06: Galau

16.1K 846 7
                                    

"Rasa kecewa ku mengalahkan rasa cinta ku, sampai akhirnya aku memilih mundur."

~Najla Faqihatun Nissa~



Mayor Adam tengah galau padahal baru tadi malam ia menyatakan niatan untuk serius dengan Najla, tapi di pagi hari ini ia sudah galau takut lamarannya tidak diterima. Ia pesimis, bahkan orang tuanya saja tidak tahu mengenai hal ini.

"Astaghfirullahaladzim." Ia beristighfar.

Lettu Amar berjalan menghampiri Mayor Adam yang duduk didepan barak. Entah apa yang dilakukan lelaki itu. Keadaan barak sepi karena semua prajurit sedang berada di lapangan untuk pelatihan. Saat sudah berada di depan Mayor Adam, Lettu Amar langsung mengucap salam yang dijawab oleh Mayor Adam.

"Duduk, Lettu Amar." Mayor Adam mempersilahkan untuk duduk disampingnya.

"Siap, Ndan."

Lettu Amar menunduk, ia sedikit tidak enak dengan pertanyaan yang akan ia layangkan.

"Ada apa, Lettu?."

"Izin, ada yang mau saya bicarakan Ndan." Mayor Adam mengangguk mengerti.

"Iya, silahkan."

"Tapi disini saya bicara bukan sebagai bawahan Ndan, walaupun kita masih sama-sama mengenakan seragam... Saya mau bicara sebagai Abang dari Najla." Mayor Adam mengangguk lagi. Ia paham dengan yang dimaksud oleh Lettu Amar.

"Baik, silahkan."

"Begini Mayor Adam, saya sudah mendengar mengenai lamaran Mayor Adam untuk Adek saya, Najla. Ndan itu orang baik, orang yang sangat disegani. Saya tidak melarang dan menentang karena keputusan ada ditangan Najla. Tapi Ndan, bagaimana bisa? Bagaimana bisa Ndan melamar Adek saya sedangkan kalian bertemu baru beberapa kali?. Saya tahu niat Ndan serius tapi apa sudah yakin dengan Adek saya?." Tanya Lettu Amar.

Mayor Adam tersenyum. "Saya serius dengan Najla, Mar. Kalau saya main-main tidak sampai melamarnya. Awalnya saya ragu dengan perasaan saya, tapi saya sholat di sepertiga malam, dan dapat petunjuk dari Allah agar melanjutkan niat saya ini."

"Adek saya masih kecil." Ucap Lettu Amar.

"Saya tau." Jawab Mayor Adam enteng.

"Dia gengsian."

"Saya akan belajar untuk peka."

"Dia suka marah-marah."

"Sebisa mungkin saya tidak memancing amarahnya."

"Ilmu agama yang dia tau tidak sedalam itu."

"Akan saya santriwati kan adekmu dengan saya yang menjadi guru privatnya."

"Dia manja."

"Akan saya turuti semua inner child-nya."

Lagi Mayor Adam memiliki jawaban dari ucapan Lettu Amar sehingga lelaki itu tampak mati kutu. Lettu Amar tersenyum dengan tulus dan dengan berani ia menepuk puncak Komandannya. Ingat, disini ia berbicara sebagai abang dari Najla.

"Saya setuju Ndan, kalau memang kalian berjodoh tapi saya tidak bisa memaksa keputusan Najla nantinya." Ucapnya membuat Mayor Adam menoleh.

"Terimakasih Lettu Amar." Mayor Adam tersenyum tulus, ia berasa senang karena dapat lampu hijau dari Lettu Amar.

Lettu Amar berdiri dan berucap. "Izin kembali ke lapangan Ndan."

"Silahkan, saya akan menyusul setelah sholat dhuha."

TAKDIR TERBAIK (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang