Apa jadinya kalau Langkir harus berurusan dengan Geng Bonjol (pengedar narkoba) yang di mana diketuai oleh Abangnya sendiri.
Langkir Dewa Sahaja, hidupnya sempurna bak tokoh fiksi di dalam sebuah novel. Seorang atlet voli, pintar dalam osn, ketua ge...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
20. Malam Bercentil
***
Dewasa itu menakutkan..
***
"Lalapan gue kotor jadinya gara-gara mata lo buta. Nggak lihat apa badan sebesar gue jalan di depan lo." Rani berkacak pinggang.
Bulat dalam hati hanya meniru mulut Rani yang menurut Bulat sangat cerewet. Lalapan aja diributin, untung Bulat tidak membawa ayamnya untuk dimakan. Hampir saja Bulat membawa ayam selezat itu untuk dijatuhkan.
"HEH GENDUT! DIAM AJA LO!"
Bulat tersinggung. "Siapa yang lo bilang gendut?!"
"Dasar nggak berkaca." Rani menabrak bahu Bulat. "Beresin lalapan gue yang lo jatuhin dan ganti rugi lalapan gue. Kasih ke meja yang gue duduki."
Bulat menatap Rani dengan tajam. "Biasa aja jangan nyenggol. Kalo gue senggol balik udah tapar lo!"
"YA SINI KALO BERANI!" tantang Rani kembali ke hadapan Bulat.
"Rani udah, lo jangan malu-maluin gue sebagai teman lo." bisik Marina memeluk lengan Rani.
Marina menggigit bibirnya jengkel. Rani masa tidak paham-paham juga. Jadi susah kalau seperti ini. "Pesen makanan sepuas lo gue yang bayar."
Mata Rani berbinar. "Heh, gendut! Lo lupain aja masalah ini. Jangan ganggu gue lagi, cabut lo!"
Mendengar apa yang dikatakan oleh Rani membuat Bulat hanya bisa marah dalam hati. Ia lalu tidak jadi menyampaikan pesan tercinta kepada Pak Kumis karena moodnya sudah rusak.
"SENA! KAMU KOK DI SINI!" lengking Marina senang.
Semua orang yang mendengar suaranya itu sampai menutup telinganya dengan erat.
Sena bersemu malu. "Lo! Suara lo bisa biasa aja nggak?"
"Kenapa emangnya? Suara Marina jelek ya?" sedih Marina memanjakan suaranya.