada Najla, gadis 18 tahun yang baru lulus sekolah menengah atas.

"Iya kah, Ndan?." Tanya Nabil dengan rasa ke ingin tahuan yang tinggi. Lettu Amar mengangguk sambil tertawa lirih.

"Benar, Bil. Dulu sewaktu kecil hobi dia bermain bola dengan teman perempuan sebayanya. Pernah sewaktu-waktu Najla bermain arisan dengan temannya untuk membeli jersey. Umur berapa ya? Kalau tidak salah umur 8 atau 9 tahunan. Beda dengan sekarang, lebih terlihat feminim." Jelas Lettu Amar. Kalau diingat Najla sangat menggemaskan menggunakan  jersey bola. Lelaki tampan itu terkekeh.

TAKDIR TERBAIK (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang