11. Voli

23 11 0
                                    

Hai

Kangen nggak sih sama Langkir?

but first aku mau ngucapin makasiii

aaa 100 pembaca that was epic

love to you all

kasih aku semangat moree!!! vote dan komen yaa lovvv

888

888

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



***

"Ayo Langkir, smash!" teriak Pak Yurry-Pelatih Voli. Pak Yurry memantau satu per satu pemain untuk memastikan semua dalam kondisi yang baik. "Mahesa! Jangan terpancing emosi, lihat bolanya melambung!"

Langkir mengancang-ancang kakinya berkuda dan mulai melompat untuk smash. Bola itu terpantul dengan keras lurus jatuh ke dalam lapangan tim lawan.

"Smash kamu memang nggak ada tandingannya, Lang." puji Pak Yurry menepuk tangan.

Langkir hanya bisa tersenyum sambil mengangguk tanda setuju.

Pak Yurry menepuk bahu Langkir. "Sempat-sempatnya kamu merendah,"

"Puji Langkir terus, Pak. Apa kabar ini dengan saya?" tanya Mahesa mulai menjahili.

"Iri kamu?"

Mahesa menggaruk tekuknya. "Iyalah,"

"Emang boleh?"

"Emang boleh? Pak Yurry tahu aja tren anak muda." ujar Galih.

"Harus itu kalau tegang terus malah bahaya," Pak Yurry membuka lembaran kertas berikutnya. "Semua dalam kondisi bagus. Kerja keras kalian selama ini terbayarkan walaupun keputusan bertanding mendadak. Bangga Pak Yurry dengan kalian semua."

Di langit sore yang senja itu terasa begitu teduh mendengar pujian yang dilayangkan oleh Pak Yurry. Pasalnya selama beberapa minggu semua berlatih dengan begitu keras sampai harus meminta ijin kepada guru kurikulum untuk menyediakan waktu jam kosong.

Pak Yurry duduk di tepi lapangan diikuti oleh beberapa anak . "Lomba tinggal empat hari lagi, gimana perasaan kalian?"

"Tegang banget, Pak, asli!" jawab Mahesa.

Rico berbaris lesu sambil menatap langit. "Daripada ke tegang lebih ke arah takut, sih."

"Kenapa takut, Co?" Pak Yurry mendengarkan serius.

"Masalahnya latihan selama beberapa hari ini ngga bareng sama Langkir, Pak." Rico bangkit duduk menyilangkan kakinya. "Langkir itu spiker, Pak. Dan kehadirannya benar-benar penting bagi kami."

LANGKIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang