Apa jadinya kalau Langkir harus berurusan dengan Geng Bonjol (pengedar narkoba) yang di mana diketuai oleh Abangnya sendiri.
Langkir Dewa Sahaja, hidupnya sempurna bak tokoh fiksi di dalam sebuah novel. Seorang atlet voli, pintar dalam osn, ketua ge...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Masalah tergantung cara menyikapnyanya
***
Langkir membuka pintu rumah besarnya secara kasar. Malam ini terus berjalan lama sampai membuat dirinya merasa jenuh padahal dirinya sudah melampiaskan amarahnya dengan berbagai cara.
"Pulang juga lo," ucap Bang Gegel sedang bermain ps di di ruang keluarga.
Langkir duduk di samping Bang Gegel. "Jam segini bukannya tidur malah main ps."
"Jam 12 bukan jam tidurnya cowo."
"Serah lo, Bang."
Bang Gegel melemparkan stik ps. "Lawan gue,"
"Ogah,"
"Alah, bilang aja kalo lo takut gue kalahin!"
Langkir tidak suka ditantang. "Ada taruhan gue mau."
"Zaman segini taruhan itu dosa, lo belajar ngaji kagak?"
"Tiap hari sama Mpok Imah."
"Itu lo tahu,"
"Nggak ada taruhan gue nggak main." Langkir melempar kembali stick ps ke meja depan.
"Jurusnya kalo nggak ngambek ngamuk."
"Ya udah ada taruhan, gih main."
Langkir mengangkat sudut kanan bibrinya, ia pun segera mengambil stick ps dan memainkannya. Tak terasa waktu menunjukan pukul 1, tidak disangka mereka bermain tak kenal waktu saking asyiknya. Dibabak pertama Bang Gegel terus melempar umpatan, sudah berapa kali ia dikalahkan telak.
"SIALAN!" teriak Bang Gegel frustasi. "Lo pasti curang kan?"
"Mata lo daritadi dimana?"
"Kok, bisa sehebat itu gila."
"Gue Langkir Dewa Sahaja,"
Bang Gegel melempar bantal sofa ke muka Langkir. "Sialan, sempat-sempatnya lo sombong."
"Fakta."
Bang Gegel beranajak. "Gue duluan anak sombong, jangan begadang tidur sono besok lo sekolah."